Laman

Selasa, 06 November 2012

Surat Rindu untuk Griya Senyum



Griya Senyum :)


Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi wa Barokatuh

Selamat Pagi Kedasih !!! Selamat Pagi Griya Senyumku. Apapun. Siang, sore, malam di Kedasih tetap serasa pagi. Dingin. Aku berharap Griya Senyumku tetap terus menebar senyum dan tertawa lepas. Tidak ada murung atau pun sedih hanya gara-gara masalah sepele yang tidak ada artinya. Biarlah, yang lalu biar berlalu, yang terpenting sudah beresssss dan terselesaikan dengan baik. Sekarang bukan saatnya membahas itu. Tidak penting.



Tidak usah berpikiran aneh-aneh dengan pertanyaan, “Apakah aku akan kesana lagi atau tidak ?” jawabannya sudah jelas “Aku masih tetap kesana” :) . Masak hanya karena hal se-upil silaturrohmi jadi putus ??? Griya Senyum dan isinya itu sudah seperti saudaraku sendiri, sudah ada kavling sendiri di hati ini. Kalian terlalu manis untuk dilupakan, terlalu indah untuk ditinggalkan. Pak’e, Mak, Pak Joko, Bu Erna, Pak Imam, Nik Nur, dan adik-adik ditambah orang-orang yang sering singgah disana seperti Pak Suken dan Pak Tinggi Suhar adalah orang-orang yang Allah ta’ala berikan padaku agar aku mengambil banyak pelajaran dari kalian. Memaknai hidup antara aku dan kalian yang berbeda, aku yang seorang mahasiswa dan kalian yang mungkin tidak lebih dari SMP. Aku orang yang sedikit kota dan kalian yang ada di kaki gunung. Aku yang berkutat dengan pena atau laptop dan kalian yang terbiasa dengan pacul dan clurit. Aku yang mungkin terjadwal padat dan kalian yang mungkin bisa sedikit santai ketika tinggal menunggu masa panen. Perbedaan-perbedaan itu yang membuat aku ingin belajar banyak dari kalian. Perbedaan yang sudah menjadi sunnatullah, yang tiap orang sudah ada makom dan takdirnya sendiri-sendiri. Dan ternyata mengasyikkan betul bisa bertukan pikiran, pengalaman, dan gaya hidup dengan kalian. Kalian sudah mengajarkanku buaanyaaaaaaaaaaaakkkkk tentang hidup, utamanya tentang kesederhanaan.


Kalau aku memutuskan untuk tidak kesana lagi, darimana aku belajar kehidupan yang kompleks ini ? Jadi, tenang saja aku pasti akan menghabiskan waktu luang dan liburanku disana. Hanya saja 1-2 bulan ini mungkin aku belum bisa kesana, bukan karena kejadian kemarin atau apa. Karena sudah banyak janji yang harus aku penuhi 1-2 bulan ini. Janji dan hutang-hutang akademik yang harus segera kupenuhi demi dua orang yang telah mendidikku, Bapak dan Mama.


Sabar… semua ada hikmahnya. Semakin lama tidak bertemu, semakin banyak rasa kangen itu menumpuk dan ketika benar-benar bertemu kita akan lebih banyak bercerita, lebih banyak hal-hal baru yang akan  aku ceritakan selama tidak bertemu. Yaa… mungkin semacam cerita ringan “Kejutan Suami dan Kentut Seorang Istri” atau cerita tentang “Nabi Ibrohim Alaihissalam dan Perangainya” atau mungkin cerita tentang “Pergerakan Politik” yang membuatku dan kalian tertawa hambar lalu mengucap ‘Ah Politik, Tahi Kucing’. Masih banyak cerita-cerita dan penglaman yang akan aku ceritakan.


Aku juga masih ingin mengabdi disana, membawa perubahan bersama kalian, pelan-pelan walaupun mungkin serasa tak berpengaruh apa-apa. Tapi ingatkah tentang burung emprit saat Nabi Ibrohim dibakar dalam bara api laknatullah Namrud ? yaaa…. Tunggu saja. Biarlah mungkin teman-temanku yang tahu kalau aku masih sering berkunjung kesana mentertawakanku. Mentertawakanku karena program KKN sudah habis. Mentertawakanku seakan-akan apa yang aku lakukan selepas KKN adalah hal yang sia-sia. Biarlah…. Karena aku akan merasa lebih bersalah dan berdosa pada Allah ta’ala kalau aku tidak berbuat. Ada panggilan hati untuk mengabdi bersama kalian. Itu saja. Tidak lebih. Aku kesana tak lain dan tak bukan untuk beribadah, berbuat nyata, mengamalkan ilmu, baik ilmu di jenjang bangku sekolah atau ilmu selama ngaji.


Saudaraku, Keluargaku Griya Senyum… ingin kupeluk kalian semua pagi ini. Sebuah kesyukuran yang tak terhingga bisa memiliki kalian. Dulu aku pernah berdoa, “Ya Allah… berikan aku orang-orang yang bisa menjadikanku terus bersyukur pada-Mu, orang-orang selain mama, bapak, adik, guru-guruku, dan sahabat-sahabatku.” Dan ternyata doa itu Allah kabulkan, jawaban doa itu adalah kalian. Benar, aku tidak merasa rugi kalau meneteskan air mata untuk kalian. Ndak rugi nangis untuk kalian.


Di beberapa malam ketika aku bermalam disana, aku selalu terbangun sebelum Subuh. Mengambil air wudu walau dingin sekali. Melakukan sholat sunnah malam di amben belakang. Gelap. yang ada hanya cahaya dari lampu mercury jalan depan rumah. Aku melihat keluar, di seberang sana yang terlihat hanya rumah Pak Tinggi Suhar dan Pak Etik. Sejenak merenung, tertunduk dan tak terasa buliran air mata ini membasahi pipi. Bertanya pada Tuhanku, ‘Ya Allah kenapa aku disini?’ kutiupkan al-Fatihah untuk isi rumah ini dengan harapan ‘Jadikan keluarga Griya Senyum ini benar-benar layaknya saudara, panjangkan dan berkahkan umur mereka, Pak’e, Mak, Pak Joko, Bu Erna, Pak Imam, Nik Nur, dan adik-adiku Ya Allah…’ kalau mungkin kalian sempat mendengar orang tersendu-sendu di tengah malam, itu bukan hantu atau apa. haha. Itu aku, yang masih tak habis pikir kenapa aku harus bertemu kalian sedekat ini. Dalam tangisan itu aku berhenti sejenak, sempat ketakutan karena ada suara anak kecil berbicara, “Buuuuuuk, Awwoooh awwoooh alhamduliaa, aamiiiin.” Ternyata Lia mengigau. Haha… Yang saya tahu ketika anak kecil meminta, merengek, dan menangis adalah mintanya langsung pada Allah.. mungkin saja malam itu Lia mengamini doaku. 


Nikmat betul sholat di amben belakang dalam kesendirian, dinginnya malam, dan sedikit suara dengkuran kalian. Haha…


Salam Cinta.

Tetap tersenyum, Griya Senyumku :)

Saling Mendoakan yaaa…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar