Akhir akhir ini ada banyak sekali pesan masuk di telepon genggamku, pesan yang isinya memberitakan tentang kematian seseorang. Pesan yang membuat hati ini langsung ingat bahwa mati itu sederhana. Tidak bernafas. Jantung ini berdegup ketika mendengar kematian. Umur mana ada yang tahu.
Indah, mereka yang menghunjamkan iman dalam hatinya. Elok, mereka yang mempondasikan Allah dan Rasul sebagai pijakan pertamanya. Tinta emas menjadi miliknya ketika semua itu mereka bawa mati. Sungguh tiada hal yang paling nikmat selain mati dalam keadaan Islam. Lebih-lebih saat kematian menjemput, nyawa dan nafas terakhir ini berdzikir pada-Nya. Cita-cita.
Aku tidak pernah bosan mendengar cerita kematian mereka-mereka yang matinya mempesona. Mati dalam kondisi yang mungkin diidam-idamkan banyak orang. Mereka yang mati saat sholat, ngaji, wirid, sujud. Aku juga tak pernah jemu saat diceritakan mereka yang mati pernah meninggalkan amal kebaikan. Mereka yang mati dengan sedekahnya yang sembunyi-sembunyi, mereka yang mati dengan tebaran senyum kesabarannya, mereka yang mati dengan Dhuha takpernah putus, mereka yang mati dengan sholat malam rutinnya, mereka yang mati dengan selalu membantu orang tuanya, mereka yang mati dengan berjuat ilmu yang diamalkannya, mereka yang mati dengan disiplin tinggi ibadahnya, mereka yang mati dengan suka menolongnya, mereka yang mati dengan sifat pemaafnya, mereka yang mati dengan dedikasi tinggi terhadap kemaslahatan masyarakatnya, mereka yang mati dengan idealisme-idealisme kemajuannya, mereka yang mati dengan perjuangan-perjuangannya, dan mereka yang mati dengan ketawakkalannya. Mereka yang selalu yakin akan Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, patut diteladani. Pas untuk dijadikan inspirasi.
Mati.
Cita-citamu, mau mati bagaimana ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar