Laman

Senin, 29 April 2013

Melanjutkan atau Merintis Lagi ?


Saat semangat kita ternyata tidak diikuti semangat lainnya, maka tidak perlu berkecil hati. Menurut saya ada dua opsi untuk meresponnya, yang pertama membesarkan hati dan melanjutkan aksi dengan penuh semangat atau membesarkan hati dengan merintis di tempat lain. Pilihan yang memang benar-benar membutuhkan hati yang besar. Pilihan pertama dan kedua akan membuahkan dua kemungkinan juga, sama-sama diikuti semangat juangnya atau sama-sama terasa sangat naif. 

Kata Imam Tirmidzi, "Al Iimanu yaziidu wa yanqush, Yaziidu bith thoo'ah, wa yanqushu bil ma'shiyah." Iman itu bertambah dan berkurang, naik dan turun. Bertambah karena ketaatan dan berkurang oleh sebab maksiat. Dalam konteks ini saya akan mengutarakan tentang kemasjidan, yang saya cukup aktif di dalamnya, aktif memakmurkannya dengan minimal sholat berjamaah di masjid. Melihat pasang surutnya AKTIVIS dan jamaah masjid, bisa jadi semangat seseorang untuk memakmurkan masjid adalah dimana iman seseorang sedang bertambah. Sudah jelas, berarti orang tersebut memiliki ketaatan yang bagus. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang aras-arasen, merasa belum pantas, minder, takut, curiga, dan berprasangka macam-macam yang ujung-ujungnya menimbulkan malas memakmurkan masjid. Berarti orang tersebut sedang berkurang imannya, seperti kata al imam, bahwa berkurangnya iman disebabkan oleh maksiat. Na'udzubillah...

Sebuah teguran yang harus segera ditaubati jika iman kita sedang turun. Berarti ada yang salah di dalam tingkah laku dan niat hati kita. Oleh karena itu, hal yang diperlukan dalam membina iman yang kapan saja bisa terbalik ini adalah dengan berjamaah. Coba kita tengok lagi filosofi orang kuno tentang sodo (jawa, red : sapu lidi), sebatang lidi tak akan mampu membersihkan pelataran luas dalam waktu singkat, namun kumpulan lidi yang diikat jadi satu pasti menyelesaikan pekerjaan itu dengan lebih cepat. Lidi yang satu tidak sekuat yang sekumpulan. Sama halnya dalam memakmurkan masjid, semuanya harus berjamaah. Dimulai dari sholat lima waktu berjamaah di masjid, berkumpul dengan orang-orang yang suka sholat berjamaah, berdiskusi dan merencanakan lomba kebaikan bersama orang yang suka sholat berjamaah. Kata Cak Nun dalam tombo ati, Kumpulono Wong Kang Sholeh. Berkumpul dengan orang sholih akan membentuk karakter tiap pribadinya. Tiap orang yang ada di dalam komunitas itu akan merasakan butuh terhadap jamaah yang lain. Butuh dalam artian untuk terus menambah kualitas iman pada Allah ta'ala.

Fenomena yang terjadi saat ini. Mereka yang mengaku aktivis dakwah, yang katanya aktivis masjid justru lebih senang berkumpul-kumpul saja di masjid. Berkumpul bukan dalam rangka ta'lim, tetapi berbicara hal yang sepertinya kurang ada kaitannya dengan agama. Faktanya, masjid hanya dijadikan basecampMarkas orang-orang mukmin yang produktif tidak masalah, tapi yang terjadi tidak demikian.

Semangat dakwah yang membakar niat untuk fastabiqul khoirot ini sedang menunggu jawaban pada saat yang tepat. Melanjutkan atau merintis di tempat lain ? Itu pilihan yang saya punya. Saya akan menunggu itu, bagaimanapun pilihan saya dalam waktu yang sudah saya deadline-kan ini, saya harus memilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar