Laman

Selasa, 29 Mei 2012

Cerita Malam Anak Jalanan


gambar diambil dari blograkazakaria.blogspot.com
Tadi malam ketika saya pulang dari hiruk pikuk lautan manusia Pasar Malem Tjap Toendjoengan dan Surabaya Urban Culture Festival, sekitar jam 23.00 ada pemandangan kontras yang saya dapatkan di jalan. Pemandangan itu saya dapatkan di perempatan Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR Kampus A, di tengah malam yang jalanan sudah semakin sepi masih saja di traffic light ada dua orang bocah menjajakan korannya. Mereka berselempang tas yang saya yakin tidak ada isinya kecuali sebuah harapan sebungkus nasi yang akan mereka dapatkan malam itu. Memprihatinkan memang, sedini itu mereka harus merasakan kerasnya kehidupan metropolis.

Yang saya heran si bocah laki-laki masih asyik berdiri sambil membelai rambut adik perempuannya dan berkata, “Sabar Dek, mangan kok, mangan,” sambil menunjuk perut adiknya dan melanjutkan, “Wes lemu ngene loh, mosok sek luweh?? Hahahaha.” Candanya membuat malam semakin kasihan pada mereka. 

Saya terhipnotis dengan situasi itu, mbrebes mili mata saya. Lampu hijau di depan saya kurang beberapa detik lagi,
mereka mendekati saya dan si bocah laki-laki berkata, “Motor e Mas e apik yoo, nggilap !!”
Saya yang nggumun akhirnya tersadar, lalu saya berkata, “Dek, iki onok rejeki sethithik tapi onok syarat e lhoo.”
“Opo Mas ?”
“Tapi janji kudu gelem dilakoni yooo?”
“Iyo Mas,” jawab mereka kompak dengan semangat.
“Maringene, tak ke’i dhuwek, kowe golek o maem, mari maem kudu sholat yoo, nyuwun nang Pengeran, Gusti Allah ben koranmu mene laris. Lek nyuwun nang Pengeran pasti diparingi.”
Mereka manggut-manggut sambil menerima sedikit rejeki yang kukeluarkan dari dompetku.

Lampu hijau sudah menyala, aku hentakkan gas Jupiter MX ku...
Dan mereka berteriak, “Suwuuuuun Mas, aku janji jange sholaaatttt!”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar