Sebenarnya cerita ini berlangsung tanggal 24-25 Desember 2012, hanya saja saya baru menyempatkan menulis sekarang. Sempat ingin saya buat cerita ini dalam bentuk novel yang mungkin menarik. Novel yang terdiri atas beberapa bab. Haha... Tapi ternyata tak kunjung terwujud. Sebuah obsesi karena terinspirasi dari novel dan film 5 cm, lalu kami menamakan persahabatan kami 7 mm, kumpulan 7 bocah yang tidak sehebat tokoh 5 cm tapi cukup menakjubkan untuk dinikmati di kalangan sendiri. hahaha...
Kalau sebelumnya saya punya kisah bersama 4 Heroes (Saya, mas Saiful Karim, Ubaidillah, dan Budi) di masjid Agung At-Taqwa atau #PejuangJalanCinta (Saya, Gerry, Zainal, Ferri, dan Yuyud). Ternyata saya juga punya konco plek di kelas saya, yang kalau kemana-mana sering bersama. Yaaa... kami adalah 7 mm yang absurd dan penuh obsesi positif tapi sering morat-marit. Saya, Lodi, Diar, Nourma, Jaja, Moci, dan Dimas. Persahabatan kami saat ini ada di penghujung usia. Usia kampus maksudnya. Hebat lhooo kita-kita ini. hahaha.. Lodi dan Nourma yang pacaran ternyata bisa nimbrung dengan lima teman lainnya. Diar yang terlihat introvert di mata teman-teman lain ternyata cukup terbuka kalau bersama 7 mm. Dimas pun yang anaknya cukup teratur dan tertata rupanya bisa lebih amburadul khas anak muda kalau sudah kadung ngumpul. Naaaah... kalau Moci dan Jaja ini, dua orang ini patut dikasih 1000 jempol, mereka dulu pernah menyandang status in relationship, tapi ternyata sekarang bisa jadi in friendship yang baik-baik saja dengan perjalanan cinta yang sudah masing-masing. Dan kita semuaaaaaaa enjooooy ber-seven milimeter. Eh iyaa... travelling kami tidak hanya bertujuh tapi ketambahan satu temen yang juga cukup akrab dengan 7 mm, Bambang namanya, tapi lebih akrab dipanggil Mbeng.
Nah jadi ceritanya, ketika tanggal 24-25 Desember itu adalah minggu tenang dimana kami akan menghadapi UAS di tanggal 2 Januari 2013. Sesuai rencana kami akan berangkat ke Bromo sebagai perjalanan extraordinary untuk mempererat persahabatan kami yang sudah ada di ujung perkuliahan. Perjalanan ke Bromo memang biasa saja, seperti kebanyakan orang, yang membuat tidak biasa adalah perjalanan menuju desa KKN saya. Trip that was so full challenges. Jalan berkelok-kelok, naik-turun, berbatu, tanpa lampu, hutan, gelap, sepi, dan horor. Sayangnya taidak ada dokumentasi disana. T__T
 |
Persiapan di markas |
 |
Moci, Lodi, Nourma, Diar, Jaja, Saya, Dimas |
 |
Sunrise |
 |
Nourma & Lodi |
 |
Apalagi kalau bukan Bromo |
 |
Lautan Awan |
 |
Mbeng (putih) sangar gak pake jaket |
 |
Saya |
 |
Dimas |
 |
Eh... Mahamerunya nongol.. |
 |
Jaja |
 |
So beautiful |
 |
Diar, Jaja, Saya, Dimas |
 |
Masih mengagumkan |
 |
Wow.. Xperia saya gak kalah dengan 1100D. haha |
 |
Ini juga Xperia, Moci dipotret Dimas. |
 |
Kabut Berdebu, butuh masker untuk sampai di puncak |
 |
Wusssssh.. makanya semacam dyspnue disana |
 |
Sok-sok'an 5 cm.hahahaha |
 |
Take a fabulous scene |
 |
Diar |
 |
Masya Allah... |
 |
Pak Joko, Orang Tengger Desa KKN saya ikut menemani ke Bromo |
 |
Dimas, di daerah Bromo yang masih berkabut |
 |
Dimas, Moci, Mbeng |
 |
Jaja road to the top of Bromo |
 |
Diar, sea of sand |
 |
Entah saat itu kami melihat apa |
 |
Nourma dengan background Gunung Bathok |
 |
How lucky !!! |
 |
Tak sengaja kami bertemu Pak Tarno |
 |
Turun gunung |
 |
daaan... tepar di Ayam Goreng Pak H. Sholeh |
 |
Dimas seperti mayat |
lanjut kang.. :D
BalasHapus