Laman

Jumat, 22 Februari 2013

Polos

Berlari terus ke depan, tak tahu arahnya, terpenting terus berlari. Bocah kecil itu seperti mencari-cari sesuatu yang tak diketahui oleh orang dewasa di sekitarnya. Berteriak dengan tidak menghentikan larinya. 'Aaaaarrrgggg..' semakin lama semakin melengking memekakkan telinga orang di sekitarnya. Sang orang tua pun mengejarnya, mencoba membujuk si bocah agar menghentikan teriakan-teriakan dan larinya yang terus melaju. Semakin dikejar semakin cepat saja sang bocah, anehnya sang ayah juga tak berhasil menangkapnya. Dramatis sekali sore itu, seperti cuplikan sinetron. Bocah berumur 5 tahun yang dikejar ayahnya tapi tak kunjung tertangkap, hingga akhirnya anak berambut lurus dengan kulit sawo matang itu jatuh tersandung batu.

"Kenapa harus lari dan berteriak-teriak Putraku?" tanya ayahnya sambil mengobati luka di lutut si bocah.
"Semuanya berbohong, bohong padaku Ayah," jawab si bocah sambil sesenggukan.
Kernyit dahi sang ayah semakin menampakkan kerutannya, mencoba mengerti statement putranya.
"Iya... mereka bilang aku pintar, tapi ternyata aku tahu kalau mereka membicarakanku dan mentertawakanku di balik sesemakan tanpa sepengetahuanku."
"Mereka? siapa mereka? tanya ayahnya.
"Teman-temanku," sambil gregetan si bocah menyebut satu per satu nama teman sepermainannya.

Hahaha... melihat kejadian itu saya hanya geleng kepala, Masya Allah,... anak kecil saja merasa tersinggung ketika teman sepermainannya mengkhianatinya. Hihihihihi... Bagi saya, kalau saya diperlakukan demikian, sebagai manusia biasa mungkin reaksi yang manusiawi adalah marah, tapi kalau mau berpikir jernih marah tanpa ada tindakan penyelesaian juga akan sia-sia. Memaafkan dan berusaha berhati besar mungkin opsi yang baik.

Jadi teringat tulisan "Yen Ati Bening Urip Tansah Eling Marang Gusti Kang Murbeng Dumadi."

Rabu, 20 Februari 2013

huuuh | hembuskan

Ada beban moral tersendiri baginya, yang sepertinya dengan baik ia sembunyikan di balik kulum senyumnya. Saya memang tidak merasakan rasa pahit yang sepertinya lebih pahit dibanding kopi terpahit yang pernah ada. Mencoba memahami saja, mencoba menjadi teman cerita dan pendengar yang baik. Dia terpukul, terpukul senyata-nyatanya saat dirinya harus tahu bahwa ada yang tidak beres pada orang terkasihnya. Kasihan, marah, jengkel, semuanya bercampur aduk, dia hanya bisa menyebut pelan-pelan asma Tuhannya, menggeleng seakan tak percaya, lalu menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya, dan mengelus dadanya. "Ohuuuuh..." saya pun ikut menghembuskan nafas terdalam. Tidak mungkin saya tuangkan disini. Biarlah doa saya yang menyertai berat bebannya, mungkin membantu walau sedikit. :'(

Bijaksana Menilai Orang

Malam ini lagi-lagi saya tidak memejamkan mata sampai dini hari begini, dibilang banyak pikiran ya nggak juga, dibilang lagi ada garapan ya nggak juga. Hahaha... entahlah apa ini yang dimaksud dengan insomnia, ini sudah berlangsung tujuh sampai sepuluh hari lhooo... Akhirnya saya memilih untuk blogging saja malam ini, sambil menunggu match Arsenal versus Bayern Muenchen. Semoga termasuk kegiatan produktif yang bermanfaat. Aamiin.. Hayooo yang ngamini pahalanya nambah lhoo.. :D




Jadi begini yang ingin saya tuliskan malam ini adalah tentang cara kita menilai orang lain. Sikap seseorang yang begini, begitu, atau seperti ini dan seperti itu seharusnya tidak menjadikan kita mengambil kesimpulan sendiri, lebih-lebih kalau kita tidak akrab, hanya tahu info singkatnya, bahkan tidak kenal sama sekali. Be wise-lah dalam menilai orang. Saya pernah nih, pasang status di facebook tentang PKS (Partai Keadilan Sejahtera), salah satu partai yang saya kagumi solidaritas kader dan pergerakannya yang rapi. Nah gara-gara status facebook saya itu beberapa orang mencap bahwa saya adalah kader PKS. ckckckckck --___--a memprihatinkan sekali, dan gak abang-abang lambe malah ada yang langsung frontal, kamu kan orang PKS ? halooo... demi apa coba nge-judge begitu ? hihihihihihi...

Memangnya kalau saya kagum pada PKS saya orang PKS ? kalau saya gak suka dengan kader NU yang money oriented berarti saya akan meninggalkan tradisi kultur NU ? Atau kalau saya sering sholat di masjid yang mayoritas jamaahnya berorganisasi Muhammadiyah berarti saya pengurus Muhammadiyah ? halooo... Mari bijak dalam menilai orang lain, sudah sering kita dengar dan baca 'don't judge the book by its cover' , tapi ternyata masih banyak orang di negeri ini yang mungkin belum pernah membaca tulisan itu, akhirnya mereka menilai dan melihat orang lain dari kulitnya saja.

Mari kita belajar dari parikan fenomenal yang dimiliki peradaban tertua di dunia ini, Jawa.

Pernahkah Anda mendengar lagu jawa yang berbunyi 

Dondong opo salak, duku cilik-cilik
  Ngandhong opo mbecak, mlaku thimik-thimik

Dulu, ketika saya masih kecil mbah saya sering menyanyikan lagu ini kata mama saya kalau saya sedang rewel, saya lupa-lupa ingat. Tapi seingat saya mbah saya lalu menanyakan pada saya 'hayooo, dondong opo salak?' lalu saya tertawa kecil menghentikan tangis saya.

Begini kalau mungkin Anda pernah mendengarnya, saya sedikit ingin memberikan maknanya, makna dari gendhing tersebut yang baru saya dapatkan di akhir Januari lalu saat ngaji di Tuban, yang mengejutkan lagi bahwa nada-nada tersebut konon katanya diciptakan oleh para wali.

Let's begin
Dondong, dondong itu buah yang kulitnya halus tapi rasanya kecut dan berserabut dimaknai sebagai manusia yang hanya bagus luarnya saja tapi isi hatinya kurang baik bahkan rusak.

Salak, nah kalau salak adalah buah yang kulitnya kasar bahkan tak jarang ketika kita mengupas kulitnya, jari kita akan terluka. Akan tetapi, buahnya lembut dan halus tidak seperti kedondong yang lebih keras. Salak oun diibaratkan sebagai manusia yang penampilan luarnya kurang baik atau bahkan buruk tetapi njeroning ati becik. Baik, bagus, dan husnudzon.

Duku, kalau duku benar buahnya kecil tapi penampakan luar dalamnya halus, lembut, dan manis. Penggambaran manusia ideal yang baik luar dalam. Menurut saya kita kudu jadi yang begini ini, semacam duku. Keren luar dalam, kalau Anda punya pikiran penampilan itu nomor sekian, itu terserah Anda. Bagi saya penampilan juga perlu, kata orang Jawa 'Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana'

Next
Ngandhong / Gendhong, Nah di parikan ini setau saya ternyata ada yang bilang ngandhong (naik andhong/delman) ada juga yang sering bilang gendhong. Seingat saya mbah saya bilangnya ngandhong kalau lagi parikan. Maksudnya adalah kita naik andhong yang ongkosnya untuk kusirnya yang pada ujungnya digunakan selain untuk kebutuhan keluarganya juga untuk membeli pakan atau perawatan kudanya juga. Jadi dalam hal ini kita berkasih sayang pada makhluk Tuhan bernama kuda.

Mbecak, Maksudnya adalah kita ke pasar naik becak, yang ongkosnya untuk pak becaknya, yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jadi begitulah, manusia saling melengkapi.

Mlaku thimik-thimik, It means, melangkahkan kaki sendiri, mandiri tanpa harus ngandhong atau mbecak.

Kembali ke bahasan saya tentang menilailah orang lain dengan bijak, ada kaitannya dengan parikan sesepuh kita dulu, tentang dondong opo salak ? Anda menilai seseorang hanya dari status-status facebook, BBM, atau twitternya, ada kemungkinan Anda melihat seseorang seperti Anda melihat kulit salak yang kasar. Akan berbeda jika Anda menelusurinya lebih dalam -tapi pentingkah untuk Anda? mencari tahu urusan orang lain- , seperti pada tulisan saya sebelumnya, Just manage your own business Dude ! Should be better for you. Menilailah yang pas, menilailah ketika Anda benar-benar tahu faktanya, menilailah pada tempat yang tepat, menilailah dari sudut pandang yang proporsional. :)

Saya juga pernah menilai orang lain, tapi penilaian saya mungkin berdasar, tidak asal menilai, tidak asal menarik kesimpulan. Kecuali kesimpulan pendek ketika saya menyaksikan berita di televisi tentang bullshitnya perpolitikan negeri ini, tentang media yang terkesan tidak fair dalam mewartakan. Dalam hal itu saya sering berkesimpulan pendek, bahkan cenderung ngawur tidak ilmiah. Hahahaha... 

Sooo... Ketika Anda akan menilai seseorang apakah orang tersebut seperti dondong, salak, atau duku, pastikan penilaian Anda bijak. :)

Selasa, 12 Februari 2013

Apa Kabar Subuh ?



Hari ini saya mendapatkan sebuah nasehat yang teramat berharga dari guru saya. Di awal pembicaraan beliau bertanya kabar saya, kuliah saya, dan skripsi saya. Saya jelaskan bahwa kemarin baru saja saya melewati satu tahap awal untuk melanjutkan tugas akhir saya, saya bercerita tentang beberapa kemudahan sejak menemui dosen pembimbing dan dosen wali hingga saya cukup mudah menentukan tanggal sidang proposal saya yang tanggal 11 kemarin. Saya juga bercerita jalannya sidang, sidang saya cukup singkat (jam 10.15 - 10.50) dengan beberapa permasalahan proposal research saya yang pada akhirnya menemukan titik temu antara saya, pembimbing, dan penguji. Alhamdulillah...

Ujung dari pembicaraan kami, beliau menembak saya sambil tertawa, "Insya Allah, itu buah sholat Subuh jamaahmu di langgar Cong. Ketika yang lain tertidur kamu malah sibuk ambil air wudu untuk Subuhan di langgar walaupun sepulang itu kamu juga ngantuk."

Cegghek. Batin saya, sepulang Subuh saya gak cuma ngantuk, tapi seringkali tidur.

Beliau melanjutkan, "Coba istiqomah terus ya Ndu, apalagi kalau ditambahi sunnah lainnya, Insya Allah akan ada jalan lain yang tidak diduga-duga. Logikanya gini Cong, kalau Pandu menunda kewajiban Pandu pada Allah, yang itu adalah hak Allah maka tidak menutup kemungkinan Allah menunda-nunda kebutuhan Pandu." 

Mbrebes mili. Dalam obrolan via telepon ini, saya mendapatkan pelajaran yang benar-benar menyentuh. Rizki Allah itu disebar sejak pagi dimulai, oleh karena itu Subuhlah yg menjadi kuncinya. Maka Kanjeng Nabi mengajarkan para lelaki agar sholat Subuh berjamaah di luar rumah (musholla dan masjid). Cocok juga dengan petuah para leluhur, 'Bangunlah sebelum matahari padang jingglang (terbit) kalau tidak nanti rizkimu dipatok ayam!' Coba lihat, yang Subuh sudah terjaga insya Allah rejekinya mak josss, hal ini bukan hanya berlaku bagi muslim, karena Allah itu bersifat Rohman, kasih-Nya untuk semua manusia sedangkan Rohim, sayang-Nya hanya untuk muslim mukmin. Coba lihat kisah orang sukses non muslim, mayoritas punya habit bangun di pagi lebih awal. Perlu digarisbawahi bahwa rejeki bukan hanya materi tapi juga kesehatan, kesempatan, kemudahan-kemudahan dan kelancaran dalam menghadapi ujian. Kalau saja hidup kita ruwet, susah, masalah sepertinya gak selesai-selesai, cobaan rasanya beruntun, galau, gelisah, dan jenis2 ketidaktentraman hati lainnya maka silahkan bercermin lagi dan tanyakan

"BAGAIMANA KUALITAS SUBUH KITA ?"
#refleksi, dan harapan saya semoga saya bisa istiqomah

Senin, 11 Februari 2013

Baju Kebesaran Menuju Sukses


Kostum ini adalah kostum wajib yang harus dipakai oleh seluruh mahasiswa kedokteran hewan UNAIR saat melaksanakan sidang proposal (SP), seminar hasil (SH), dan sidang skripsi (SS), dan hari ini Senin, 11 Februari 2013 saya mengenakan pakaian kebesaran ini untuk melangkahkan kaki di tahap pertama, SP. Sebuah langkah yang insya Allah cukup baik untuk memulai tugas akhir menuju sarjana kedokteran hewan, tugas akhir yang bernama skripsi. Alhamdulillah wa syukurillah. Langkah pertama ini merupakan sebuah langkah yang insya Allah akan berujung manis di tiap langkah-langkah berikutnya, walaupun rintangan dan beberapa tantangan di depan siap menanti. Akan tetapi liku-liku itu yang akan menjadi cerita di kemudian hari. Cerita seorang pejuang skripsi, cerita penjemput impian, impian menjadi seorang sarjana yang kelak akan bermanfaat bagi sekitarnya, sarjana yang idealisnya tetap ada seperti masa mahasiswanya. aamiiin...

"Pejuang skripsi, senyum surga kesuksesan menantimu !"

Jumat, 08 Februari 2013

Semua Berbicara Politik

Politik! Semua berbicara tentang politik. Abang becak, kuli bangunan, mahasiswa, bocah SMP dan SMA, pengusaha, pedagang, akademisi, dan penjaga warnet. Menjelang 2014 dimana pemilihan umum langsung akan digelar semua orang punya prediksi masing-masing, dan tiap dari mereka merasa paling pintar dan benar dalam berargumen bak seorang politikus. Haha... tiap membaca koran di warung kopi, pasti ada yang nyeletuk tentang Demokrat, PDI P, PKS, PKB, NasDem, koalisi, caleg, wakil rakyat, kesejahteraan, dan simbol-simbol politik lainnya. Berbicara soal politik memang abu-abu. Saking abu-abunya menjadi dilema untuk membicarakannya. Kalau saja para politikus berpendidikan tinggi yang memang ahli dalam perpolitikan itu bisa dipercaya dan benar-benar berada di atas kepentingan rakyat, bukan hanya mengatasnamakan rakyat. Maka saya yakin tidak semua orang berbicara tentang politik, yang berbicara tentang politik hanya orang-orang tertentu, bukan orang sembarangan. Akan tetapi, so contrast mereka yang diakui sebagai politikus dan elite politik lainnya ternyata tidak semuanya berpihak pada kepentingan orang banyak, justru terlihat sebagian besar hanya bullshit.

Kasus demi kasus perpolitikan tanah air ini seakan-akan sudah memiliki blue printnya. Blue print yang manusia -orang atas sana- buat sendiri, bukan blue print cetakan Tuhan. Skenario para elite politik melalui media -mungkin-. Mana yang benar ? media mana yang memiliki kredibilitas untuk bisa dipercaya 100% ? RCTI milik Hary Tanoe yang mulai terjun ke ranah politik, Suya Paloh dengan Metro TVnya, Chairul Tanjung yang katanya salah satu suksesi orang nomor satu negeri ini : SBY.  TVOne ? Aburizal Bakrie. ANTV juga Bakrie. Itu yang media elektronik, media massa sepertinya juga menjadi salah satu skenario perpolitikan Indonesia dengan kepentingan pemiliknya berkorespondensi dengan elite politik.

Bagaimana politik mau dibilang bersih kalau carut-marut tinta hitamnya menyembul-nyembul menodai ranah yang non politik ? Atau pertanyaan lain, kapan politik bisa dibilang bersih di tanah air ini kalau ketidakfairplayan menghadapi lawan politikterus digencarkan ? Kedua pertanyaan retorik bagi politikus ini sering dijawab oleh sebagian besar orang dengan jawaban 'Ketika pemudanya dahsyat, bersih, dan bertanggung jawab.' Hahaha.. pemuda ? Tidak perlu saya buka borok kepemudaan tanah air ini dengan berbagai kasus yang memalukan. Terlalu banyak pemuda yang sudah kehilangan jati diri garudanya. Kalau dilihat di layar kaca itu hanya sepersekian kebobrokannya. Bukankah juga masih banyak pemuda yang mau berpikir tentang negeri ini ? ya betul masih banyak, sayang mereka tak pernah tercitrakan dengan baik. Media lebih sibuk memberitakan yang tidak sedap karena mungkin materi seperti itu yang disukai penikmat berita.

Dia yang Mulai Lupa



Sesekali dia merasa bosan dengan gemerlapnya nuansa metropolitan, dia ingin keluar sejenak merasuk ke kedinginan fajar di puncak gunung hanya untuk sekedar meretas kelinglungan hidup ibu kota. Baginya hawa dingin lebih bisa dinikmati daripada jingglangnya langit luas yang terik. Sayang, keinginannya belum terwujud. Dia masih terus disibukkan hiruk pikuknya deadline duniawi pekerjaannya.

Nasibnya terus berjalan beriringan dengan keseharian kerja kerasnya. Bisa dibilang mujur atau pun sial. Kontradiktif dengan realitanya, membingungkan. Secara materi dia mujur, tapi batinnya sering terombang-ambing sendiri dengan urusan-urusan kewajibannya, pasalnya dia seakan tak pernah menyentuh nasihat-nasihat Tuhan lagi, jarang menuntut ilmu yang disebar Tuhan melalui malaikatnya. Hampa, kosong seakan tak punya arti lembaran uang merah dan biru dalam dompetnya. Nasib oh nasib, dia merenung, 'Sepertinya tak cocok aku hidup begini' Apakah takdir Tuhan yang salah? ahahaha... kenapa kau harus menyalahkan Tuhan wahai pekerja keras. Tuhan menitipkan hembusan nafas padanya, pilihan menjadi pekerja keras atau pekerja cerdas itu ada padanya yang harus ia putuskan. Tuhan tidak pernah salah.

Tak pernah berlalu begitu saja hasil renungannya. Dia berjalan sambil berpikir, bekerja sambil berpikir. Pantaskah dia mengejar isi dompet sampai harus meninggalkan Tuhannya ? Dia ingin sosoknya yang dulu, bersekolah, kuliah dengan tidak meletakkan Tuhan dalam dompetnya. Tenang dan damai. Nilai baik, bermanfaat dan tak lepas dari Tuhannya. Pikiran itu terus merasuk sampai ubun-ubun dan saraf otaknya sampai terkadang menjalar ke saraf tepi sumsum tulang belakangnya. Bekerja dengan Tuhan yang dia inginkan sekarang.

Dia mulai sadar Tuhan ternyata selalu bersamanya walau dirinya tak pernah titen atas kebesaran-Nya atau bahkan sempat melupakan-Nya. Dia mulai bangun dari ketidaksadaran kesadarannya, bahwa Tuhan akan selalu memenuhi isi dompetnya sekalipun terlupakan. Tuhan membuka mata hatinya bahwa diri-Nya berada dalam hati terdalam sejatinya. Tidak perlu gunung yang dingin untuk menghempaskan keruwetan, cukup Tuhan dalam keramaian dunia diingat maka insya Allah sudah plong. Sebutlah Dia dalam keramaian maupun kesunyian, nama Tuhanmu : Allah Subhana wa Ta'ala..

Batu, Sebuah Pelampiasan

Sabtu, 12 Januari 2013 tanpa ba-bi-bu kami berangkat ke Batu dengan tujuan yang tidak jelas, super absurd. Tanpa rencana panjang sebelumnya, cukup planning di hari Jum'at sore bahkan bisa dibilang baru malamnya. Sebuah pelampiasan selama 2 minggu kami dibantai dengan soal-soal UAS yang membuat kami mblenger karena benar-benar menguras otak dan tenaga kami. Maklum tipe belajar kami bukan tipe orang-orang yang setiap hari belajar, kami belajar dengan cara SKS (Sistem Kebut Semalam) walhasil benar-benar terasa capeknya, bahkan saya pun sempat tepar dan harus mengikuti ujian susulan. Sabtu saat itu sebenarnya bukan hari terakhir UAS bagi personil 7 mm selain saya, keenam teman saya pada hari Senin esok lusa masih harus ujian Akupunktur, sedangakan saya sudah terbebas karena saya mengambil mata kuliah pilihan Satwa Liar. Tapi entah kenapa, rasanya karena akupunktur adalah mata kuliah pilihan menjadi sebuah hal yang ringan tanpa beban untuk mengerjakannya. hahaha.. suangaaaarrrr...

Banyak cerita yang tidak bisa diceritakan melalui kalimat, yang jelas intinya ke Batu hanya untuk Sholat Dhuhur, Ashar, dan Maghrib, servis mobil, naik Ferish Wheel 3000 perak di alun-alun Batu, maem  bakso,  beli kripik di Pasar Lawang.

It's better to look at these frames :p

Sholat di Masjid daerah mau masuk Batu kota

Gak jelas gara-gara nunggu servis mobil

Menghibur diri atas kebosanan menunggu servis mobil
Asline poseng mikir ongkos servis.. :p

Demi apa coba? di ruang tunggu servis mobil pose begini -__-

Sholat Ashar di Masjid Agung An Nuur Batu
Mulai bergembiraaaa... \m/


Jaja, Nourma, Diar

Aseeek... body guard e Pak Haji (amiin) Pandu :p


Tiket Verish Wheel

Dan ternyata Lodi takut ketinggian... hrrr...

Maksud hati mau candid, eh yang dipoto pas noleh. haha

Ini yg motret kurang Sipp.. maksud hati berpose di depan patung apel tapi..

Full team

Maem di pujasera Batu
Nice Batu Night

Siap cuussss pulang

Ngueeengggg... fast furious



Semakin tampak bagaimana absurdnya kami... :p


Hujan! Kalikambang Hidup

Kalikambang adalah sebuah air terjun yang ada di Desa Kedasih, Sukapura, Probolinggo. Ya... desa dimana saya pernah mengabdi dalam sebuah program kampus : KKN. Ketika musim hujan seperti ini, Kalikambang hidup, mengalir deras dengan pesonanya. Tidak seperti waktu saya dulu KKN, kering dan mati karena saat itu musim kemarau.

Check it out!
















Extraordinary Journey


Sebenarnya cerita ini berlangsung tanggal 24-25 Desember 2012, hanya saja saya baru menyempatkan menulis sekarang. Sempat ingin saya buat cerita ini dalam bentuk novel yang mungkin menarik. Novel yang terdiri atas beberapa bab. Haha... Tapi ternyata tak kunjung terwujud. Sebuah obsesi karena terinspirasi dari novel dan film 5 cm, lalu kami menamakan persahabatan kami 7 mm, kumpulan 7 bocah yang tidak sehebat tokoh 5 cm tapi cukup menakjubkan untuk dinikmati di kalangan sendiri. hahaha...

Kalau sebelumnya saya punya kisah bersama 4 Heroes (Saya, mas Saiful Karim, Ubaidillah, dan Budi) di masjid Agung At-Taqwa atau #PejuangJalanCinta (Saya, Gerry, Zainal, Ferri, dan Yuyud). Ternyata saya juga punya konco plek di kelas saya, yang kalau kemana-mana sering bersama. Yaaa... kami adalah 7 mm yang absurd dan penuh obsesi positif tapi sering morat-marit. Saya, Lodi, Diar, Nourma, Jaja, Moci, dan Dimas. Persahabatan kami saat ini ada di penghujung usia. Usia kampus maksudnya. Hebat lhooo kita-kita ini. hahaha.. Lodi dan Nourma yang pacaran ternyata bisa nimbrung dengan lima teman lainnya. Diar yang terlihat introvert di mata teman-teman lain ternyata cukup terbuka kalau bersama 7 mm. Dimas pun yang anaknya cukup teratur dan tertata rupanya bisa lebih amburadul khas anak muda kalau sudah kadung ngumpul. Naaaah... kalau Moci dan Jaja ini, dua orang ini patut dikasih 1000 jempol, mereka dulu pernah menyandang status in relationship, tapi ternyata sekarang bisa jadi in friendship yang baik-baik saja dengan perjalanan cinta yang sudah masing-masing. Dan kita semuaaaaaaa enjooooy ber-seven milimeter. Eh iyaa... travelling kami tidak hanya bertujuh tapi ketambahan satu temen yang juga cukup akrab dengan 7 mm, Bambang namanya, tapi lebih akrab dipanggil Mbeng.

Nah jadi ceritanya, ketika tanggal 24-25 Desember itu adalah minggu tenang dimana kami akan menghadapi UAS di tanggal 2 Januari 2013. Sesuai rencana kami akan berangkat ke Bromo sebagai perjalanan extraordinary untuk mempererat persahabatan kami yang sudah ada di ujung perkuliahan. Perjalanan ke Bromo memang biasa saja, seperti kebanyakan orang, yang membuat tidak biasa adalah perjalanan menuju desa KKN saya. Trip that was so full challenges. Jalan berkelok-kelok, naik-turun, berbatu, tanpa lampu, hutan, gelap, sepi, dan horor. Sayangnya taidak ada dokumentasi disana. T__T

Persiapan di markas

Moci, Lodi, Nourma, Diar, Jaja, Saya, Dimas
Sunrise

Nourma & Lodi

Apalagi kalau bukan Bromo


Lautan Awan

Mbeng (putih) sangar gak pake jaket

Saya

Dimas

Eh... Mahamerunya nongol..

Jaja

So beautiful

Diar, Jaja, Saya, Dimas

Masih mengagumkan

Wow.. Xperia saya gak kalah dengan 1100D. haha

Ini juga Xperia, Moci dipotret Dimas. 

Kabut Berdebu, butuh masker untuk sampai di puncak

Wusssssh.. makanya semacam dyspnue disana

Sok-sok'an 5 cm.hahahaha

Take a fabulous scene

Diar

Masya Allah...

Pak Joko, Orang Tengger Desa KKN saya ikut menemani ke Bromo

Dimas, di daerah Bromo yang masih berkabut

Dimas, Moci, Mbeng

Jaja road to the top of Bromo

Diar, sea of sand

Entah saat itu kami melihat apa

Nourma dengan background Gunung Bathok

How lucky !!!



Tak sengaja kami bertemu Pak Tarno

Turun gunung
daaan... tepar di Ayam Goreng Pak H. Sholeh
Dimas seperti mayat