Ada beban moral tersendiri baginya, yang sepertinya dengan baik ia sembunyikan di balik kulum senyumnya. Saya memang tidak merasakan rasa pahit yang sepertinya lebih pahit dibanding kopi terpahit yang pernah ada. Mencoba memahami saja, mencoba menjadi teman cerita dan pendengar yang baik. Dia terpukul, terpukul senyata-nyatanya saat dirinya harus tahu bahwa ada yang tidak beres pada orang terkasihnya. Kasihan, marah, jengkel, semuanya bercampur aduk, dia hanya bisa menyebut pelan-pelan asma Tuhannya, menggeleng seakan tak percaya, lalu menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya, dan mengelus dadanya. "Ohuuuuh..." saya pun ikut menghembuskan nafas terdalam. Tidak mungkin saya tuangkan disini. Biarlah doa saya yang menyertai berat bebannya, mungkin membantu walau sedikit. :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar