Laman

Senin, 23 September 2013

Catatan Sebelum Tidur

Sore,
Tadi aku ceritakan kamu pada seorang yang sudah seperti bapakku sendiri? Lho kenapa bukan langsung cerita pada bapakku sendiri? Aku sedikit canggung untuk membicarakanmu di depan kedua orang tuaku. Belum saatnya. Ini kan belum start lebih-lebih putaran pertama. Aku ceritakan kamu kepada guru yang sudah akrab kupanggil ayah. Aku bercerita sekilas tentangmu, beliau tersenyum, tertawa, dan banyak memberikan tanggapan tentangmu. Tanggapan yang tidak bisa dinilai, tapi cukup membuatku berpikir untuk bertindak. Sentilan cukup keras justru bukan padamu tapi padaku sebagai seorang lelaki. Yaaa... lelaki, makhluk yang akan membimbingmu. Intinya, sabar.

Malam,
Aku tahu jadwal selesai mengajar ngaji diniyah, sekitar pukul 20.00. Kucoba telepon dan singkat kubertanya bagaimana harus beristikhoroh yang afdol. Beliau menjawab dengan penjelasan yang sangat bisa kupahami. Aku merasa tak cukup dengan kode, kusmskan cerita tentangmu pada beliau. Siapa beliau? beliau adalah guruku yang lain, yang lebih paham siapa aku, yang di setiap langkah pentingku selalu kuajak mempertimbangkan. Termasuk tentangmu. Beliau bertanya padaku, "Hal yang kau pentingkan sekarang apa?" kujawab aku ingin menjadi dokter hewan yang sukses dulu, beliau menyetujui dan mengangkat jempol untuk jawabanku. Lalu kutanyakan lagi sesuatu tentangmu, kali ini beliau mempersilahkanku untuk bersabar, sama seperti orang yang kupanggil ayah. Cukupkah sampai disini ceritaku denganmu? Beliau berpendapat, "Kalau apa yang kalian perbincangkan tentang agama Ustadz setuju. Jangan pernah membahas masa depan dulu dengannya, belum sekarang, jangan berbicara hal yang privasi, belum saatnya. Paham?" lalu beliau menutup dengan kalimat, "Ingat kalau Pandu dalam berinteraksi menimbulkan syahwat dan fitnah berarti Pandu melanggar dan berdosa, salah satu saja muncul maka juga berdosa Nak."

Kamu. 
Kalau aku bersabar, semoga Ar Rahman juga membuatmu sabar. :) aaaamiiin...
Tuhan punya kuasa agar makhluk-Nya tidak berkehendak sebelum saat yang tepat.
Sabar menjadi kunci karena ini proses yang harus aku lewati, juga (mungkin) kamu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar