Laman

Rabu, 04 Mei 2011

PESANTREN ALAM

PESANTREN ALAM
Sebuah batu loncatan bagi kami berempat yang disatukan untuk menjadi bagian motor penggerak REMAS Agung At-Taqwa. Aku, Ubai, Laeli, Sefrina atau kami menyebutnya LeNaDuBai singkatan yang biasa kami gunakan untuk ber-sms agar lebih pendek. Kami terbentuk dalam subuah team-work yang lebih kecil karena kami memiliki usia yang sepantaran dan sering bertemu di sekolah.
Setelah menjadi panitia PESROM angkatan XXV untuk yang pertama kali kami sudah menjalin persahabatan yang solid dengan batas-batas syar’i agar tidak terjebak dalam virus merah jambu. Karena kami seumuran maka kami juga lebih terbuka tanpa mengurangi rasa hormat antara yang satu dengan yang lain, lebih luwes namun juga tetap dengan tabir-tabir yang syar’i. Keluwesan tersebut akhirnya melahirkan ide-ide kreatif yang memukau. Di akhir tahun 2006 kami berempat dengan controlling sahabat-sahabat yang lain khususnya mas Ipung dan mbak Amenk memiliki sebuah ide untuk menyelenggarakan acara yang kami beri tajuk Pesantren Alam.
Fantastis rasanya... Saat itu aku yang masih bau kencur terpilih menjadi seorang ketua panitia dengan motor-motor penggerak sebagai wakil ketua pelaksana Sefrina Cahya, sekretaris Ubadillah Amin, dan bendahara Dwi Nur Laeli. Perjalanan kami untuk tiba di puncak acara begitu padat. Dan yang pasti kegiatan ini juga tak lepas dari sahabat-sahabat REMAS selain yang pernah kuceritakan profilnya. Ada Ansi, Chiko, kak Izul, Alan, Aries, mbak Fitria Endang, mbak Umi, dan dik Laily Jr. Pesantren Alam adalah kegiatan perdana di REMAS Agung At-Taqwa sekaligus pertama juga bagi kami berempat untuk menjadi pentolannya.
27 dan 28 Januari kegiatan ini berlangsung di desa Binakal, kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso. Kegiatan ini terselenggara dengan bantingan tulang kami paling keras. Karena aku baru pertama kali mendapatkan amanah menjadi seorang ketua panitia maka kerjaku masih banyak kekurangan untung saja sahabat-sahabatku mampu melengkapi. Tak jarang aku mendapatkan nasihat dari Ustadz Taufiq, Ustadz Totok dan Ustdz Dodo selaku ketua umum REMAS. Sempat aku dibantai habis-habisan dengan nasihat yang bombastis. Aku dikeroyok oleh ketiga ustadz yang sudah makan garam terlalu banyak, tidak tanggung-tanggung dari jam 8 malam dan baru berakhir pukul 11 malam. Saat itu di rumah Ustadz Dodo, aku masih ingat Selasa malam ketika itu dan aku belum belajar fisika padahal besok ulangan fisika bab kalor. Ternyata setelah Pak Marzuki, S.Pd mengumumkan siswa-siswa yang remidi aku termasuk dalam daftar tersebut. Bukan aku mengantuk saat pulang dari rumah Ustadz Dodo tapi aku merasa terkejut seperti dialiri tegangan listrik 1000 volt. Pikiranku pengkor rasanya menciut sekali. Dan merasa tak punya kemampuan untuk bangkit karena kritikan, saran, dan nasihat dari ustadz pedas rasanya. Namun setelah aku mengenal karakter ustadz demi ustadz hal tersebut sudah wajar bagiku.
Walaupun Pesantren Alam kegiatan baru tapi Alhamdulillah kegiatan ini bisa dikatakan sukses karena target-target yang kami rapatkan serta harapkan tidak jauh meleset. Kegiatannya alam banget... Di ketinggian yang jarang dipijakkan oleh orang-orang kota seperti kami rasanya berkesan sekali. Acara dari pagi begitu padat dengan sejuta kesan mendalam. Sholat Dhuha berjamaah di alam dengan sajadah berupa selembar terpal suci berukuran 3x3 m untuk putra dan putri. Tradisi yang mewajibkan setiap peserta dan panitia menggunakan bahasa ibu yaitu Madura untuk hari pertama dan Jawa untuk hari kedua. Kebiasaan baik sebelum makan yaitu doa bersama yang dipimpin satu peserta putra. Untuk makan peserta diwajibkan hanya menggunakan 3 jari di 3 suapan pertama dan 33 kali kunyahan di 3 suapan pertama, hal itu melatih kejujuran setiap peserta. Ketika akan berkumpul maka seorang panitia akan membunyikan kentongan dan peserta harus mencari sumber suara kentongan tersebut karena di situlah sahabat-sahabat peserta harus berkumpul.
Materi-materi yang disajikan juga menarik karena tema dalam kegiatan ini adalah ‘Kenali Islammu Bersama Alam’ maka materi-materinya pun berkaitan dengan alam. Antara lain diskusi tentang hewan-hewan yang bermanfaat dengan mengadaptasi film Islami karya Harun Yahya yang berudul Arsitek Alam. Penentuan arah kiblat yang langsung dibimbing oleh pakarnya, yaitu Ustadz Abdul Ghafur. Mulanya peserta dipaparkan tentang pernak-pernik kiblat kemudian bersama-sama menghitung arah kiblat musholla setempat apakah sudah tepat atau masih belum. Cukup dengan busur ukuran besar, benang wall, kompas, dan paku sahabat-sahabat peserta memiliki pengalaman tersendiri yang nyata untuk menghitung arah kiblat yang benar. The True Power of Water juga mewarnai hari pertama Pesantren Alam, yang memaparkan adalah Mas Saiful Karim dengan media LCD multimedia dengan mengadopsi buku karya Masaru Emoto tentang kekuatan air dilihat dalam sudut pandang Islam. Pada malam harinya Ustadz Amar dan Ustadz Dodo menutup satu hari dengan istighosah. Hari kedua ba’da Subuh Ustadz Qoyyim juga berpartisipasi dengan materi fiqih.
Sebelum Ustadz Amar dan Ustadz Dodo menutup hari pertama dengan istighosah, di halaman belakang ada acara api unggun dan unjuk kreativitas antara peserta putra dan putri. Ada yang bernyanyi, berpuisi, dan drama. Saat itu kami bisa melihat sebuah miniatur lampu-lampu yang bercahaya di kejauhan. Itu semua adalah tata kota kabupaten Bondowoso dengan kerlap-kerlip cahaya lampunya. Indah sekali dilihat dari ketinggian sebelah barat kabupaten. Di daerah inilah masyarakat Bondowoso menyebut cahaya-cahaya semarak kota Bondowoso sebagai danau bintang yang dilihat dari bukit tinggi sebelah barat, bukit bintang namanya. Kami merasakan keindahan malam tersebut dengan ditemani hangatnya api unggun yang menyala.
“Ouu.... itu yang namanya danau bintang, bagus yach,” kata Endita seorang peserta putri yang bersekolah di SMA N 15 Surabaya, dia pulang karena libur semester 1.
“Kita ada di bukit bintang sekarang... !!! aku senang karena malam ini,” sahut Della
“Dek besok pagi kita akan lihat sun rise di bukit yang lebih tinggi,” tambah Budi yang mendengar perbincangan mereka.
Hari kedua setelah sahabat-sahabat peserta dan panitia menuju bukit yang lebih tinggi mereka melihat indahnya sunrise yang kemerah-merahan. Kemudian mereka bersama-sama sarapan pagi dengan model yang berbeda. Para peserta dan panitia mencari bungkusan nasi yang diletakkan di sela-sela tumbuhan ubi jalar. Mereka semua menyusuri pematang naik turun karena areanya di dekat kebun ubi jalar. Setelah semuanya menemukan nasi mereka masing-masing para peserta dan panitia berkumpul menjadi satu untuk makan bersama-sama dengan tradisi yang sama.
Setelah sarapan mereka tidak diperkenankan untuk mandi karena akan berpetualang bersama dalam serangkaian out-bound survival yang mengandung games-games menantang namun memiliki banyak hikmah di dalamnya. Melewati area persawahan yang sejuk, melalui pematang sawah yang berkelok-kelok, dan menyusuri sungai yang cukup panjang. Karena sebagian besar dari peserta jarang ke desa dan masuk wilayah persawahan tak jarang dari mereka yang jatuh ke sawah milik orang. Namun itu semua tidak membuat mereka patah semangat, yang ada ghirah mereka tambah ngeh! Kerjasama tim yang baik sangat diperlukan untuk bisa melewati rintangan yang ada. Permainan bola di air melawan panitia, berjalan di air dengan kaki diikat membentuk kereta api antara anggota yang satu dengan yang lain, melewati spider zone di atas aliran sungai yang deras. Begitulah gambaran yang ada tentang sekilas outbound.
Kemudian kami semua bersih diri, sholat Dhuhur jamaah, dan makan siang di ruang session dengan ikatan ukhuwah yang sudah terasa sangat erat antara sesama walaupun baru 2 hari 1 malam. Setelah itu kami semua bersih lingkungan sebelum meninggalkan area yang akan menjadi saksi bisu kebaikan ini, namun akan ikut bersaksi tentang kebaikan yang dilakukan sekelompok kecil remaja Islam di hari akhir nanti. Untuk menutup akhir sesi Pesantren Alam kami semua bertafakur sekaligus bermuhasabah diri agar setelah kita pulang dari kegiatan ini kami semua bisa mengambil ibrah yang mendalam.
“Bai afwan sebesar-besarnya ya... syukron katsiron antum sudah nemenin dan ngingetin aku selama ini,” kuucapkan kalimat itu berulang-ulang dan kupeluk tubuhnya sebagai pelepas salah-salahku sebagai seorang sahabat.
“Sama Du aku juga...... syukron atas persahabatan ini,” jawabnya lirih.
Kusampaikan juga maaf dan terima kasihku untuk Sefrina dan Laeli yang setia menemani perjuangan dakwah ini. Dakwah di REMAS juga dakwah di sekolah.
Imam Saputro, Nuriega, Septian, Fandi, Agung, Ardian, Endita, Resti, Della, Indah Nova, Rossa dll adalah semangat kami berempat untuk terus berkarya di jalan yang panjang ini. Mereka adalah beberapa peserta Pesantren Alam yang menjadikan kami bisa lebih memaknai pentingnya ukhuwah dan indahnya persahabatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar