Laman

Jumat, 22 Februari 2013

Polos

Berlari terus ke depan, tak tahu arahnya, terpenting terus berlari. Bocah kecil itu seperti mencari-cari sesuatu yang tak diketahui oleh orang dewasa di sekitarnya. Berteriak dengan tidak menghentikan larinya. 'Aaaaarrrgggg..' semakin lama semakin melengking memekakkan telinga orang di sekitarnya. Sang orang tua pun mengejarnya, mencoba membujuk si bocah agar menghentikan teriakan-teriakan dan larinya yang terus melaju. Semakin dikejar semakin cepat saja sang bocah, anehnya sang ayah juga tak berhasil menangkapnya. Dramatis sekali sore itu, seperti cuplikan sinetron. Bocah berumur 5 tahun yang dikejar ayahnya tapi tak kunjung tertangkap, hingga akhirnya anak berambut lurus dengan kulit sawo matang itu jatuh tersandung batu.

"Kenapa harus lari dan berteriak-teriak Putraku?" tanya ayahnya sambil mengobati luka di lutut si bocah.
"Semuanya berbohong, bohong padaku Ayah," jawab si bocah sambil sesenggukan.
Kernyit dahi sang ayah semakin menampakkan kerutannya, mencoba mengerti statement putranya.
"Iya... mereka bilang aku pintar, tapi ternyata aku tahu kalau mereka membicarakanku dan mentertawakanku di balik sesemakan tanpa sepengetahuanku."
"Mereka? siapa mereka? tanya ayahnya.
"Teman-temanku," sambil gregetan si bocah menyebut satu per satu nama teman sepermainannya.

Hahaha... melihat kejadian itu saya hanya geleng kepala, Masya Allah,... anak kecil saja merasa tersinggung ketika teman sepermainannya mengkhianatinya. Hihihihihi... Bagi saya, kalau saya diperlakukan demikian, sebagai manusia biasa mungkin reaksi yang manusiawi adalah marah, tapi kalau mau berpikir jernih marah tanpa ada tindakan penyelesaian juga akan sia-sia. Memaafkan dan berusaha berhati besar mungkin opsi yang baik.

Jadi teringat tulisan "Yen Ati Bening Urip Tansah Eling Marang Gusti Kang Murbeng Dumadi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar