Griya Senyum :) |
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum
Warrohmatullahi wa Barokatuh
Selamat Pagi
Kedasih !!! Selamat Pagi Griya Senyumku. Apapun. Siang, sore, malam di Kedasih
tetap serasa pagi. Dingin. Aku berharap Griya Senyumku tetap terus menebar
senyum dan tertawa lepas. Tidak ada murung atau pun sedih hanya gara-gara
masalah sepele yang tidak ada artinya. Biarlah, yang lalu biar berlalu, yang
terpenting sudah beresssss dan terselesaikan dengan baik. Sekarang bukan
saatnya membahas itu. Tidak penting.
Tidak usah
berpikiran aneh-aneh dengan pertanyaan, “Apakah aku akan kesana lagi atau tidak
?” jawabannya sudah jelas “Aku masih tetap kesana” :) .
Masak hanya karena hal se-upil silaturrohmi jadi putus ??? Griya Senyum dan isinya itu
sudah seperti saudaraku sendiri, sudah ada kavling sendiri di hati ini. Kalian
terlalu manis untuk dilupakan, terlalu indah untuk ditinggalkan. Pak’e, Mak,
Pak Joko, Bu Erna, Pak Imam, Nik Nur, dan adik-adik ditambah orang-orang yang sering
singgah disana seperti Pak Suken dan Pak Tinggi Suhar adalah orang-orang yang
Allah ta’ala berikan padaku agar aku mengambil banyak pelajaran dari kalian.
Memaknai hidup antara aku dan kalian yang berbeda, aku yang seorang mahasiswa
dan kalian yang mungkin tidak lebih dari SMP. Aku orang yang sedikit kota dan
kalian yang ada di kaki gunung. Aku yang berkutat dengan pena atau laptop dan
kalian yang terbiasa dengan pacul dan clurit. Aku yang mungkin terjadwal padat dan kalian yang
mungkin bisa sedikit santai ketika tinggal menunggu masa panen. Perbedaan-perbedaan
itu yang membuat aku ingin belajar banyak dari kalian. Perbedaan yang sudah
menjadi sunnatullah, yang tiap orang sudah ada makom dan takdirnya
sendiri-sendiri. Dan ternyata mengasyikkan betul bisa bertukan pikiran,
pengalaman, dan gaya hidup dengan kalian. Kalian sudah mengajarkanku
buaanyaaaaaaaaaaaakkkkk tentang hidup, utamanya tentang kesederhanaan.
Kalau aku
memutuskan untuk tidak kesana lagi, darimana aku belajar kehidupan yang
kompleks ini ? Jadi, tenang saja aku pasti akan menghabiskan waktu luang dan
liburanku disana. Hanya saja 1-2 bulan ini mungkin aku belum bisa kesana, bukan
karena kejadian kemarin atau apa. Karena sudah banyak janji yang harus aku
penuhi 1-2 bulan ini. Janji dan hutang-hutang akademik yang harus segera
kupenuhi demi dua orang yang telah mendidikku, Bapak dan Mama.
Sabar… semua ada
hikmahnya. Semakin lama tidak bertemu, semakin banyak rasa kangen itu menumpuk
dan ketika benar-benar bertemu kita akan lebih banyak bercerita, lebih banyak
hal-hal baru yang akan aku ceritakan
selama tidak bertemu. Yaa… mungkin semacam cerita ringan “Kejutan Suami dan
Kentut Seorang Istri” atau cerita tentang “Nabi Ibrohim Alaihissalam dan
Perangainya” atau mungkin cerita tentang “Pergerakan Politik” yang membuatku
dan kalian tertawa hambar lalu mengucap ‘Ah
Politik, Tahi Kucing’. Masih banyak cerita-cerita dan penglaman yang akan
aku ceritakan.
Aku juga masih
ingin mengabdi disana, membawa perubahan bersama kalian, pelan-pelan walaupun
mungkin serasa tak berpengaruh apa-apa. Tapi ingatkah tentang burung emprit
saat Nabi Ibrohim dibakar dalam bara api laknatullah Namrud ? yaaa…. Tunggu
saja. Biarlah mungkin teman-temanku yang tahu kalau aku masih sering berkunjung
kesana mentertawakanku. Mentertawakanku karena program KKN sudah habis.
Mentertawakanku seakan-akan apa yang aku lakukan selepas KKN adalah hal yang
sia-sia. Biarlah…. Karena aku akan merasa lebih bersalah dan berdosa pada Allah
ta’ala kalau aku tidak berbuat. Ada panggilan hati untuk mengabdi bersama
kalian. Itu saja. Tidak lebih. Aku kesana tak lain dan tak bukan untuk
beribadah, berbuat nyata, mengamalkan ilmu, baik ilmu di jenjang bangku sekolah
atau ilmu selama ngaji.
Saudaraku,
Keluargaku Griya Senyum… ingin kupeluk kalian semua pagi ini. Sebuah kesyukuran
yang tak terhingga bisa memiliki kalian. Dulu aku pernah berdoa, “Ya Allah…
berikan aku orang-orang yang bisa menjadikanku terus bersyukur pada-Mu,
orang-orang selain mama, bapak, adik, guru-guruku, dan sahabat-sahabatku.” Dan
ternyata doa itu Allah kabulkan, jawaban doa itu adalah kalian. Benar, aku
tidak merasa rugi kalau meneteskan air mata untuk kalian. Ndak rugi nangis
untuk kalian.
Di beberapa
malam ketika aku bermalam disana, aku selalu terbangun sebelum Subuh. Mengambil
air wudu walau dingin sekali. Melakukan sholat sunnah malam di amben belakang. Gelap. yang ada hanya
cahaya dari lampu mercury jalan depan rumah. Aku melihat keluar, di seberang
sana yang terlihat hanya rumah Pak Tinggi Suhar dan Pak Etik. Sejenak merenung,
tertunduk dan tak terasa buliran air mata ini membasahi pipi. Bertanya pada
Tuhanku, ‘Ya Allah kenapa aku disini?’ kutiupkan al-Fatihah untuk isi rumah
ini dengan harapan ‘Jadikan keluarga Griya Senyum ini benar-benar
layaknya saudara, panjangkan dan berkahkan umur mereka, Pak’e, Mak, Pak Joko,
Bu Erna, Pak Imam, Nik Nur, dan adik-adiku Ya Allah…’ kalau mungkin kalian sempat
mendengar orang tersendu-sendu di tengah malam, itu bukan hantu atau apa. haha. Itu
aku, yang masih tak habis pikir kenapa aku harus bertemu kalian sedekat ini.
Dalam tangisan itu aku berhenti sejenak, sempat ketakutan karena ada suara anak
kecil berbicara, “Buuuuuuk, Awwoooh awwoooh alhamduliaa, aamiiiin.” Ternyata
Lia mengigau. Haha… Yang saya tahu ketika anak kecil meminta, merengek, dan
menangis adalah mintanya langsung pada Allah.. mungkin saja malam itu Lia
mengamini doaku.
Nikmat betul
sholat di amben belakang dalam kesendirian, dinginnya malam, dan sedikit suara dengkuran kalian. Haha…
Salam Cinta.
Tetap tersenyum, Griya Senyumku :)
Saling Mendoakan yaaa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar