![]() |
pict was taken from http://tazarframe.blogspot.com |
Aha.. Sore ini menjelang Maghrib
saya melakukan hal yang agak nakal.hehe... Sambil menunggu waktu berbuka puasa
saya justru memutar jetaudio saya dengan lagu-lagu indie. Bukan dengan nasyid,
sholawat, atau murottal. Saya sedang ingin mendengarkan perpaduan accoustic
guitar dan betotan bass milik Endah N Rhesa sore ini. Hehe... Sudah lama saya
tidak memutar lagu-lagu mereka, terakhir saya mendengarkan senandung-senandung
merdu itu waktu saya vacation bersama SC-ers. Dan sore ini rasanya ketika saya simak
dengan seksama lagu Uncle Jim woowww, it’s meaningful exactly !
Lagu mereka mengingatkan saya kepada
seorang pengamen jalanan di terminal Probolinggo. Rokok murahan tanpa filter
tertancap di mulutnya. Kembang kempis pipinya menghisap racun itu dengan
enteng. Seakan-akan tak ada masalah yang membelit kehidupannya.
Kemudian kepalanya menoleh ke
arah saya sambil membuka topi Billabong tiruannya, “Mau kemana Mas ?” tanyanya ramah.
Wah, ternyata di balik tampilan
premannya itu ada keramahan yang terselip. Dengan senyum kubalas, “Surabaya Pak.”
“Kok gak ikut bus yang barusan ?” tanyanya penasaran.
“Masih nunggu adzan Subuh Pak, sekalian Subuhan dulu,” jawabku
“Owalah, cocok dengan kuplukmu Mas, disini banyak orang pakai kupluk sok
Islam gitu tapi gak pernah sholat sama sekali,” jawabnya dengan ketawa
miris.
Adzan Subuh pun berkumandang,
Bapak itu berkata, “Saya senang sampeyan
tidak menilai saya, mari sholat Subuh berjamaah.” Kaki kaki kami pun bergegas
menjemput suara Assholatu khoirum minannauum
di timur terminal.
Berbulan-bulan setelah kejadian
itu saya tidak pernah menemuinya. Entah kemana bapak pengamen tua itu. Siapa
dia ? saya rasa dia adalah malaikat diantara pengamen-pengamen jalanan lainnya
yang masih memetik gitar dengan melodi-melodi cinta-Nya untuk mencari sesuap
nasi. Whoever you’re, I send my message
when I pray.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar