Laman

Kamis, 11 Oktober 2012

Pikiran Saat Menjadi Mahasiswa Tingkat Akhir

"Pak... kalau besok aku punya anak, aku ajarkan padanya untuk memanggilku apa ya yang cocok ?"
"Hahahaha..." Bapakku tertawa renyah dan melanjutkan, "Kuliah saja belum tuntas sudah mikir anakmu manggil kamu apa.? ajarkan saja panggil Bapak dan Emak..hahahaha. Ben tradisi soko mbah-mbahmu onok maneh."
"Ckckckckck... Ini sudah 2012 Pak," batinku.



Saya sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Ketika diskusi agak serius dan sedikit ilmiah salah satu teman saya nyeletuk,

"Rek, awak e dhewe wes tingkat akhir e, gak keroso yoo."
"Apane sing gak keroso cooorrrr, oke awake dhewe sing gak keroso, sing omah sing mbandani awake dhewe iki sing keroso," teman saya yang lain nimpali.
Diskusi malam itu agak cair dengan tawa kita yang serentak, "hahahahaha."

Sebagai mahasiswa tingkat akhir sudah saatnya saya memikirkan masa depan saya yang suatu saat nanti harus mandiri, tidak bergantung dari orang tua. Lebih serius untuk menentukan kemana saya nanti. Entah ini mimpi, cita-cita, atau hanya angan-angan. Yang jelas di otak saya saat ini terlintas pikiran untuk menuliskan kehidupan saya di masa depan yang ingin saya capai. Pikiran yang tertulis ini mungkin saja bisa terjadi karena saya yakin bahwa manusia memiliki kekuatan alam bawah sadar -albasa- yang kita tidak tahu kapan alam bawah sadar itu mewujudkan apa-apa yang terpikirkan di dalamnya. Yang jelas pikiran-pikiran tersebut harus selaras dengan laku dan kekuatan doa kita, sehingga Sang Maha, Allah Ta’ala mewujudkannya.


Begini, saya ingin menggambarkan kehidupan saya di masa depan dengan penuh makna, pengabdian, dan ketenangan. Satu tahun lagi saya ingin ditakdirkan untuk bisa bekerja menjadi seorang dokter hewan yang qualified dengan pendapatan yang baik dan layak. Dokter hewan yang mendatangkan rezeki untuk kehidupan saya sekaligus membawa keberkahan untuk masa depan saya. Ketika saya sudah menjadi dokter hewan saya ingin menikahi seorang muslimah yang sholihah, cantik, berjiwa fighter, dan mampu mendampingi perjuangan saya sebagai seorang dokter hewan. Intinya sholihah.  Siapa pun itu, kurang lebih begitu. Untuk mendapatkan yang sholihah, terlebih dahulu saya harus sholih mulai sekarang. Saya ingin bekerja dan mengabdi di daerah pedesaan, mengabdi bersama istri saya untuk masyarakat. Bagi saya pedesaan memiliki energi lebih yang tidak dimiliki di kota, energi lebih itu adalah ladang amal, ladang pengabdian, ladang ilmu yang nantinya bisa menjadi ladang pahala bagi saya.  


Saya ingin memiliki rumah yang cukup luas, yang mampu menampung keluarga besar saya  dan istri jika berkunjung ke rumah saya. Rumah khas jawa timuran yang tidak terlalu mewah. Rumah besar nan asri yang terlihat tetap merakyat. Hitung-hitung nguri-nguri adat tanah air yang sudah memudar karena orientasi orang-orang sekarang adalah rumah real estate a la eropa atau orientalis. Di halaman depan rumah saya, saya ingin membangun musholla yang digunakan untuk warga dalam melaksanakan peribadatan. Musholla yang kalau selepas Maghrib ada bocah-bocah kecil belajar mengaji. Kemudian di halaman belakang rumah saya yang luas, saya ingin membangun peternakan kambing dan sapi. Wirausaha yang cocok dengan bidang keahlian saya. Dengan begitu saya membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga desa saya. Saya juga akan membuat kebun binatang mini yang dapat dinikmati oleh tamu-tamu saya. Semacam taman satwa yang berisikan kucing ras, Phyton reticulated, luwak, burung-burung hias, ikan koi, sugar glaider, sepasang iguana dan burung kicau yang tergantung di depan teras rumah saya.

Tak ketinggalan, saya pun mempunyai cita-cita memiliki anak-anak yang sholih, ganteng, dan cantik seperti ayah ibunya :p. Dan ketika saya punya anak-anak yang lucu, mereka akan saya ajarkan untuk memanggil saya dan istri saya, "Abi dan Ummi." hehehehehe

Setiap kata adalah doa.
Setiap doa yang baik, akan lebih baik jika di-aamin-i... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar