Laman

Minggu, 01 Juli 2012

Taxi Islam

pict was taken from http://dswadanielpeu.blogspot.com


Mungkin Anda pernah naik taxi kemudian ketika Anda akan turun tagihan yang ada pada argometer tidak sesuai dengan apa yang ditagihkan oleh pak sopir. Misal, di argometer tertera IDR 13K tapi pak supir bilangnya IDR 15K. Ya, karena dulu saya pernah mengalami kejadian seperti itu, tidak hanya sekali. Tapi satu waktu saya pernah juga naik taxi dan membayar dengan uang lebih ternyata pak sopirnya mengembalikan uang kembalian saya walaupun jumlah kembaliannya hanya 500 rupiah. Jujur sekali bapak itu.

**********

Pernah pada suatu malam ketika saya pulang ngaji saya melewati salah satu jalan raya di kota Surabaya yang terkenal pasti macet di jam-jam pulang kerja. Waktu itu sekitar jam 12 tengah malam. Saya melihat di depan gang yang ada di jalan raya itu banyak sekali taxi parkir. Saya pikir mungkin disana ada tempat hiburan malam, saya kurangi gas saya, saya amati sekitarnya. Tidak ada tempat hiburan malam, mobil-mobil sedan berargo itu juga tidak ada penjaganya. Tidak ada seorang sopir seorangpun. Saya penasaran, saya masuk gang itu ada seorang security yang menjaga palang pintu gang menyapa saya dengan ramah. Kemudian di salah satu rumah saya melihat banyak sepatu vantovel berjajar. Saya berhenti. Saya lihat banyak bapak-bapak berbaju biru langit dan putih duduk bersila, terfokus pada seseorang di depannya. Ternyata bapak-bapak itu sedang mengaji pada seorang 'alim 'ulama'. Ya, bapak-bapak itu adalah sopir taxi yang meluangkan penghujung harinya untuk menimba ilmu agama. Merinding rasanya. Keren dan kagum. Kemudian saya tanya pada seseorang ternyata pengajian itu memang untuk bapak-bapak sopir taxi dan orang-orang yang bekerja di malam hari.
 
Mungkin saja pak sopir jujur yang pernah saya tumpangi taxinya itu adalah pak sopir yang ikut mengaji di rumah itu. Sopir yang mengerti agama. Ah... indahnya kalau semua sopir taxi demikian.

Hmm.. Surabaya, metropolis. Kebohongan, kecarutmarutan, ketidaktertiban, kejahatan, penipuan, seks bebas, dan kemaksiatan yang merajalela sepertinya menjadi kode. Padahal masih banyak kebaikan yang ada di disini, termasuk contoh pengajian supir taxi di atas. Ah... saya jadi teringat cerita Pak Mariun (security Masjid Agung At-Taqwa Bondowoso), beliau yang pernah merantau ke metropolis terbesar di negeri ini (Jakarta) pernah bercerita, "Di Jakarta itu mau cari orang yang bejatnya biasa-biasa sampai yang luar biasa ada, tapi mau cari orang yang baiknya luar biasa sebenarnya juga banyak." Cerita beliau juga sebanding lurus dengan yang bapak saya nasehatkan, "Hati-hati Le golek konco nang kutho gedhe, Suroboyo iku komplit mulai sing korak nganti sing qori' iku onok." (Hati-hati Nak mencari teman di kota besar, Surabaya itu komplit, dari yang korak/rusak sampai yang qori'/pandai membaca Qur'an ada)

Thoyyib, Petuah yang saya pegang adalah 'Ketika kau tebar kebaikan maka kau akan menemui kebaikan. Ketika kau tebar keburukan maka secepat mungkin kau juga akan temui keburukan itu.' Ya itu tafsir bebas famayya'mal mistqoladarrotin khoiroyyaroh, wa mayya'malmistqoladarrotin syarroiyaroh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar