Kedewasaan berpikir merupakan ciri khas manusia yang Allah berikan kepada setiap manusia pada waktu yang berbeda-beda. Ada manusia yang pola pikir dewasanya sudah matang di usia SMP. Ada yang baru dianugerahkan saat usia SMA, kuliah, saat telah menikah, atau bahkan di usia senja.
Perbedaan waktu itulah yang
membuat tiap orang memiliki jengkal demi jengkal langkahnya dalam meraih apa
yang dicita-citakan menjadi berbeda juga. Kedewasaan adalah pilihan yang juga
menjadi opsi setiap orang, mau memilih dewasa hari ini, esok, lusa, atau tahun
depan. Terserah.
Sama halnya dengan berdakwah.
Kedewasaan menjadi poin penting yang juga harus dimiliki aktivis dakwah,
penggerak dan pemakmur masjid. Tiap pribadi yang memilih untuk mengabdikan diri
untuk ngawula marang Gusti Allah di
masjid, harus mampu berpikir dewasa dan dilengkapi dengan mindset kreatif, inovatif, dan tawakal ‘alaLlah. Semua itu
diperlukan untuk keberlangsungan dan eksistensi dakwah itu sendiri. Dakwah itu
bukan dipenuhi dengan sikap yang gampang capek, mudah berprasangka buruk kepada
sahabatnya, dakwah juga tidak membutuhkan sikap yang mutungan, dakwah itu sudah pasti penuh rintangan, karena di setiap
halangan ada satu hikmah besar yang harus dipetik oleh setiap penggeraknya :
Allah ta’ala akan meninggikan derajat dan meneguhkan kedudukan orang yang lulus
ujian hambatan itu dengan sabar dan ikhlas.
Dakwah yang dalam hal ini adalah
pemakmur masjid harus mau menjadi orang yang kerasan di masjid. Harus excited
dengan masjid. Bukan penggerak-penggerak yang menyeru orang lain untuk ke
masjid tetapi dirinya malah jarang berdiam diri di masjid. Kalau kata guru
saya, Syaikhuna Abah Imam Barmawi Burhan al-Hajj, “Remaja masjid itu senengane sobo mesjid, lek ora kerasan ning masjid
berarti remaja luar mesjid.”
Kalimat tersebut menjadi cermin
bagi saya untuk merefleksikan diri saya yang notabene dibesarkan di lingkungan remaja masjid. Kini
ketika berada di luar kota saya harus mencari masjid yang aksesnya mudah untuk
dihampiri, karena sebelum saya hijrah ada petuah penting yang guru saya berikan
pada saya, beliau : Yai Haji Achmad Sodiq pernah dawuh,”Ning endi wae, ojo adoh soko mesjid utowo musholla. Kebiasaan jama’ah
ning masjid ojo nganti ilang.”
Ketika saya memutuskan untuk
menjadi seorang remaja yang bergerak dalam dakwah kemasjidan, keislaman, dan
menebar kebaikan, ada faktor penting yang membuat diri ini terus berbenah.
Belajar berpola pikir dewasa. Memahami pahit manisnya perjuangan yang panjang
ini. Mengambil hikmah dan ibroh setiap kejadian dalam perjalanan suci ini,
termasuk benturan-benturan kecil dengan sahabat-sahabat yang sudah menjadi
sunnatuLlah.
Yaaa, terserah usiamu berapa yang
jelas tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan.
Salam Cinta.
Rasanya jleb :D
BalasHapusAllahumma sholli 'alaa Muhammad
BalasHapus