Sengaja saya tidak cantumkan dalil atau ayat yang mendasari tulisan saya kali ini. Saya menulis dengan keinginan hati terdalam saya sehingga tanpa berpikir panjang tentang dalil pun semoga Anda bisa menganggukkan atau menggelengkan kepala Anda. Semoga bermanfaat.
Ini tentang dakwah,
Ini tentang kemakmuran masjid,
Ini tentang saya yang dibesarkan dalam lingkungan dakwah,
Ini tentang saya yang disadarkan akan masjid,
Ini tentang saya yang karena jasa-jasa beliau bisa menuliskannya.
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Berdakwah itu memerlukan niatan tulus, berdakwah yang memiliki pengertian sederhana mengajak (pada kebaikan) adalah sebuah tindakan yang memerlukan hati murni hanya untuk Allah ta'ala. Dakwah adalah sebuah kewajiban yang dimiliki tiap muslim, minimal dakwah pada diri sendiri. Mendakwahi diri sendiri berarti berinstropeksi terhadap tingkah laku amal sendiri, baik laku amal mahdhoh atau pun ghoiru mahdhoh. Berkaca seberapa besar pengorbanan kita terhadap dakwah pribadi dan dakwah untuk kemaslahatan ummat ? Kalau sudah ditetapkan bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban, maka seharusnya tiap muslim yang tidak melakukannya tidak akan berpahala (dalam hal dakwah).
Berdakwah itu memerlukan niatan tulus, berdakwah yang memiliki pengertian sederhana mengajak (pada kebaikan) adalah sebuah tindakan yang memerlukan hati murni hanya untuk Allah ta'ala. Dakwah adalah sebuah kewajiban yang dimiliki tiap muslim, minimal dakwah pada diri sendiri. Mendakwahi diri sendiri berarti berinstropeksi terhadap tingkah laku amal sendiri, baik laku amal mahdhoh atau pun ghoiru mahdhoh. Berkaca seberapa besar pengorbanan kita terhadap dakwah pribadi dan dakwah untuk kemaslahatan ummat ? Kalau sudah ditetapkan bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban, maka seharusnya tiap muslim yang tidak melakukannya tidak akan berpahala (dalam hal dakwah).
Hal yang membedakan kewajiban dakwah dengan kewajiban yang termaktub dalam rukun Islam adalah kesadaran. Kita tahu bahwa rukun Islam yang kita pelajari sejak Taman Kanak-Kanak adalah sebuah kewajiban pasti yang harus dilaksanakan bagi tiap mukmin muslim. Bahasa lainnya adalah sekumpulan perintah dalam rukun Islam adalah ibadah mahdhoh, ibadah yang memiliki hubungan langsung antara manusia dengan Allah. Sedangkan dakwah ? yang dalam arti sederhanya adalah mengajak tidak demikian, dakwah adalah ibadah ghairu mahdhoh. Ibadah yang tidak murni dan tidak langsung berhubungan dengan Allah, tetapi ibadah yang memiliki tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah (Taqarrub Ilallah). Begitulah dakwah, Ghairu mahdhohnya sama dengan ibadah seperti tolong menolong, saling menghormati, bersikap sopan santun, menebarkan senyum, dan lain-lain.
Setiap mukmin muslim adalah dai. Begitu yang sering saya dengar di berbagai pengajian, bagi saya tiga huruf yang digelarkan pada tiap muslim bahwa dirinya adalah dai, cukup memberatkan. Tanggung jawab moral menjadi bebannya, karena tiap berdakwah membutuhkan kekuatan hati yang murni. Bagi saya berdakwah bukan hanya sekedar menyelenggarakan kegiatan yang tersyi'ar luas semacam pengajian akbar, kirab Ramadhan, doa dan istighosah akbar, pesantren ramadhan, atau pun ziaroh wali 9. Akan tetapi, ada hal lain yang lebih inti dari itu semua, goal-nya. Membuat sebuah pageleran bernuansa Islam sehingga orang Islam berpesta dan bangga dengan kemuslimannya tanpa berkontribusi menambah iman takwa sasaran dakwah, apa artinya ?
Coba kita lihat, sepengalaman saya berkunjung ke beberapa masjid, lembaga, organisasi bernafaskan Islam, bahkan pesantren ketika saya tanya apakah selain kegiatan yang ada embel-embel 'Akbar'nya juga memberikan daya tarik masyarakat sehingga mereka berbondong-bondong hadir secara akbar ? Bagaimana dengan kegiatan rutinnya, banyak juga yang berpartisipasi ? Hanya beberapa yang mengatakan iya, itu karena sang pengampu, pengasuh pengajian konsisten dan komitmen terhadap apa yang diajarkan dan diamalkan. Ada keteladanan. Tidak sembarangan berbicara, tidak sembarangan berdakwah, ada bukti nyatanya, dan walaupun kita tidak bisa menghukumi hati seseorang tapi tanda-tanda dhohirnya terlihat : dakwah yang memiliki daya tarik adalah dakwah yang tulus karena-Nya.
Seperti yang saya tuliskan di awal : minimal berdakwah pada diri sendiri. Berkaca, kalau kita sudah menjadi orang yang mengajak pada Allah ta'ala di tengah-tengah orang banyak tapi ternyata mereka tidak tertarik pada kita, kita sudah berusaha sekuat tenaga, usaha ngalor ngidul mengajak orang lain untuk memakmurkan masjid, mengajak orang lain menghadiri pengajian rutin, tapi ternyata seakan-akan tidak membuahkan hasil. Orang lain tidak tertarik. Tidak perlu menyalahkan mereka, tidak usah menyalahkan mereka yang mungkin memang belum tersentuh hidayah, tidak penting membicarakan mereka yang lebih mementingkan dunia daripada hanya meluangkan 1-2 jam untuk mengaji. Diri sendirilah yang patut dipertanyakan, bahkan mungkin patut disalahkan. Jangan-jangan ada yang salah pada diri kita sendiri. Terpenting dari itu semua, kesalahan kecil yang berdampak besar adalah niat. Niat yang kurang tulus bisa menjadi lantaran usaha kita tidak berbuah apa-apa.
Dalam hal berdakwah pada orang banyak, dakwah yang dipayungi oleh ikatan jamaah dengan ikatan persaudaraan yang kuat akan menjadi pengaruh antara satu dengan yang lain. Boleh jadi si fulan memiliki niat murni karena Allah ta'ala, si B juga tulus, si C juga begitu. Akan tetapi, jika yang lain kurang ikhlas maka tidak menutup kemungkinan Allah memberikan hasil lain terhadap ketulusan si mukhlisin (orang yang ikhlas) di dalamnya. Setahu saya ketika kita berada dalam dekapan ukhuwah, saling ber-fastabiqul khoirot, saling mengajak kebaikan pada orang lain maka dosa, khilaf, salah yang satu akan berdampak pada lainnya juga. Begitu pula sebaliknya, kebaikan, kelebihan dan kesholihan yang satu akan berakibat pada lainnya. Sudah tidak perlu dipertanyakan apa dampaknya ? Siapa menanam kebaikan akan panen kebaikan dan sebaliknya.
Maka, menjadi penting ketika kita membangun sebuah rumah yang baik diperlukan bahan-bahan dengan kualitas baik. Mendirikan sebuah komunitas kebaikan untuk mengajak orang lain menuju jalan-Nya juga dibutuhkan orang-orang yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Sekali lagi kita tidak bisa menghukumi hati dan niat seseorang, hanya bisa melihat tanda-tandanya. Seseorang niat atau tidak dilihat dari ghiroh, laku amal, tindakan nyata pada dakwah itu sendiri, dan keseharian ibadah mahdhohnya.
Terakhir, dakwah itu bukan coba-coba, bukan main-main melainkan suatu hal yang serius. Apalagi yang akan kita berikan pada agama ini ? Bukankah sejak SD kita sering mendengar doa 'Ya Allah jadikan kami anak yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara' ? Jika Anda sudah merasa bermanfaat pada agama lantas tidak berdakwah, silahkan. Wallahu a'lam bish Showwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar