Peduli. Banyak orang yang mengatasnamakan kepeduliannya sampai harus diekspos kemana-mana. Lucu dan geli juga sebenarnya, tapi kalau untuk syiar saya rasa juga tidak masalah. Hampir semua kegiatan sosial yang saya lihat memiliki tagline peduli di kata belakangnya. contoh : xxxxxxxxx peduli. Bagi saya kepedulian yang benar-benar nyata akan terasa jika ia muncul memang dari lubuk hati terdalam, hati kita terpanggil untuk peduli. Akan tetapi jika kepedulian itu dibuat-buat, hanya untuk sekedar eksistensi tanpa goal yang clear maka bentuk kepedulian itu akan cepat menguap kesannya.
Bagi saya peduli merupakan hal yang sepele tapi berdampak besar dalam keberlangsungan hidup kita berikutnya. Ketika saya mulai menekuni agama saya sejak beberapa tahun lalu, kepedulian terhadap sesama ternyata memiliki efek yang besar.
Contoh saja, ketika lebaran akan tiba saya mendapatkan baju baru dari orang tua saya yang harganya ratusan ribu saya senang sekali. Selang beberapa hari ketika tugas saya menjadi amil zakat di masjid sudah berakhir saya dan beberapa sahabat saya yang juga menjadi amil mendapatkan uang dari asatidz kami sebagai hak kami. Malam harinya, selepas saya dan seorang sahabat saya mengantarkan zakat fitroh kepada yang berhak saya diajak sahabat saya itu untuk mampir ke sebuah toko baju yang tidak terlalu mewah. Saya dan sahabat saya masuk, sahabat saya memilih kemeja dan beberapa kali bertanya pada saya apakah kemeja itu cocok untuknya. Setelah mendapatkan kemeja yang cocok dia berkata pada saya, "Alhamdulillah, akhirnya saya bisa memakai kemeja baru. Allah memberikan rezeki dari jalan yang tidak terduga. Saya ndak nyangka kalau hari ini mendapatkan rezeki dari lazis." Meledak rasanya hati ini, baju saya yang harganya tiga kali lipat dari sahabat saya sepertinya tidak ada apa-apanya karena saya rasa baju saya kurang ada rasa syukurnya.
Dari kejadian beberapa tahun lalu itu, saya mencoba lebih sensitif untuk memberikan kepedulian saya kepada sesama. Di beberapa kesempatan lalu, saya mencoba memberikan ide kepada sahabat-sahabat saya di kampung halaman untuk menggelar kegiatan kepedulian yang reguler, mempunyai adik-adik binaan yang notabene kurang beruntung seperti kita, membimbing mereka agar tidak minder karena mereka punya Tuhan Yang Maha Perkasa. Meyakinkan mereka bahwa kehidupan mereka akan lebih indah ketika semakin dekat dengan Sang Empunya, memotivasi mereka bahwa ketiadaan salah satu atau kedua orang tua mereka bukanlah tamatnya kehidupan mereka. Karena kita yang peduli masih ada untuk mereka. Alhamdulillah, itikad baik saya mendapatkan dukungan dari sahabat-sahabat saya. Karena saya harus kembali ke tanah perantauan, saya tanya pada sahabat-sahabat saya yang melaksanakan teknisnya, alhamdulillah berjalan. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini saya terpaksa menulis ini karena lagi-lagi saya merasa ghiroh hanya ada di awal #NoOffense , kenyataan yang saya dapati dari cerita dii kampung, is stucking today, noone knows till when. Saya hanya cukup berpikir positif thinking, berprasangka baik. Ada kesibukan yang lebih baik disana. Cukup.
Memang Allah Swt merencanakan sesuatu porsinya selalu 'pas' untuk hamba-Nya. Pelajaran berharga bagi saya, mengenai kegiatan kepedulian yang sempat tersendat-sendat nun jauh di sana adalah saya harus bersyukur, sudah pernah berjalan saja merupakan kesyukuran, karena saya yakin ketika bersyukur nikmat kita akan ditambah. Benar. Benar 100%. Saya mendapatkan kenikmatan untuk berbuat lebih peduli kepada sesama. Saya mendapatkan panggilan tanggung jawab batin kepada saudara-saudara saya di tempat lain. Panggilan itu dikarenakan ilmu saya harus segera diamalkan bukan hanya ada di otak lalu dibicarakan/disampaikan tapi diamalkan. Saya terpanggil untuk lebih peduli pada saudara-saudara saya yang ingin lebih jauh mengenal Islam. Tidak perlu saya ceritakan disini apa yang sudah saya perbuat. Tapi insya Allah, salah satu saudara saya itu akan berangkat diklat Dai/Daiyah Lingkungan KAPAL JATIM Gelombang III. Bismillah semoga.
Untuk sahabatku, sudah sering kita dengar di pengajian 'Al waqtu kassyaif' waktu adalah pedang. Sahabat pasti punya interpretasi tentang itu. Mari renungkan apa yang telah kita perbuat. Dan esok kita lihat hasil fastabiqul khoirot kita saat yaumul hisab. Mari bersemangat menyempurnakan amal. Betul kata Akhinal Kirom Mas Saiful Karim yang mengutip kalimat Mas Nawawy "Lebih hebat kau sibuk menyelesaikan tugas-tugas kecilmu, ketimbang kau sibuk membicarakan impian-impian besarmu..."
Mimpi itu penting, tapi tindakan nyata lebih penting. Diskusi itu penting, tapi langkah nyata itu lebih penting. Ilmu itu penting tapi amal lebih penting. Juga sudah sering kita dengar, Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah.
Salam Cinta :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar