Laman

Selasa, 16 Oktober 2012

Kang, Kenapa Sih Kamu Gak Mau Mbonceng Cewek ?



"Malu butung yoook..?" saya mencoba menawarkan kepada beberapa teman saya.
"Ayook, tapi goncengen aku Kang." kata teman saya yang cantik dan sexy.
"Hehehehe..." saya tersenyum hambar pertanda menolaknya dengan halus.
"Hahahaha... kamu kayak yang gak tau akang wae Cha... dia kan gak mau dan gak bisa bonceng cewek, " kata teman saya yang lain menimpali dengan tawa canda ngeledeknya.
"Hehehehe... that's the point." saya tersenyum mengiyakan.

Sahabatku, kalian mungkin melihat saya orang yang selengek'an, joking, agak binal, bahkan mursal ndak karuan. Haha... Itu semua benar, dan memang begitulah adanya. Saya orangnya cukup bersahabat, nggrapyak, tapi emosi saya juga kadang terpancing kalau-kalau ada yang kurang pas dengan saya, mungkin itu karena sifat menurun ke-Madura-an saya. Kalau ditanya soal teman, saya punya cukup banyak teman. Teman dari berbagai jenis aliran bahkan, hehe.. Hedonisme, study oriented, relationshipme, agamis, galauers sampai premanisme. 

Walaupun demikian, saya punya prinsip yang saya pegang. Prinsip yang sudah saya tanamkan jauh-jauh sebelumnya ketika saya berguru pada orang yang insya Allah tepat. Dari sanalah saya mendapatkan pelajaran banyak, bukan hanya tentang agama tapi juga berkomunikasi interpersonal. Dari sanalah, saya mengembangkan pokok-pokok pikiran yang guru saya tularkan. HIngga akhirnya sekarang saya cukup banyak memiliki teman. :)

Nah, kembali pada prinsip. Saya adalah seorang muslim. Muslim yang senantiasa memperbaiki kemusliman saya, insya Allah. Satu hal yang saya pegang kuat-kuat adalah interaksi dengan lawan jenis harus ada batasnya. Mungkin terlihat ekstrem ketika saya tidak mau pacaran, membonceng atau hanya bersalaman dengan lawan jenis. Tetapi yang saya yakini mungkin tidak sepaham dengan kebanyakan yang menganggap bahwa ketiga hal tersebut lumrah-lumrah saja. Saya hanya berkeyakinan dengan jalan seperti ini saya akan mendapatkan keberkahan di kemudian hari. Saya mencoba berpikir lebih panjang untuk kehidupan saya di masa  mendatang yang akan lebih kompleks. Yang saya pahami dengan pilihan saya adalah hikmah dari Al-Qur'an yang sudah jelas. Yang itu juga sudah dicontohkan oleh guru-guru saya.

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An-Nur :26)

Sahabat saya pernah berkata, "Jodoh itu kayak Hukum Kirchoff, arus yang masuk sama dengan arus keluar. Atau lebih pasnya kita adalah refleksi dari jodoh kita".

Selain itu, ada juga statement yang meyakinkan saya. Ketika itu saya mendapatkan amanah untuk menjadi moderator sebuah talkshow tentang pacaran dalam perspektif Islam, yang narasumbernya adalah orang hebat : Mas Salim A. Fillah (penulis buku best seller Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) dan Mas Adri Suyanto (eks. Presiden BEM UNAIR).

Sebuah terjemahan bebas dari Quran Surah An-Nur 26 dijelaskan oleh Mas Adri, "Kalau saat ini kita bersalaman dengan cewek cuaantiiik, tidak menutup kemungkinan calon istri kita, di waktu yang bersamaan juga sedang bersalaman dengan cowok yang guaannteeeng. Mau lebih ekstrem ? kalau sekarang kita sudah pernah berpacaran 10 kali, bukan tidak mungkin calon istri kita juga pernah berpacaran 10 kali. Yang lebih na'udzubillah, kalau sebelum menikah kita sudah pernah kissing berkali-kali dengan orang yang belum tentu menjadi istri kita, tidak menutup kemungkinan perempuan yang esok akan menjadi istri kita juga kissing berkali-kali dengan laki-laki yang ternyata bukan suaminya kelak, karena suaminya adalah kita."

Begitulah... sekedar pers conference bahwa yang harus Anda pahami, walaupun saya punya kenalan teman perempuan cukup banyak, saya tetap menjaga apa yang saya pegang. Silahkan menilai saya. :)

"Lebih baik dikira bajingan tapi wujud aslinya malaikat, daripada dikira malaikat eh aslinya malah iblis." :p

Wallahu'alam.

Salam Cinta :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar