Laman

Senin, 18 Juni 2012

Kedewasaan


Kedewasaan berpikir merupakan ciri khas manusia yang Allah berikan kepada setiap manusia pada waktu yang berbeda-beda. Ada manusia yang pola pikir dewasanya sudah matang di usia SMP. Ada yang baru dianugerahkan saat usia SMA, kuliah, saat telah menikah, atau bahkan di usia senja.

Perbedaan waktu itulah yang membuat tiap orang memiliki jengkal demi jengkal langkahnya dalam meraih apa yang dicita-citakan menjadi berbeda juga. Kedewasaan adalah pilihan yang juga menjadi opsi setiap orang, mau memilih dewasa hari ini, esok, lusa, atau tahun depan. Terserah.

Sama halnya dengan berdakwah. Kedewasaan menjadi poin penting yang juga harus dimiliki aktivis dakwah, penggerak dan pemakmur masjid. Tiap pribadi yang memilih untuk mengabdikan diri untuk ngawula marang Gusti Allah di masjid, harus mampu berpikir dewasa dan dilengkapi dengan mindset kreatif, inovatif, dan tawakal ‘alaLlah. Semua itu diperlukan untuk keberlangsungan dan eksistensi dakwah itu sendiri. Dakwah itu bukan dipenuhi dengan sikap yang gampang capek, mudah berprasangka buruk kepada sahabatnya, dakwah juga tidak membutuhkan sikap yang mutungan, dakwah itu sudah pasti penuh rintangan, karena di setiap halangan ada satu hikmah besar yang harus dipetik oleh setiap penggeraknya : Allah ta’ala akan meninggikan derajat dan meneguhkan kedudukan orang yang lulus ujian hambatan itu dengan sabar dan ikhlas.

Dakwah yang dalam hal ini adalah pemakmur masjid harus mau menjadi orang yang kerasan di masjid. Harus excited dengan masjid. Bukan penggerak-penggerak yang menyeru orang lain untuk ke masjid tetapi dirinya malah jarang berdiam diri di masjid. Kalau kata guru saya, Syaikhuna Abah Imam Barmawi Burhan al-Hajj, “Remaja masjid itu senengane sobo mesjid, lek ora kerasan ning masjid berarti remaja luar mesjid.”
 
Kalimat tersebut menjadi cermin bagi saya untuk merefleksikan diri saya yang notabene  dibesarkan di lingkungan remaja masjid. Kini ketika berada di luar kota saya harus mencari masjid yang aksesnya mudah untuk dihampiri, karena sebelum saya hijrah ada petuah penting yang guru saya berikan pada saya, beliau : Yai Haji Achmad Sodiq pernah dawuh,”Ning endi wae, ojo adoh soko mesjid utowo musholla. Kebiasaan jama’ah ning masjid ojo nganti ilang.”

Ketika saya memutuskan untuk menjadi seorang remaja yang bergerak dalam dakwah kemasjidan, keislaman, dan menebar kebaikan, ada faktor penting yang membuat diri ini terus berbenah. Belajar berpola pikir dewasa. Memahami pahit manisnya perjuangan yang panjang ini. Mengambil hikmah dan ibroh setiap kejadian dalam perjalanan suci ini, termasuk benturan-benturan kecil dengan sahabat-sahabat yang sudah menjadi sunnatuLlah.

Yaaa, terserah usiamu berapa yang jelas tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan.
Salam Cinta.

2 komentar: