Kamis, 05 Mei 2011
Antara Kekayaan, Kesuksesan, dan Kebaikan
Sore itu terlihat cerah karena matahari masih tersenyum dan enggan menyembunyikan dirinya di ufuk barat. Ketiga sahabat itu sedang duduk di brok pinggir jalan Jl. Veteran, di depan mereka ada sebuah rumah besar dengan pagar menjulang tinggi berwarna putih. Tak seperti sang surya yang tampak berseri ketiga sahabat itu terlihat murung dan pucat pasi, mereka adalah Kekayaan, Rendah Hati, dan Kesuksesan. Saat mereka terdiam dengan wajah yang tertunduk terdengar derit pagar dari rumah yang megah itu, tampak seorang perempuan berjilbab membuka gerbang itu dengan sekuat tenaga, sambil memegang keranjang sampah dia berjalan mendekat ke arah tiga sahabat untuk membuang sampah di tempatnya yang tidak jauh dari tiga sahabat duduk.
Dengan santun perempuan itu mengucapkan, “Permisi… saya akan membuang sampah ini, di dekat sini. Mohon maaf jika baunya kurang sedap dan mengganggu Anda semua,” sambil menunjuk ke arah tempat sampah.
“Baik, tidak masalah… tapi kami juga butuh bantuan Anda, bisakah Anda membantu kami ?” tanya salah satu pada perempuan itu.
“Insya Allah…”sambil tersenyum.
“Kami bertiga terlalu lelah menempuh perjalanan ini, bisakah salah seorang dari kami beristirahat di rumahmu?”
“Hmm…. Untuk saat ini maaf belum bisa, suamiku masih belum pulang bekerja, nanti setelah dia datang aku akan panggil salah satu dari kalian,” dengan mengertkan kening dan sedikit sunggingan senyum perempuan itu berkata.
Matahari mulai tenggelam, saat itu adzan Maghrib berkumandang di setiap TOA surau-surau sekitar lingkungan veteran. Setelah menunaikan kewajiban Maghrib, perempuan tadi memberitahukan apa yang telah terjadi di halaman depan sebelum suaminya datang. Mendengar cerita tersebut sang suami memilih kesuksesan untuk diundang beristirahat dan makan malam di rumahnya, sang suami berpikir jika kesuksesan masuk dan bemalam di rumahnya maka kesuksesan akan membawa manfaat bagi kariernya untuk bisa terus sukses. Tapi sang istri juga berpendapat, “Bagaimana kalau kekayaan yang kita undang, bukankah jika kita mengundang kekayaan kita akan mendapatkan harta yang melimpah dan kita bisa berzakat dan bershodaqoh pada yang papa ?” Sebelum sang suami memberikan keputusan, putra mereka yang masih polos juga memberikan pendapat, “Ayah… Ibu… bagaimana jika kita mengundang kebaikan saja ? bukankah rumah kita akan lebih tenang, damai, dan tentram ketika kebaikan bermalam di rumah kita ?” Memperhatikan usul putra mereka yang begitu polos dan tak kotor akhirnya suami-istri tersebut memilih kebaikan untuk beristirahat di rumah mereka.
“Aku akan mengundang kebaikan ke rumahku,”kata perempuan pada tiga sahabat tersebut.
“Alhamdulillah….,”mereka serentak mengucapkan hamdalah.
“Jika kau memang mengundang kebaikan maka itu mengartikan kau mengundang kami bertiga semua. Jika kau mengundang aku saja maka aku tak akan pernah bisa masuk ke rumahmu, atau jika kau mengundang kekayaan maka kekayaan pun juga tak akan pernah masuk ke rumahmu. Kami bertiga adalah sahabat dan tak akan meninggalkan satu sama lain. Namun jika kau mengundang kebaikan maka kami bertiga juga bisa masuk ke rumahmu karena kami akan selalu mengikuti kemana kebaikan berjalan,” kata kesuksesan pada prempuan tadi dengan wajah yang sumringah.
“Kebaikan, kesuksesan, kekayaan, kami bertiga akan mewarnai rumahmu karena kau telah mengundang kebaikan. Dimana ada kebaikan maka kami, kekayaan dan kesuksesan akan menyusul ada di sampingnya,” tambah kekayaan.
Perempuan itu baru menyadari bahwa kekayaan dan kesuksesan bukanlah segala-galanya tapi kebaikan hati, kerendahan hati, dan kejujuran hati itu lebih penting karena dengan kebaikan pasti ada kemudahan untuk mendapatkan kesusesan dan kekayaan. Ingat !!! karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( Al-Insyirah 5-6 )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar