Laman

Selasa, 19 Juni 2012

REMASku, Mari Merenung...



Sahabatku yang selalu dalam kasih sayang-Nya pagi ini saya mencoba berpikir dan mengambil beberapa pelajaran mengapa fenomena perjalanan kemakmuran kita di masjid rasanya tersendat-sendat. Walaupun saya tidak tahu secara langsung karena saya tidak setiap hari berada di TKP tetapi cerita-cerita sahabat cukup mewakili kondisi yang ada.

Regenerasi yang mandek sepertinya menjadi alasan yang paling dieluhkan, yang menjadi trending topic. Hal itu dianggap menjadi keterbatasan yang membuat perjalanan ini juga stuck. Seperti biasa, bagi saya untuk memperbaiki kejadian demikian yang awal mula saya pelajari adalah sejarah. I'll anamnese it! 

Pertama, ketika saya aktif, saya juga merasakan kemaraunya regenerasi, seakan-akan tidak ada yang meneruskan tongkat estafet perjalanan ini. Akan tetapi, saat itu saya dan sahabat-sahabat saya juga tidak terlalu ambil pusing, karena mungkin di saat hausnya sumber daya manusia saya dan sahabat-sahabat saya merasa punya kesempatan lebih banyak untuk bisa mengupgrade kapasitas dan terus berfastabiqul khoirot. Toh... alhamduliLlah, biidznillah tetap berjalan. Maka dari itu, keterbatasan sumber daya manusia bukan alasan lhoo... justru menguntungkan Sahabat untuk bisa menabung amal kebaikan lebih banyak.

Kedua, sosok pemimpin yang telaten ngemong sekaligus kharismatik ada di tengah-tengah saya dan sahabat saya. Salah satunya adalah sahabat kami akhinal kirom Mas Saiful Karim yang selalu menemani dan memotivasi bahwa saat kita istirahat dari dakwah ini adalah saat telapak kaki kita menginjakkan tanah surga. Selain itu jiwa kepemimpinan yang kami teladani juga dari guru-guru kami yang kami takdzimi, Ustadz Dodo Djuanda al-hajj, Ustadz Muhammad Taufiq al-hajj, dan Bu Sri Agustin. Beliau-beliau sengaja kami dekati sehingga muncul ikatan batin antara santri dan guru. Niat kami bersilaturrahim dengan beliau tidak lain untuk mendapatkan bimbingan yang lilla hita'ala, ada kegiatan atau tidak saya dan sahabat-sahabat jarang loss contact . Beliau bukan hanya menjadi rujukan ketika kegiatan bermasalah atau kesulitan. So, sekarang saya tanya sedekat apakah Sahabat dengan guru-guru di masjid ?

Ketiga, sejarah ini yang menguatkan saya bahwa memang hanya orang-orang terpilih yang bertahan. Kalau kata Ustadz Muhammad Taufiq al-hajj orang-orang yang ikhlas dan istiqomah. Mengingat 31 tahun yang lalu kegiatan akbar yang menjadi agenda tahunan, Pesantren Romadhon digelar, promotor dan pionirnya hanya tujuh orang, dan mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki tanggung jawab luar biasa. Ada yang sudah mempunyai amanah anak dan istri, ada yang punya kewajiban untuk bekerja, ada yang punya tanggung jawab mendidik santri dll. Usia mereka juga tidak remaja tetapi jiwa mereka tetap muda, tetap semangat, dan eksis sehingga remaja-remaja di luar menjadikan mereka teladan. menjadi teladan hingga sekarang. Yang tujuh itu seakan-akan tak lekang oleh waktu, yang tujuh itu luar biasa tangguhnya, saya tidak pernah mendengar keluhan ketika merintis. Yang saya simak ketika salah satunya bercerita adalah perjalanan memakmurkan masjid memang sulit tapi mereka tetap enjoy dan menganggap hal yang lumrah terjadi. Mereka yang terus diberkahi dan ditinggikan derajatnya, guru-guru saya Allahu yarham, Qusyairi Mahfudz, Allahu yarham Yai Haji Masrur Mashud, Yai Haji Imam Barmawi Burhan, Yai Haji Hodari H.S, yai Haji Achmad Sodiq, Yai Haji Kholiel Syafi'ie, Yai Haji Muhammad Sidiq. Lantas Sahabat masih terus mau mengeluh ? masih mau ogah-ogahan ? masih berpikir 'ya sudahlah, saya ke masjid saja sudah untung' ? Sahabatku, beliau yang tujuh itu berjuang penuh TOTALITAS, mengorbankan seluruh jiwa, raga, waktu, tenaga, bahkan hartanya hanya untuk mengabdi pada agama Islam ini, mengabdi pada Yang Maha Berhak Untuk Disembah Allah ta'ala. Wallahu'alam.

Salam Cinta

7 komentar:

  1. but I'm sure..smpai kpnpun remas akn ttp dan trz brtahan,bgmnpun kndisinya,roda akn terus brputar..Bismillah, smg istiqomah,ikhlas dan bs totalitas

    BalasHapus
  2. Cieee... Kak ipung disebut euy! hehehe :D


    Tapi memang gak bisa dipungkiri seh, jalan yang dilalui itu memang penuh rintangan. Untuk remaja seusia saya, wajar kalo masih sulit untuk mengerti apa seh ikhlas itu sebenarnya. Apalagi soal istiqomah --", sangat-sangat rawan.

    Tapi yang pasti, saya dan yang lainnya insyaallah akan selalu berusaha untuk belajar, belajar, dan berusaha untuk mengerti apa itu ikhlas dan mengaplikasikannya dengan keistiqomahan. :)

    BalasHapus
  3. Dek Nia. hehehe... coba smpy ada pada zaman kepemimpinan KIP insya Allah lebih DAHSYAT dari kita-kita lhoo.. saya yakin itu. :)

    BalasHapus
  4. Subhanallah...
    bersyukur sekali bisa tumbuh dan melewati masa remaja di tengah2 kalian,, orang-orang HEBAT..

    Semangat buat semuanya,, dimana pun kita berada,,,^_^

    BalasHapus
  5. makanya kak pandu... nyesel koh saya ndak ikut remas dari dulu.. aku pengen au remas dulu itu kayak apa T.T
    kenapa baru masuk remas SMA padahal mas ruri sama mas yayak sudah lama ikut pesrom T.T

    BalasHapus
  6. dek Manisa.. :) aamiin

    dek Nia.. :)

    BalasHapus