"Pulang !!! Ambil dulu kopyahnya !!!" Kata beliau dengan nada tinggi.
Hahaha... kalimat itu dialamatkan untukku ketika aku masih kelas 3 SMP sampai SMA jika aku lupa mengenakan kopyah saat sowan ke rumah guruku.
Sepertinya tidak ada hal yang mendasar dari perilaku memakai atau tidak memakai kopyah. Tidak ada ketentuan yang menjelaskan bahwa tidak mengenakan kopyah itu berdosa. Tidak ada yang pernah menerangkan bahwa berkopyah atau tidak berkopyah merupakan sebuah kewajiban atau bukan.
Akan tetapi, kalimat sengit yang diucapkan guruku bertahun-tahun lalu baru bisa dipahami akhir-akhir ini. Yaa ketika aku kuliah. Hal yang kutangkap dari hikmah berkopyah atau tidak adalah bagaimana kita bersikap kepada lawan bicara kita. Kalau kita membuat janji dengan teman-teman kita untuk hang out ke mall, pasti kita mempersiapkan penampilan kita, memakai baju yang catchy, bergaya trendy dengan semprotan parfum yang semerbak, atau mungkin memakai gincu yang merah bagi kaum perempuan. Nah, begitulah yang guruku maksudkan. Ketika seorang santri ingin bertemu dengan gurunya maka si murid harus memperhatikan penampilannya, sopan santun pakaiannya dengan menggunakan kopyah dan atau sarung. Penampilan murid bertemu dengan gurunya jangan pernah samakan dengan pertemuan murid yang akan bertemu dengan teman-temannya.
Cerita lain yang bisa dipetik dari kopyah adalah ketika aku harus hidup di kota besar semacam Surabaya, aku yang mulai memiliki lawan bicara dengan berbagai macam karakter sudah mampu untuk memperhatikan diri untuk berpenampilan. Tidak mungkin aku mengenakan sarung lalu ikut kongkow bersama teman yang necis abis di sebuah cafe. Tidak mungkin aku ke pondok dengan kaos oblong bergambar tengkorak plus skinny jeans. Tidak mungkin aku berkunjung ke ruang dekan menggunakan kaos, bercelana pendek, dan bersandal jepit.
Begitulah guruku mendidikku. Keras, tegas, tapi penuh hikmah. Hanya dari kopyah, pelajaran berharga yang bisa kuambil adalah 'Sudah pantaskah penampilan kita dengan orang yang akan kita temui ?'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar