Hari Air Sedunia atau yang sering dikenal dengan World Day for Water) adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha-usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan. (wikipedia).
Tidak mau ketinggalan, Kajian Bening Hati untuk Indonesia yang dilaksanakan di Kapas Krampung Plaza, edisi Maret kali ini bersama tim KAPAL JATIM (Kenduri Agung Pengabdi Lingkungan Jawa Timur) mengkaji tentang How a precious water !!!! Air merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir 97% bumi kita ini adalah air yang memberikan isyarat kepada kita bahwa air seharusnya menjadi hal yang terkonservasi dengan baik kualitasnya.
Salah satu tokoh KAPAL Satrijo Wiwieko menjelaskan bahwa air hujan yang jatuh di bumi kita ini sebagian bukan air yang menyehatkan lagi, karena water cycle sudah tidak berjalan normal. Siklus air yang ada juga mulai terkontaminasi dengan polutan-polutan yang diproduksi oleh industri-industri besar. Singkat cerita air hujan yang turun memiliki pH (derajat keasaman) di bawah normal (pH normal = 7) yang bersifat asam.Hal yang demikian mungkin tidak disadari oleh masyarakat sehingga menyebabkan peralatan logam kita seperti mobil dan sepeda motor mudah berkarat. Selain itu hujan asam yang turun justru dapat menimbulkan tumbuhan cepat mati karena tumbuhan tidak mampu beradaptasi dengan baik dengan pH yang asam. Saat ini air perlu diselamatkan, kualitas air harus terjaga dengan baik demi anak cucu kita esok. Hutan hujan tropis harus digalakkan lagi karena kita tahu hutan hujan tropis saat ini semakin gundul dan tidak salah juga kalau saat ini kita sebut sebagai hutan hujan asam. Safe the water by some innovation !!! suce as : septic tank model IPAL, biofilter dengan menanam tumbuhan-tumbuhan seperti pisang hias, dan yang pasti penghijauan.
Safe the Water !!! Satrijo Wiwieko, MT |
Selain tim KAPAL JATIM, BHI kali ini juga kedatangan tamu spesial dari pulau seberang. Seorang guru besar kami Syekh Prof. D. Zawawi Imron. Beliau memberikan pencerahan kepada jamaah untuk benar-benar memiliki lisan emas dan hati emas dalam berkarya serta mengabdi melestarikan lingkungan.
Tausiah guru sepuh yang baru saja pulang dari Thailand dalam rangka mendapatkan reward sastra Asia Tenggara dari Raja Thailand ini beliau tutup dengan sebuah puisi berjudul Alif yang pernah beliau sampaikan bersama KH. A. Mustofa Bisri / Gus Mus di Amerika Serikat.
D. Zawawi Imron (tengah) |
Berikut syair ALIF karya D. Zawawi Imron
Alif
Alif, alif, alif,!
Alifmu pedang di tanganku
Susuk di dagingku, kompas di hatiku
Alifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belut
Hilang jadi angan, tinggal bekas menetaskan
Terang
Hingga aku
Berkesiur
Pada
Angin kecil
Takdir-
Mu
Hompimpah hidupku, hompimpah matiku
Hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah
Hompimpah!
Kugali hatiku dengan linggis alifmu
Hingga lahir mataair, jadi sumur, jadi sungai,
Jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang
Mengerang menyebut alifmu
Alif, alif, alif!
Alifmu yg Satu
Tegak dimana-mana
D. Zawawi Imron saat meninggalkan stage |
Di penghujung kajian Bening Hati untuk Indonesia seluruh jamaah berdzikir lingkungan
yang dipimpin oleh Ustadz Nefi diikuti oleh da'i lingkungan dan seluruh jamaah kajian BHI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar