Laman

Minggu, 29 Mei 2011

Pasar Malam Tjap Toenjoengan

 Ini cerita tentang kita, tentang sebuah ikatan yang lebih erat, BADD (Boys After Dooms Day) karena kita akan menyongsong hari setelah hari di dunia ini berakhir.






Kadang-kadang jadi orang yang sederhana pooooollllll (#karena kere, hahahha), kadang-kadang jadi orang HEDON gara-gara cenat-cenut tugas, kuis, dan ujian di kampus. hahahaha

Kalo kuliner, pinginnya nyoba macem-macem.. hahahahaha...

semoga persahabatan ini lanjut terusssss, bisa meredam ego dan masalah privasi demi keberlangsungan hidup BADD. amiin...

cc : Diar, Lodi, dan Moci
thx so braaadddd

Selamat untuk Barcelona !!!

Laga yang membuat ratusan juta orang gak tidur
Semalem sepulang dari Tunjungan Plaza (ditraktir temen, senggol @adji_firmansyah) jam 23.00, rasanya tanggung banget kalo tidur, ntar malah gak bangun-bangun pas Wembley udah rame.. Ya udin, aku nyampah di kamar, gak jelas gitu dah..hahahahah

Kalian tau teman, bahwa tadi malam sebelum pertandingan final liga champion dimulai Surabaya mendapatkan rahmat dari-Nya hujan lumayan deres brooo.. tapi sepertinya tidak menghalangi niat fans MU atau Barcelona untuk berangkat nonton bareng, karena mungkin rasanya beda banget nonton sendirian di rumah. Kalo nonton bareng kan bisa jingkrak - jingkrak bareng, teriak - teriak pas goal, atau sekedar tertunduk malu ketika kebobolan dan 'misuh-misuh' gak karuaan pas ada pemain yang melakukan kesalahan.

Yang jelas mereka, jutaan orang yang rela gak tidur untuk bola satu malam udah tau hasilnya, entah puas atau malah kecewa. Dan hasilnya keluar, Barcelona 3 dan MU 1. (Pedro 27', Rooney 34', Messi 54', Villa 69')
gila gila gila... kalau dari pengamatanku pribadi kok kayaknya memang lebih banyak yang mendukung Barcelona yaaa dan banyak yang lebih merasakan euphoria kebahagiaan... hahahaha... ni dia buktinyaaa.. tapi masa bodoh deh mereka nobar atau nonton sendirian garing di rumah.












Buat kalian yang printscreen statusnya masuk blogku, selamat yaaaa.... doorprize (kalau kalian tanya doorprizenya apa ? jawabanku adalah rahasiaaaaaaaa,hahahaha.. hadiah  bisa langsung diambil di :

Jl. Keputih Makam Blok D10, Keputih Surabaya.
(paling lambat jam 3 pm hari ini, hahahahaha)

MAHDI, Mas atau Adek yang kangen ???

Gak tau ada angin apa ??? puting beliungkah atau topan ?
Gak tau juga habis mimpi apa semalam ? kayaknya ndak mimpi apa-apa, capek habis lembur garap tugas, jadi pulas tidurnya. hahaha

Sarapan pagi
@warungpodhomarem
menu sarapan
-nasi campur
-telur dadar + tempe goreng
-2 krupuk kaleng (gak bisa makan tanpa krupuk, kalo gak pake krupuk pingin makan piringnya)

Kriiiiiingg, NOKIA C5 berdering (sorry, aku bukan generasi latah yang ikut-ikutan pakai BB, #alasan)
"Asslamau'alaikum, ada Fulanah mau ngomong ini."
gilaaa aku sempet jealous broo, ngapain juga si Fulanah sama mas Ipung.
"Halooooo...mas Pandu kapan puwaanng..??" eeeehhh.. anak kecil yang ngomong.
kirain sherina (baca:serius) ada Fulanah mau ngomong, dikit tenang ni, padahal pas mas Ipung bilang ada Fulanah mau ngomong, gejala galau udah muncul brooo.. hahahaha, krupuk rasanya langsung melempem (haaallaaaaah lebai).
"Iya insya Allah besok lusa Dek mas pulang,"
"Bawa oleh-oleh ya," bisiknya manja.
"Iya insya Allah."

Ini yang kumaksud ada angin apa..?? kayaknya gak ada apa-apa kok dek Mahdi telpon aku ya, sepertinya anak  itu memaksa mas Ipung untuk meneleponku sampek nangis-nangis, (wajarlah, kalo dek Mahdi kangen, aku kan ngangenin hahahahhaha #ketawa kunti)

------------TIDUR SIANG---------------

Entah hujan atau cuma mendung yang jelas kamarku panas pooolll siang tadi. Aku tidur siang cuma pake singlet (baca:kaos dalam) saking panasnya suhu tadi siang. eiiiiitttsss, gak usah dibayangin lohhh yaaa (bagi para cewek yang baca) udah jelas kok tubuhku sixpack.haha

Tiba-tiba dek Mahdi nongol di lelapku, dek Mahdi minta gendong jalan-jalan dan akhirnya tertidur dalam gendonganku, kepalanya manja dan lelah diletakkan di pundakku. tapi, itu mimpiii T_T hwaaaaaaaa..
Bingung aku, ini aku yang kangen atau dek Mahdi yang kangen ?? kok baru denger suaranya aja lewat telepon, aku langsung mimpi.. hahahahaha

----------Maghrib----------

Selepas sholat Maghrib dan tilawah Qur'an (jelek-jelek gini aku bisa ngaji eeeee)
C5 ku bunyi (lagi), kali ini bukan mas Ipung tapi A Ust Taufiq (ayah dek Mahdi), pas aku angkat
"Mas Pandu..??? mas kapan puwangnyaa..?" sekali lagi ia merengek  manja.
"Lhoo.. iya Dek, insya Allah besok lusa yaa.." jawabku meyakinkan.
"Jangan lupa oweh-owehnya yaaa.?"
"Iya dek, mana buya..?"
"Masih sholat tahhhbiihh," jawabnya singkat.
aku berpikir, lhah iki bocah telepon dewe atau piye ?? umur 2 tahun lebih kok wes iso mencet-mencet hape ?? tapi tak lama kemudian aku mendengar suara kakanya : dek Hamad.
Dan kalau boleh kutebak sepertinya dek Mahdi menyuruh dek Hamad untuk menelponku pakai hape buya (baca:ayah)-nya saking kangennnyaaaaaa padaku.. ooohh jadi terharu, begini rasanya jadi orang yang dikangenin.


Tapi jangan-jangan setelah dek Mahdi telpon untuk kedua kalinya, malam ini aku harus mimpi dek Mahdi (lagi) dan besok dek Mahdi telpon aku lagi dan seterusnyaaaaa..hahahahhahaha
#monotone lak an..

ketawamu deeeeeeekk, nge-gemesin tauuuuuuk

Sabtu, 28 Mei 2011


"SEMOGA PAK DIREKTUR VISI @Bagusrembeskurniawan LANGGENG UMURNYA DAN SEMAKIN BAROKAH HIDUPNYA"

Happy anniversary yaaa

Minggu, 22 Mei 2011

21 Mei dan Lift rektorat


Surabaya, Rektorat Universitas Airlangga, kampus C UNAIR. Dikejar oleh waktu sholat Ashar yang sudah mepet, membuat teman - teman harus men-skors kegiatan sarasehan sore itu. Gilaaa mamen ada sesuatu yang terjadi ketika kita mau sholat Ashar. kalian tahu apa.?? ya di lift rektorat ada sesuatu terjadi disana. Aku, Albi, Marga, Hendrik, Albi, mas Yhogga, mas Helmi, Thika, Cacan, Syahrial, Gerry, sore itu tergesa-gesa men untuk sholat Ashar yang udah mepet, kita sholat jam 5 sore.

karena udah mepet kita langsung naik lift rame-rame, dusel-duselan. dan semua pada ribet nentuin dimana letak musholla rektorat, lantai 3 atau lantai 4. and akhirnya kita sepakat untuk langsung naek lantai 3. setelah nyampek lantai 3, kita langsung keluar dari lift, tapi apa yg terjadi..??? deng deng......(ost kuntilanak)satu temen kita ketinggalan, ya betul, betul sekaliiii Cacan gak ikut bersama kita, dia ilang, ternyata kita pun langsung mengambil inisiatif untuk langsung turun lagi ke lantai 1. Di tengah - tengah perjalanan lift kita tiba - tiba berhenti, welll seisi lift langsung terdiam, lift berhenti di lantai 2 dan sepertinya ada yang memanggil. ketika pintu lift terbuka ada sosok berkaos merah, dengan maaf kepala sedikit botak di depan, dan laki - laki berkaos hitam mau masuk lift yang sudah penuh. Disinilah serunya, bapak kaos merah itu masuk lift kita dan pintu lift mau tutup, tiba - tiba bapak satunya nyerobot juga mau masuk lift, tapi sekali lagi apa yang terjadi.??? lift yang kita tumpangi berbunyi seperti alarm keras banget meeeen... tet tet tet tet tet.. dan ada tulisan "overload" jediyeeeeeeeennngggg, bapaknya langsung pasrah keluar, mundur secara perlahan - lahan,sedangkan kita cuma bisa menunduk menahan tawa yg sepertinya ngakak. lalu pintu lift menutup dan seisi lift ketawa ngakaaaaaaaaaaaaaaaakkk puooooollllllll... hahahahahahahahahahahaha.. gilaaaa meeeeeeeenn, kasian tuh bapaknya..

Perjalanan belum selesai, setelah sempat stuck di lantai 2 dan membuat perut sakit gara - gara ketawa, lift berhenti di lantai satu. pintu lift terbuka, Syahrial melongok keluar mencari Cacan yang hilang, Cacan pun tak terlihat batang hidungnya (emang ada yaaa..??? :P ), tapi sepersekian detik kemudian tiba - tiba cewek mungil berkerudung itu pun nongol, dan Hendrik ngomong, "Lhah iki lhooo Cacan." Cacan dengan muka yang panik, yang membuat hidungnya tambah gak keliatan terlihat pucat pasi setelah tertinggal. Perjalanan untuk menunaikan sholat Ashar pun berlanjut, teeeet, Albi menekan tombol 3 untuk naik menuju lokasi musholla, namun lagi - lagi stuck di lantai 2, adoooooh, ada apa seh di lantai 2 ini..??? kau tau teman apa yang terjadi..??? Gerry yang badannya puaaaaling gede, langsung trauma dengan kejadian sebelumnya di lantai 2, kejadian overload, saking traumanya dia langsung duduk, jongkok, merasa bersalah atas kejadian overload bobot lift tadi. (oooo.... kasihan meeeennnnn)

Stuck di lantai 2, seisi lift kembali terdiam, dan ketika pintu lift terbuka,, jediyeeeeeeennnnnggg... dua bapak tadi nongol lagi, dan salah satu dari mereka ngomong, "Lhaaah belum keluar juga..?" dengan ekspresi yang kuaaageeet polll, ekspresinya meeeenn, dapat banget meeen... hahahahaha. pintu tertutup dan kita langsung ngakak sejadi-jadinya. lift pun berangkat ke lantai 3.

Naaahh... semuanya langsung menuju tempat wudhu dan merasa lega sudah berada di lokasi musholla, selepas wudhu kita langsung bergegas ke musholla, dan ternyata di hadapan kita ada bapak itu lagiii, dan ngmong, "Lhooo belum sholat juga ternyata..??" mak jleeeb rasanyaa.. werrrrr... kita cuma cekikikan kecil kecil padahal aslinya ya ngakak..

Alhamdulillah, selepas sholat kita langsung menuju lift. Sholat kita selesainya bersamaan dengan dua bapak tadi, kita langsung menuju lift dan bapak itu berada 5 meter di depan lift. Bapak itu ngobrol dan kita dengar, "Piye lewat lift atau lewat tangga ?" dan bapak satunya jawab, "Lewat tangga aja."
dan akhirnya kita cepet - cepet masuk lift, dan langsung aja kita ngakaaaaaaaaaak (lagi) hahahahahahhahahaha....

Bener - bener dah, baru kali ini rasanya aku ketawa selepassss ini.. hahahahahahaha

-Viva Veteriner !!!!-

Sabtu, 21 Mei 2011

SARASEHAN PENGURUS IMAKAHI UNAIR

Surabaya – 21 mei 2011, bertempat di lingkungan danau depan rektorat kampus C Universitas Airlangga, sarasehan pengurus IMAKAHI 2011 cabang UNAIR dilaksanakan. Dipimpin langsung oleh kepala bidang Kaderisasi mas Bagus Kurniawan. Acara yang dihadiri oleh pengurus harian dan staf IMAKAHI 2011 berlangsung santai dan fun.
Diawali dengan sambutan ketua PC IMAKAHI UNAIR, mas Yhogga Pratama yang memberikan wejangan agar kegiatan santai seperti sarasehan ini bisa dilaksanakan dengan rutin, karena melalui forum forum santai seperti ini biasanya ide ide cemerlang muncul dan rasa memiliki lebih terasa.
Lapangan pandang sore itu juga diramaikan dengan orang –orang yang menikmati keindahan danau kampus C untuk sekedar berjalan – jalan. Pas dengan kondisi pengurus, saat itu terlihat lepas dan benar – benar menggembirakan, terlebih dengan adanya game kecil yang langsung dipandu oleh mas Andhika Hardani selaku staff bidang kaderisasi.
Walaupun dalam kondisi santai yang semi formal, diskusi ringan untuk sharing per-bidang dilaksanakan dengan baik. Diskusi ini diawali dengan penyampaian progress dan kendala yang dialami oleh bidang kominfo (Bagus Syamsiah Hattaka), kemudian dilanjutkan dengan mas Syahrial Kurnia sebagai kepala bidang PZK dengan beberapa rencana kegiatan ke depan yang dirasa sangat mapan dan bermanfaat.
Kegiatan sarasehan yang digelar oleh bidang kaderisasi ini juga berlangsung meriah dengan hadirnya kakak – kakak eks pengurus IMAKAHI tahun sebelumnya yang memberikan masukan untuk kemajuan IMAKAHI.

Sarasehan pengurus IMAKAHI Cabang UNAIR kali ini ditutup pukul 17.30 dan bertepatan pula dengan adzan Maghrib. Bagi mas Helmi Aditya selaku wakil ketua, “Kegiatan sarasehan ini menjadi salah satu langkah IMAKAHI Cabanag UNAIR untuk terus berkarya.”

Senin, 09 Mei 2011

Kalian dan Pak Polisi


Aku benar-benar heran dengan kalian, kalian tuntut ini, tuntut itu, kata kalian mereka itu kotor, nakal, menjengkelkan, suka mengambil keuntungan di hari tua (baca : akhir bulan). Kalian dengan seenaknya mencap banyak dari mereka semena-mena dengan seragam yang dipakainya, kalian bilang mereka hanya bisa berdiam diri di tengah jalan seperti patung dengan topi kabaret. Kalian juga bilang mereka hanya bisa berdiri angkuh, tegap, dan sok jagoan di hadapan para pengendara.

Akan tetapi benar, aku benar - benar gamang dan heran dengan statement yang kalian ucapkan. Aku bingung, okelah mungkin ada beberapa raport merah mereka. Tapi coba kalian liat Pak Hoegeng, salah satu uswah yang patut dicontoh. Atau mungkin kalian tidak tahu siapa Hoegeng Imam Santoso. ?? okelah terserah.

Bukan, aku bukan mau membela mereka yang aktif tiap pagi dan sore berdiri di jalanan yang kata kalian, mereka hanya mencari-cari kesalahan orang yang mau atau pulang dari kantor. Bukan, aku tak ingin membela. Tapi yang ingin aku utarakan disini adalah bagaimana kita adil dan obyektif dalam menilai.

Sekarang marilah kita 'fair play' dulurr...
kalau mereka memang sudah membuat kalian ilfil, tapi coba koreksi diri kita sendiri.
yaaa... sebentar, mungkin kalian bingung daritadi aku menyebut kalian dan mereka, dan siapakah itu..?? ya kalian itu adalah para pembaca budiman, dan mereka adalah pak polisi (lebih khusus polisi lalu lintas) sesuai tag line di atas.

Begini, mari kita koreksi, bagaimana pak polisi harus dengan terpaksa memberikan sanksi/tilang kepada para pengendara kalau para pengguna motor dengan seenaknya saja berhenti melewati garis zebra cross, atau dengan semaunya belok kiri nyelonong aja padahal sudah ada tulisan 'belok kiri mengikuti isyarat lampu'. Ah, kalau begini siapa yang sak karepe dewe.???
Atau mungkin kalian menuntut bahwa pak polisi yang kata kalian dengan seenaknya mencari kesalahan-kesalahan pengendara yang katanya juga sudah mematuhi marka jalan. ah kalian, bisanya membalikkan kenyataan, bagaimana pak polisi tidak mau memberikan sanksi kalau nyetir kalian berlenggok-lenggok seperti ular yang akan membahayakan pengendara lain.
Contoh lagi, kalian marah ketika kalian ditilang karena hanya sedetik saja menerobos lampu merah, dengan alasan kalau nge-rem mendadak nanti malah bahaya, tapi kalian lakukan itu berulang kali dan tidak memperhatikan lampu kuning yang memberikan isyarat untuk siap-siap berhenti.

Banyak lagi kasus lain yang sebenarnya kalian itu pantas untuk mendapatkan sanksi dalam berkendara. Akan tetapi kenapa pak polisi enggan memberikan sanksi itu, karena mungkin jumlah pelanggar sudah terlalu banyak dan berhenti pas lampu merah di tengah-tengah perempatan sudah kalian anggap sah-sah saja.

Ah kalian gak obyektif, MAHASISWA khususnya, malu dong jadi mahasiswa yang gak 'sadar' aturan. Kalian (kali ini lebih pada mahasiswa) ngakunya 'organisatoris', 'aktivis', social control, menuntut begini begitu, tapi bodoh banget kalian, aturan berlalu lintas aja gak paham atau pura-pura gak ngerti. Kalian ngomong pemerintah seharusnya memperbaiki sistem ini, sistem itu yang seharusnya begini begitu. ah... bualan aja atau apa sih omongan kalian ?? kelihatannya saja berbobot tapi non sense kalau berhenti di traffic light aja gak becus. (jengkel sama aktivis yang jelas-jelas gak patuh lalul lintas di traffic light terus pake jaket Himpunan Mahasiswa..... atau Badan Eksekutif Mahasiswa......)

Satu lagi, sekali lagi aku gak bermaksud membela pak polisi, hanya memberikan objektifitas yang perlu dikoreksi walaupun ini subjektif dari aku. Bagi kalian yang mengaku mahasiswa aktivis kerohanian, ah paling ilfil dah kalo berlalu lintas aja kayak kentuuttt... (maap kasar :@)Hampir tiap hari kalian ikut kajian sono sini, entah itu kajian yang katanya meningkatkan ketakwaan, kajian untuk agama, nusa, dan bangsa, kajian yang katanya bisa menjadikan muslim berkepribadian terpuji. Ah... entahlah. nyatanya aktivis kerohanian juga banyak yang gak 'dong' dengan pengajiannya, disuruh ngaji gak fasih, gak lancar, disuruh patuh aturan yang ada malah sok slengekan. werrr... apa-apaan itu..??? disana sini kalian teriakkan "Allahuakbar!!! mari berjihad" mari tegakkan Islam, eh eh eh lalu lintas kalian geje, lah mbok pikir iku aturan opo.?? jangan2 alasan kalian gak patuh lalul lintas karena bukan aturan yang sumbernya Al-Qur'an..?? wah kisruh kalau gitu.Terus aku tanya sekarang, apa kehidupanmu sudah berdasarkan aturan Islam semua ta..???
Gilaaa mamen, aku paling mangkel (baca : jengkel) kalau lihat seorang jilbaber dengan jaket bertitel sebuah organisasi Islam tapi gak bisa patuh aturan yang sepele kayak lalu lintas.

So... marilah kalau kita ingin membenahi tatanan sistem hukum yang saat ini kurang baik, kita mulai dari hal yang paling kecil, salah satunya dengan patuh lalul lintas, karena lalu lintas juga bagian dari hukum. Gak usahlah terlalu menuntut banyak, perbaiki dulu cara kita berhukum sampai benar, insya Allah kebenaran itu datang mengikuti pelaku kebenaran yang sejati. Jangan lihat rapor merah polisi terus, tetapi kita harus berbenah agar semua elemen bisa mendapatkan rapor biru sesuai dengan cita-cita seluruh rakyat Indonesia, hitung-hitung juga memberikan prestise dan prestasi pak polisi (lalu lintas juga) biar gak dijadikan bualan terus... :)

Kamis, 05 Mei 2011

Antara Kekayaan, Kesuksesan, dan Kebaikan


Sore itu terlihat cerah karena matahari masih tersenyum dan enggan menyembunyikan dirinya di ufuk barat. Ketiga sahabat itu sedang duduk di brok pinggir jalan Jl. Veteran, di depan mereka ada sebuah rumah besar dengan pagar menjulang tinggi berwarna putih. Tak seperti sang surya yang tampak berseri ketiga sahabat itu terlihat murung dan pucat pasi, mereka adalah Kekayaan, Rendah Hati, dan Kesuksesan. Saat mereka terdiam dengan wajah yang tertunduk terdengar derit pagar dari rumah yang megah itu, tampak seorang perempuan berjilbab membuka gerbang itu dengan sekuat tenaga, sambil memegang keranjang sampah dia berjalan mendekat ke arah tiga sahabat untuk membuang sampah di tempatnya yang tidak jauh dari tiga sahabat duduk.

Dengan santun perempuan itu mengucapkan, “Permisi… saya akan membuang sampah ini, di dekat sini. Mohon maaf jika baunya kurang sedap dan mengganggu Anda semua,” sambil menunjuk ke arah tempat sampah.
“Baik, tidak masalah… tapi kami juga butuh bantuan Anda, bisakah Anda membantu kami ?” tanya salah satu pada perempuan itu.
“Insya Allah…”sambil tersenyum.
“Kami bertiga terlalu lelah menempuh perjalanan ini, bisakah salah seorang dari kami beristirahat di rumahmu?”
“Hmm…. Untuk saat ini maaf belum bisa, suamiku masih belum pulang bekerja, nanti setelah dia datang aku akan panggil salah satu dari kalian,” dengan mengertkan kening dan sedikit sunggingan senyum perempuan itu berkata.


Matahari mulai tenggelam, saat itu adzan Maghrib berkumandang di setiap TOA surau-surau sekitar lingkungan veteran. Setelah menunaikan kewajiban Maghrib, perempuan tadi memberitahukan apa yang telah terjadi di halaman depan sebelum suaminya datang. Mendengar cerita tersebut sang suami memilih kesuksesan untuk diundang beristirahat dan makan malam di rumahnya, sang suami berpikir jika kesuksesan masuk dan bemalam di rumahnya maka kesuksesan akan membawa manfaat bagi kariernya untuk bisa terus sukses. Tapi sang istri juga berpendapat, “Bagaimana kalau kekayaan yang kita undang, bukankah jika kita mengundang kekayaan kita akan mendapatkan harta yang melimpah dan kita bisa berzakat dan bershodaqoh pada yang papa ?” Sebelum sang suami memberikan keputusan, putra mereka yang masih polos juga memberikan pendapat, “Ayah… Ibu… bagaimana jika kita mengundang kebaikan saja ? bukankah rumah kita akan lebih tenang, damai, dan tentram ketika kebaikan bermalam di rumah kita ?” Memperhatikan usul putra mereka yang begitu polos dan tak kotor akhirnya suami-istri tersebut memilih kebaikan untuk beristirahat di rumah mereka.

“Aku akan mengundang kebaikan ke rumahku,”kata perempuan pada tiga sahabat tersebut.
“Alhamdulillah….,”mereka serentak mengucapkan hamdalah.
“Jika kau memang mengundang kebaikan maka itu mengartikan kau mengundang kami bertiga semua. Jika kau mengundang aku saja maka aku tak akan pernah bisa masuk ke rumahmu, atau jika kau mengundang kekayaan maka kekayaan pun juga tak akan pernah masuk ke rumahmu. Kami bertiga adalah sahabat dan tak akan meninggalkan satu sama lain. Namun jika kau mengundang kebaikan maka kami bertiga juga bisa masuk ke rumahmu karena kami akan selalu mengikuti kemana kebaikan berjalan,” kata kesuksesan pada prempuan tadi dengan wajah yang sumringah.
“Kebaikan, kesuksesan, kekayaan, kami bertiga akan mewarnai rumahmu karena kau telah mengundang kebaikan. Dimana ada kebaikan maka kami, kekayaan dan kesuksesan akan menyusul ada di sampingnya,” tambah kekayaan.

Perempuan itu baru menyadari bahwa kekayaan dan kesuksesan bukanlah segala-galanya tapi kebaikan hati, kerendahan hati, dan kejujuran hati itu lebih penting karena dengan kebaikan pasti ada kemudahan untuk mendapatkan kesusesan dan kekayaan. Ingat !!! karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( Al-Insyirah 5-6 )

Rabu, 04 Mei 2011

SENYUM DARI USTADZ ARIFIN ILHAM


Pertengahan bulan Februari ketika kami sedang mondok di Pesantren Sabtu Ahad Ustadz Taufiq memilih untuk mengobrol saja karena dirasa sahabat-sahabat sudah banyak yang ngantuk, bagaimana tidak jam dinding di serambi depan masjid sudah menunjukkan pukul 23.05 WIB. Saat itu ada aku, Ubai, Budi, Fandi, Sefrina, Mbak Anisa, Laeli, Mbak Sari, dan Dik Leli.
“Mulai pekan depan sahabat-sahabat mondoknya di pondok pesantren belakang masjid, di Al-Lathifi, saya sudah sowan pada pengasuh dan sahabat-sahabat sangat dipersilahkan,” kata Ustadz Taufiq.
“Berangkat jam berapa Ustadz?” tanya Fandi semangat.
“Jam 5 kita kumpul di masjid kemudian bersama-sama ke pondok.”
Setelah hampir 45 menit kami mengobrol penuh makna di akhir perbincangan setelah berdo’a Ustadz Taufiq berkata, “Oya... hampir lupa Bai tolong buatkan surat permohonan menjadi penyaji untuk Ustadz Arifin Ilham.”
“Apa Ustadz?” tanya kami hampir bersamaan dengan wajah segar tidak mengantuk.
“Iya tolong segera buat kita akan mengundang Ustadz Arifin Ilham,” terang Ustadz Taufiq sambil tersenyum.
Kami pun saling berpandangan merasa tak percaya bahkan mustahil. Sejenak Ustadz Taufiq mengulurkan tanda berpamitan pada kami pertanda beliau akan pulang, kujabat tangannya dan kucium pungung tangannya seketika kurasakan wangi parfum silver yang semerbak. Beliau pun berbalik mengucapkan salam dan menyuruh kami agar segera tidur. Kami pun bergegas ke kantor untuk merebahkan tubuh yang sudah lelah, kami juga sempat mendengar suara motor Ustadz Taufiq meninggalkan masjid.
Tak lama kemudian kami pun memejamkan mata dan tak sadarkan diri karena sukma kami sudah beterbangan mencari ketenangan. Aku, Ubai, Budi, dan Fandi memulai mimpi dengan awalan doa sebelum melelapkan diri. Mimpi yang indah dengan bunga-bunga tidur menyejukkan. Memejamkan mata untuk mengawali bukanya mata di Subuh yang petang.
Tidak seperti biasanya, mungkin karena kelelahan kami baru bangun ketika mendengar suara muadzin Pak Rosidi mengumandangkan , Assholatu khairum minannaum !”
“Subhanallah....,” Aku kaget seraya membangkitkan tubuh untuk duduk.
“Astaghfirullah....,” Selang tiga detik Ubai juga terbangun.
Kami berempat pun menyegerakan diri untuk mengambil wudhu melewati koridor sebelah selatan masjid. Kuucapkan niat kemudian kuputar kran otomatis air pun mengucur, kubasuh tanganku dan kurasakan dinginnya air waktu subuh.

Tuntas sudah kewajibanku saat Subuh, kini aku harus beranjak meninggalkan masjid yang megah untuk pulang ke rumah. Kupanaskan sepeda Mioku selama kurang lebih tiga menit kemudian bersalaman dengan semua sahabatku dan kutinggalkan dengan memutar gas perlahan-lahan. Di depan pintu gerbang kuucapkan, “Allahumma inni asaluka minfadlikal ‘adzim.” Kupandangi masjid berkubah keemasan yang besar dengan sebuah menara menjulang tinggi di pojok kanan depan halaman masjid.

Aku masih terbayang dengan ucapan Ustadz Taufiq, akankah sebuah kenyataan Ustadz Arifin Ilham berkunjung ke Bondowoso ? Aku membayangkan betapa ramainya Majid Agung At-Taqwa. Sungguh luar biasa rasanya ? persiapan yang ekstra plus kondisi ruhiyah yang mantap sangat diperlukan. Bukan hanya materi tapi psikis para panitia harus sehat terlebih dulu. Mengdepankan hal-hal yang realistis dan akal sehat merupakan hal yang utama bukan aroma imajinatif yang hanya bisa menimbulkan emosional.

Sudah dua bulan sejak kami dan Ustadz Taufiq berbincang rasanya tidak ada apa-apa, hanya sebuah separuh keberhasilan, yach... hanya rencana. Ustadz Taufiq pun tidak pernah membahas bahkan program-program anyar yang menjadi planning matang. Rasanya sudah pupus angan-anganku. Seorang da’i berkaliber nasional akan bertausyiah di kota pensiun, Subhanallah.... aku tak bisa menghentikan mimpi-mimpiku yang indah.

Bulan April pun sudah menunjukkan tanda-tanda keraibannya yang akan digantikan oleh lembar harian baru bulan Mei. 21 April yang bersejarah bagi perkembangan kaum wanita sudah terlewat, masa-masa Kartini sudah dilalui tapi masih saja tak kudengar rencana besar itu. Aku merasa terjajah karena semangatku yang loyo sedangkan wanita-wanita memiliki semangat yang membara layaknya sebuah air yang mendidih, idealisme wanita sedang berkobar-kobar dan aku cuma bisa menciut tak memiliki harapan karena merasa ilusi-ilusi terindah sudah tak mungkin terwujud. Sejenak ku berpikir apakah Ustadz Arifin Ilham hanya memberikan senyumannya di dalam dunia mayaku ? atau memberikan sebuah senyuman yang berbunyi ‘Sabar, saya masih belum sempat ke Bondowoso mungkin di lain waktu’. Atau mungkin sebuah sedekah senyuman yang berarti ‘Walaupun saya tidak ke Bondowoso sama sekali tetapi saya akan berdoa untuk muslim saudaraku’.

Hujan yang baru saja reda, menarik diriku dalam suasana yang nyaman untuk mencurahkan hati dalam goresan-goresan tinta pada secarik kertas. Beberapa sahabatku telah pulang, tinggal aku dan Fandi di masjid. Fandi sibuk membaca buku sedangkan aku sedang bermain kata-kata dan frase untuk membentuk rangkaian kalimat indah luapan hati. 30 menit lepas dari jam 8 malam ponselku berdering, kali ini dari Budi. Kukira hanya mencoba missed call tapi sepertinya tidak, dengan segera kutekan tombol hijau dan kujawab salamnya,
“Wa’alaikum salam, ada apa Bud ?”
“Di masjid ada siapa saja sekarang?” dia langsung bertanya sebelum menjawab pertanyaanku.
“Tinggal saya dan dik Fandi,” jawabku singkat.
“Sekarang bisa ke dalem ustadz Taufiq ?”
“Iya wes, mang ada apa ?”
“Yang penting kesini dulu dah.”
“Ya wes... tak tutup ya Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam,”Budi menjawab seraya memutuskan.
Otomatis aku memberi tahu Fandi yang sedang duduk dua meter di samping kananku. Tanpa berlama-lama kukemas buku-buku dan alat tulisku ke dalam tas biru bermerk Fila. Fandi pun demikian dia langsung mengambil sepeda pancalnya dan mengayuh mendahuluiku sambil berkata,
“Kak saya berangkat dulu kita ketemu di dalem Ustadz Taufiq.”
Kuanggukkan kepala tanpa bersuara, cukup dengan sebuah senyuman dan suara dalam hati it’s okey.
Tak lama kemudian kami pun bertemu di dalem ustadz Taufiq, di ruang tamu sudah ada sahabat Budi yang duduk berhadapan dengan sang ustadz. Kuambil sebuah peci dalam tasku lalu kupakai sebagai salam takdzim dan norma kesopanan tradisi kami. Kuucapkan salam,
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikum salam, “jawab ustdaz dan Budi.
Kuraih tangan ustadz dan kucium sebagai rasa hormatku pada seorang guru lalu kujabat juga tangan Budi, begitu pula dengan Fandi yang ada di belakangku. Dalam malam yang dingin itu kami pun membicarakan rencana-rencana dan prospek REMAS At-Taqwa. Di tengah-tengah pembicaraan ketika ustadz mempersilahkan kami menikmati hidangan yang tersedia langsung kuambil cangkir berisi teh hangat. Saat aku akan meneguknya kuucapkan basmalah perlahan kemudian kulanjutkan dengan tegukan pertama yang menghangatkan dada. Namun pada tegukan selanjutnya ustadz Taufiq bertanya,
“Oh ya... bagaimana sekarang apa sahabat-sahabat sudah rajin ke masjid?”
“Alhamdulillah, lumayan Ustadz,” jawab Budi yang baru saja meletakkan cangkir.
“Sekarang kita harus bisa menarik sahabat-sahabat untuk beramai-ramai lagi memakmurkan masjid lebih-lebih sebentar lagi ada acara besar.”
“Acara apa Ustadz? Kan PESROM masih lama ?” tanyaku.
“Lho... sebentar lagi tanggal 23 atau 24 Mei kita akan mengundang ustadz Arifin Ilham.”
Aku tersedak pada tegukan keempatku, aku terkejut mendengar kalimat yang ustadz Taufiq ucapkan, dengan segera kutanyakan,
“Jadi sungguh Ustadz ? Sudah deal ?”
Ustadz Taufiq tidak menjawab malah beranjak dari tempat duduknya menuju lemari kecil di sebelah timur ruang tamu, sejenak beliau mencari sesuatu setelah itu dibawanya selembar kertas lalu beliau berikan padaku. Kubaca isinya, aku semakin kaget dan surprise ketika kubaca tulisan yang berbunyi ‘.......... maka jadwal ustadz Arifin Ilham berkunjung ke Bondowoso sebagai berikut :
Hari, tanggal : Jum’at, 23 Mei 2008
Waktu : 19.00 WIB ba’da Isya
Tempat : Masjid Agung At-Taqwa.
Subhanallah aku terkejut bukan main yang mengakibatkan aku tak bisa melepaskan kertas itu dan kubaca lagi dari atas, aku tak percaya asli atau tidak. Kuucapkan berkali-kali ‘sungguhan Ustadz?’ padahal aku sudah yakin ustadz Taufiq tidak berbohong. Ternyata inilah yang akan ustadz Taufiq bicarakan pada sahabat-sahabat REMAS dan yang jelas terkait dengan persiapan kita semua.

Aku telah salah menerjemahkan angan-anganku. Impianku untuk mendapatkan sebuah senyuman tipis dari ustadz Arifin Ilham rupanya akan terwujud, aku sudah tidak gamang lagi, aku sudah bisa menerawang dan merabanya. Sepertinya senyuman dari ustadz Arifin Ilham memiliki makna ‘Alhamdulillah saya bisa tiba di Bondowoso sepertinya orang-orang di kota ini ramah-ramah’. Mungkin seperti itu tapi bisa saja lebih karena aku yakin beliau orang yang rendah hati.

Selepas dari dalem ustdaz Taufiq itulah yang kubayangkan, aku mulai bersemangat. Inilah yang akan memompa semangat berdakwah, inilah yang memotivasi nurani untuk ber-fastabiqul khairat, dan inilah yang memecut punggung dengan sebatang menjalin untuk giat mencari ridhonya. Kesempatan perdana bagi REMAS At-Taqwa untuk mendatangkan ustadz Arifin Ilham ke Bondowoso.

30 April sampai 23 Mei merupakan waktu yang tak lama untuk mempersiapkan acara besar berkaliber nasional yang kemungkinan besar akan dihadiri oleh jamaah yang luar bisa pula banyaknya. Pertemuan untuk bermusyawarah demi lancarnya dan suksesnya acara mulai dilaksanakan. Ide-ide kreatif dan gagasan berbagi diajukan di forum itu. Berbagi pengalaman dan melihat kemungkinan yang terjadi diperhitungkan dengan matang. Rencana pemasukan dana juga menjadi salah satu prioritas. Konsep dan susunan acara adalah hal penting yang fundamental pula. Dan yang tak kalah urgent-nya adalah fasilitas dan akomodasi ustdz Arifin dan crew-nya. Masalah penjemputan serta pengawalan yang ketat demi keamanan termasuk sesuatu yang dimusyawarahkan bersama. Publikasi pada masyarakat luas melalui media-media juga kami pikirkan. Anggota musyawarah juga berpikir tentang undangan serta persuratan yang akan beredar. Luar biasa dan sungguh menkjubkan. Di waktu yang singkat amanah yang tersedia bukan kepalang jumlahnya. Aku jadi teringat dengan sebuah kalimat di majalah Tarbawi yang berbunyi ‘Waktu yang ada lebih sedikit daripada amanah yang tersedia oleh karena itu jangan sia-siakan waktu kita’. Aku terpacu akan kalimat tersebut. Ingin rasanya memaksimalkan waktu untuk menjalankan amanah-amanah yang Allah SWT berikan padaku tanpa satu pun yang terbengkalai.

Detik yang berlalu akan membentuk satuan menit yang baru, menit yang berputar dengan senang hati menjadi satuan jam, jam pun demikian akan membentuk hari, hari yang terlewati juga tak ketinggalan menjadi satuan minggu. Hal itu membuat jantung seluruh panitia berdegup lebih kencang daripada biasanya, menjadikan bulu kuduk berdiri seperti tersengat udara yang sangat dingin. Memprediksikan sesuatu yang tak diketahui akan peristiwa yang akan terjadi. Namun kami para panitia hanya bisa berpikir positif pada Allah SWT karena kami yakin Allah SWT akan berprasangka seperti hamba-Nya berprasangka. Kalau pun kami memikirkan kemungkinan terburuk itu hanya sedikit namun kami juga sudah mempersiapkan solusinya.

Sore itu 22 Mei 2008 tepat hari Kamis kami REMAS At-Taqwa dan seluruh panitia bergotong royong untuk kerja bakti membersihkan lingkungan masjid yang kurang asri, bersih dan cenderung tidak menyedapkan mata. Kerja bakti tersebut kami mulai sejak sebelum Ashar. Membersihkan selokan yang buntu, menyapu serambi, ruang tengah, dan lantai dua masjid, membersihkan serta merapikan kantor REMAS dan menyaapu halaman depan kami lakukan saat itu sampai menjelang Maghrib. Ba’da Maghrib seluruh panitia kembali berkumpul di masjid untuk melakukan rapat pemantapan terakhir. Rapat tersebut dilaksanakan selepas sholat Isya’ berjamaah. Seluruh persiapan mulai dari perlengkapan sampai dengan teknis pelaksanaan kami mantapkan.

Pada malam itu juga ada satu hal yang membuatku kaget dan merasa iri. Sahabatku Budi ikut menjemput ustadz Arifin Ilham bersama ustadz Dodo di kota tetangga Banyuwangi. Bagaimana tidak iri, sebuah kebaikan dan pengalaman indah bisa menjemput orang sholih yang dekat dengan Allah SWT. Yaaah... mungkin masih belum waktunya dan mungkin Allah SWT mentakdirkan aku untuk tinggal karena aku lebih cocok untuk tidak kemana-mana. Kekecewaanku dapat terobati oleh sahabat-sahabatku yang masih ramai dan setia di masjid hingga larut malam. Saat itu kami memasang umbul-umbul di depan masjid yang jumlahnya sepuluh buah. Bambu-bambu panjang kami gotong bersama untuk kami tegakkan dan kibarkan umbul-umbul kebanggaan bertulis REMAS AT-TAQWA dan YAYASAN AT-TAQWA. Setelah terpasang, kulihat dari seberang betapa mempesonanya tulisan tersebut menjadikan orang-orang yang melihatnya ingin mampir bersinggah ke dalam masjid.

Jum’at, 23 Mei 2008 setelah adzan pertama pada sholat Jum’at berjama’ah orang bergamis putih dengan sorban melingkar di kepalanya mengambil michrophon untuk membacakan permohonan doa dari beberapa jama’ah. Orang tersebut berpawakan tidak terlalu besar dan suaranya sudah tidak asing lagi, seorang imam besar masjid Agung At-Taqwa yang juga seorang mufti serta pengurus takmir bidang kemasjidan. Beliaulah Drs. H. Achmad Sodiq, orangnya wibawa dan bijaksana. Setelah membacakan suratul Fatihah beliau mengumumkan pada jama’ah,
“Diinformasikan juga pada jama’ah sholat Jum’at bahwa nanti jam 5 sore ada acara dzikir akbar bersama ustadz Arifin Ilham dari Jakarta. Untuk itu para jama’ah diharapkan hadir di masjid ini. Terima kasih. Wassalamu’alaiku Warrahmatullahi wa Barokatuh.”

Perasaan semakin senang tapi juga tak karuan karena ada rasa nervous yang bergejolak. Ba’da sholat Jum’at aku, Ubai, dan Mas Ipunk berdiri di dekat pintu gerbang masjid. Aku di sebelah utara, Ubai di sebelah selatan dan Mas Ipunk di tengah. Kami menyebarkan buletin bulanan pada jama’ah sholat Jum’at yang akan meninggalkan masjid. Untuk bulan Mei 2008 buletin REMAS AT-Taqwa yang bernama Al-Uswah atau yang memiliki nama panjang Ahli Sunnah wal Jama’ah bertemakan Berdzikir. Di dalamnya menyangkut keutamaan atau fadillah-fadillah berdzikir, selain itu juga ada cerita singkat kisah hidup ustadz Arifin Ilham yang akan memimpin dzikir serta memberikan tausiah pada jama’ah Bondowoso Berdzikir. Setelah sekitar 500 buletin tersebar kami bergegas pulang untuk makan siang dan ganti pakaian karena jam 2 siang kami akan kembali ke masjid untuk bekerja bakti membersihkan sisa-sisa sa,pah kecil yang masih berkeliaran.

Sore sudah menjelang, matahari sudah semakin malu untuk menampakkan dirinya, ia bersegera untuk menyembunyikan dirinya di balik sisi bumi yang lain. Saat itu terlihat jelas kerumunan orang mengenakan baju putih-putih menuju masjid At-Taqwa tercinta. Anak-anak usia SD, SMP, para remaja putra dan putri, bapak-bapak, ibu-ibu, nenek-nenek, dan kakek-kakek juga bersemangat berbondong-bondong memasuki area rumah-Nya. Hal itu mengingatkanku pada padatnya sholat Idul Fitri 1 syawal hanya saja yang ini terjadi sore hari menjelang petang. Pengamanan dan pengaturan lalu lintas juga bersiap siaga. Personil polisi, Satpol PP, dan pegawai lantas dari DLLAJ berdiri gagah dan sigap dalam setiap tugasnya.

“Allahuakbar... Allahuakbar....”
Suara adzan Maghrib berkumandang betapa merdunya pita suara yang bergetar milik Pak Samsul Anam membuat orang-orang yang baru datang bergegas masuk ke dalam masjid untuk sholat sunnah tahiyatal masjid an qobliyatal Maghrib. Aku juga sudah tahu kalau saat ini ustadz Arifin Ilham dan crew-nya sudah tiba di Bondowoso dan kini ada di dalem ustadz Dodo karena beberapa menit yang lalu Budi selalu mengabariku tentang posisinya dan rombongan ustadz Arifin. Kabar pertama di Wonosari lalu di depan terminal dan yang terakhir tiba di dalem ustadz Dodo. Iqomah pun berkumandang, seluruh anak Adam yang ada menunaikan kewajibannya untuk sholat Maghrib, imam sholat adalah ustadz Sodiq.
Setelah sholat Maghrib sembari menunggu kedatangan pemimpin Bondowoso Berdzikir seluruh isi masjid dan jama’ah yang ada di luar bahkan yang di jalan raya pun turut mendendangkan sholawat yang dipimpin oleh ustadz Sodiq.

Isya’ menjelang, sekitar pukul 18.23ustadz Arifin memasuki halaman masjid beliau dikawal ketat demi keamanan kemudian langsung masuk ke ruang samping masjid yang tembus pintu depan pengimaman atau ruang imam. Adzan Isya’ berkumandang, sholat Isya’pun ditunaikan. Setelah itu master of ceremonial acara Bondowoso Berdzikir, ustadz Taufiq mempersilahkan ustadz Arifin memberikan tausiah. Seluruh isi masjid hening tak bersuara hanya ada suara serak khas ustadz Arifin. Di awal tausiahnya saja sudah banyak jama’ah yang meneteskan air mata sadar dan taubat termasuk aku. Sekitar 5 menit kemudian lampu dipadamkan dzikir pun dimulai semua duduk khusuk menghadap kiblat mendengar suara serak ustadz Arifin.

Aku duduk bedzikir di depan, tepatnya di dekat ruang pengimaman dengan beberapa ustadz dan sahabat-sahabatku. Tepat di sebelah kananku ada Pak Rosidi soundman takmir masjid dan di sebelah kiriku ada Handoko. Aku terenyuh mendengarkan suara seorang Arifin Ilham menikmati indahnya diksi-diksi unuk memuji keagungan-Nya. Lisan ini mengucap tasbih dan istighfar atas apa-apa yang telah terjadi padaku. Aku tak kuasa membendung air mata yang sudah menggenang di sekitar kedua bola mataku sehingga air mata itu meleleh membasahi pipi kanan dan kiriku. Aku terlalu berdosa pada-Nya, aku terlalu sering mengingkari amanahku, aku terlarut dalam kemeriahan warna hidup yang justru menjerumuskanku. Lebih-lebih aku semakin sesak dan ingin rasanya berteriak sekeras-kerasnya layaknya seorang rocker di atas panggung, hatiku menjerit karena salahku pada orang tua, ayah bunda yang sudah menggunung dan seluas samudera yang biru. Aku ingin sekali mengucapkan kata maaf dan memeluk mereka.

Allah ampunilah dosa-dosa kedua orang tuaku kasihanilah mereka seperti mereka mengasihiku di waktu kecil. Dan yang terlewatkan juga ustadz Arifin Ilham mengingatkan pada seluruh jamaah akan perjuangan besar yang rela mati sampai darah terakhirnya habis, beliau adalah Rasul Muhammad SAW yang telah menuntun ummamtnya sampai mengenal nur Islam. Dialah cahaya di atas cahaya yang tak pernah lupa pada Sang Robb yang selalu berdzikir pada-Nya. Sholawat untuknya kami ucapkan Yaa Nabi Salam ‘Alaika... Yaa Rasul Salam Salam Mu’alaika Ya Habib Salam ‘Alaika Sholawatullah ‘Alaika. Aku terlalu jauh meninggalkan sunnahmu, aku terlalu sering melupakanmu, aku tak sering lagi bersholawat padamu, aku hampir saja tak ingat perjuanganmu yang sungguh tiada tandingnya dibanding manusia-manusia yang Dia ciptakan. Ya Rasulullah.... aku masih ingin menjadi hamba-Mu yang suatu saat nanti ketika hari itu tiba engkau memberikan syafaat pada ummatmu ini.
Hampir 3600 detik aku berdzikir mengingat dzat yang aku sembah selama ini, sebelum ustadz Arifn mengakhiri dzikir akbar beliau mempersilahkan seluruh jama’ah untuk bersujud dan bersimpuh merendahkan diri di hadapan Sang Khalik mempersilahkan untuk bertafakur dan memohon ampun atas apa-apa yang sudah diberbuat. Aku lemah, bodoh, dan tak berdaya mengapa harus angkuh selama ini? Maafkan hamba-Mu ini.
Suusai acara tersebut anggota REMAS dan panitia berkumpul menjadi satu untuk bersama-sama membereskan semua perlengkapan yang ada, membersihkan halaman dan merapikan sesuatu pada tempat semula. Aku sungguh terharu dengan perjuangan dakwah yang Allah anugerahkan untukku ini.

Rupanya aku masih bisa membuka mata dan bergerak di pagi hari sebelum adzan Subuh berkumandang. Aku ucapkan syukurku, Alhamdulillah. Allah SWT masih memberikanku kesempatan untuk meningkatkan kualitas iman agar aku bertaqwa. Sebuah peluang bagi hamba kecil ini untuk terus bertaubat. Fajar yang menyingsing kala itu memberikan sebuah senyuman rohani lewat ustadz Arifin Ilham saat kuliah Subuh. Walaupun hanya beberapa menit seluruh jamaah yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada hari-hari biasanya harus terpaku menyimak tausiah yang mendalam dari sang ustadz, tak jarang dari mereka turut meneteskan air mata.

Alhamdulillah... kami para panitia mendapatkan sebuah kesempatan yang tak terhingga, bertemu dan bersalaman juga foto bersama sang ustadz. Di pagi itu selesai sholat Subuh tepatnya di dalem ustadz Dodo tempat ustadz Arifin dan rombongan beristirahat. Moment yang luar biasa bagi kami unuk bisa langsung bertatap muka dengan da’i sholih milik Indonesia yang makmur. Saatitu benar apa yang kuimpikan sebelumnya, senyuman hangat yang sungguh bermakna dari ustadz Arifin Ilham. Sebuah sedekah yang tak pernah terlupakan, senyuman tipis tanda ukhuwah Islamiah yang berkesan walaupun mungkin untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Tapi... kami semua berharap suatu saat nanti kami dapat bertemu dengan kekasih-kekasih Allah dan orang-orang sholih termasuk ustadz Arifin Ilham. Amiin...

Anugerah Terindah =P



“Terserah antum dah mau bilang apa ? lha wongan Fulanah yang mau, dokumennya tadi siang diambil coz Fulanah pulang duluan ada kepentingan yang gbs ditinggal….,” terkirim jam 18.19 wib. Aku begitu terkejut dan merasa bahwa dia berkata begitu dengan ketus tanpa mempedulikan perrtimbanganku.
Dengan sedikit rasa emosi kubalas smsnya, “Seharusnya anti ngerti Fulanah dia kan sudah gak boleh sering2 kluar, ntar malah bisa berakibat ke hari pelaksanaannya, tapi terserah anti dah mungkin anti yang lebih paham kinerja qt shrusx bgmn. Syukran.”
Ternyata dia bisa meluluhredamkan emosiku yang sudah mulai memuncak dengan kata-kata yang kurasa begitu biasa tanpa ada keketusan seperti di pesan sebelumnya, “Iya…iya… Ustadz.. !! Oy, tlg bsk ntm jnjian ma ustadzah ntk k rmhx bliau.. Ne ttg pmbgian kerja surat..Kt bliau, h-3 sore qt udh kdu bgikan surtx coz biar g dadakn. Sykran ktsir .”
Selama kukenal dia, rasanya begitu indah dan mengagumkan. Kepribadian yang kurasa sangat menakjubkan. Mentalnya apik, jiwanya tangguh, dan yang paling luar biasa dia begitu menjaga dari hal-hal yang berkaitan dengan VMJ. Penyakit yang kronis jika tak segera diobati dan akan menimbulkan sebuah kemalapetakan bagi siapa yang tidak bisa menjaganya. Tapi dia yang kukenal tidak demikian justru memberikan nuansa elok di setiap langkah-langkah cintanya. Tak pernah kulihat dia menunjukkan sebuah fitrah yang indah untuk disalahgunakan seperti pada remaja umumnya.
Bagiku inilah cinta… cinta seorang pemuda yang selama ini menutupi rasa itu di balik setiap langkah dan perilakunya. Dia baru tersadar ternyata dia memiliki rasa pada sosok anggun seorang muslimah. Dia tak sadar bahwa tambatannya telah membuat dia berperilaku special dan VVIP daripada orang lain. Inilah virus cinta yang Dia berikan sebagai anugerah terindah bagi setiap hamba-Nya. Pemuda itu baru bersyukur selama ini dia masih mampu menahan gejolak mudanya untuk tidak mengungkapkan kata-kata gombal yang memalukan seperti pemuda kebanyakan.
Menurutku inilah anugerah terindah seorang remaja, bisa merasakan cinta… cinta yang tidak biasa, cinta luar biasa tanpa sebuah pengungkapan kalimat-kalimat nafsu yang mengatasnamakan cinta. Walaupun aku tidak tahu apakah dia merasakan hal yang sama denganku tapi aku bisa merasakan getarannya. Mungkin karena doaku pada-Nya sehingga Dia meniupkan nafas cinta itu padaku. Bukan aku gedhe rasa, tapi itulah kenyataan hati pemuda. Apakah Dia mengalunkan melodi cintanya untukku ? atau justru terdiam tanpa kata dengan rasa yang biasa ? bagiku bukan masalah, akulah subjeknya, hatiku sebagai objek perjalanan cinta yang indah ini.
Berpikir tentang apa yang ada di dalam hatinya begitu mustahil karena hanya dia dan Allah SWT yang tahu. Bertanya, “Do you love me too?” begitu gombal dan akan menurunkan derajatku sebagai seorang lelaki. Biarlah hati ini berjalan sesuai dengan kodratnya justru itu yang akan menarik. Penasaran akan jawaban darinya, ya / tidak. Jika suatu saat nanti dia berkata ya, begitu indah rasanya. Impianku untuk menyemikan cinta putih ini terwujud setelah sekian lama aku bersamanya dengan perilaku, kebiasaan, akhlak, lisan dan cinta terpendam (demi menjaga kesucian cinta itu) yang insya Allah hanya karena Allah SWT. Atau jika dia berkata, “Afwan, antum sudah kuanggap sebagai saudara sendiri, sahabat.” Maka sejujurnya dengan berat hati akan kujawab, “syukran katsir, tapi jujur aku ingin jadi yang halal bagimu! Tolong dipikir lagi.” Tapi ketika di senggang waktu tertentu dia tetap berkata maaf gak bisa. Maka aku harus mengikhlaskannya untuk orang lain dan harus kusadari kami hanyalah seorang sahabat atau saudara yang mungkin sejati dan akan bertemu di surga-Nya kelak. Sahabat. Tidak lebih……….

"KAU AKAN MERASA INDAH JIKA MENJAGANYA, SAMPAI SAATNYA TIBA =P"

tali silaturrohmi yang unpredictable lhoo !!!

Malam itu rasanya sulit bagiku, memikul beban yang tak terkira, mengendap sejuta pikiran yang rasanya sulit untuk keluar, melanjutkan sebuah amanah yang terasa sangat mungkin untuk meremukkan badan. Saat itu aku ingin beribadah di setiap saat agar mendapatkan kasih- sayang-Nya. Akulah manusia... yang sering lupa pada Dzat yang menciptakanku, hanya ingat ketika dilanda samudra problema. Nafsuku masih sering merajai dibanding nuraniku. Astaughfirullah...
Aku seperti anak ayam yang kehilangan induknya, ling-lung tak tahu harus kemana. Bingung mencari pintu keluar. Aku bagaikan orang-orang malang yang terkunci di kamar hotel lantai paling atas yang saat itu hampir seluruh sisi hotel dikerumuni oleh si rajs merah. Sulit bernafas, kepanasan, dan kemungkinan nyawa ini kembali pada-Nya. Aku gopoh, ingin meloncat tapi tak mungkin karena sama saja aku bunuh diri, yang bisa kulakukan hanyalah berteriak meminta pertolongan pada tim penyelamat. Sesak rasanya dadaku.
Yahhh... layaknya demikian kondisiku saat itu. Aku terlarut dalam megahnya dunia fana. Aku masih belum berkeringat untuk menjadi hamba tersayang-Nya. Baru saat itu aku tersadar bahwa aku memiliki Dzat yang Maha Segala-galanya yang tak tertandingi oleh apapun. Aku baru terbangun dari tidurku yang hanya bermain-main dengan ribuan mimpi duniawi. Kini aku membuka mata untuk memasrahkan diriku di tengah problema yang sulit bagiku. Allah Azza wa Jalla mengingatkanku lewat masalahku. Terima kasih telah memperingatkan hamba yang bodoh ini.
Saat itu 10 malam terakhir Ramdhan 1428 H. Aku menyadari bahwa aku memiliki masalah yang cukup rumit, di hari kedua puluh aku beri’tikaf dan bermunajat pada-Nya. Lewat sholat hajat dan tasbih berjamaah.
Ya Allah... malam itu aku terenyuh dengan isak tangisnya ketika bermunajat pada-Mu. Allah... aku juga tak bisa menahan isak tangis, sesak, bergetar hati ini membuat air mataku meleleh membasahi pipi ini. Yach... dia begitu menikmati indahnya bertemu dengan-Mu. Aku iri melihatnya bisa bermesraan dengan-Mu. Ku coba dengan hati dan cinta tulusku hanya untuk-Mu. Akhirnya, aku bisa menikmati lembutnya kemurahan-Mu ya Allah. Dia yang membuat diriku sadar akan luasnya kasih-Mu ya Allah.
Kunantikan syahdu suaranya di malam selanjutnya. Aku semakin tergetar karenanya. Ingin rasanya bertemu dengan-Mu. Di tengah alunan ayat-ayat suci yang dia lantunkan aku begitu ingin menangis sejadi-jadinya. Aku tak kuasa menahan air mata yang terbendung oleh kedua kelopak mataku. "Maafkan aku... Ya Allah!!!" jeritku dalam sanubari.
Kelezatan beribadah pada-Mu semakin terasa ketika sebuah ujian Kau berikan padaku. Munajatku untuk-Mu tak kan pernah berhenti. Dia menemaniku dengan melodi-melodi keagungan-Mu dalam sembahku. Fasih dan khusuk suaranya membuatku terus bersimpuh memohon ampun dan memohon jalan keluar pada-Mu.
Tak kuasa aku memendam rasa gelisah itu. Aku butuh teman untuk berbagi. Sahabat-sahabatku pilihan tapi tak mungkin. Guru-guru terdekatku pilihan tapi juga tak mungkin. Dalam benak aku tak menemukan siapa yang akan menemaniku untuk duduk mendengar segala gundah gulanaku.
Kubuka ponsel, mencari nama yang mungkin bisa menjadi teman ceritaku. Seketika jari-jariku berhenti di huruf tertentu, kemudian jari itu memijit ke alphabet selanjutnya. Lalu tanganku berhenti lagi di satu nama. Sejenak ku berpikir, "Mungkinkah aku bercerita pada beliau?" Seorang yang begitu agung dan menjadi orang yang disegani oleh banyak orang.” Beberapa detik kemudian kutekan tombol hijau, tapi sebelum ada suara tuut kubatalkan panggilan itu dengan tombol merah. Tak pantas anak ingusan sepertiku menjadikan beliau teman cerita.
Dalam lelap malam seperti biasa kuterjaga untuk berduaan dengan-Nya melalui sembah sujudku. Getaran pita suaranya membuatku semakin terharu. Aku tak mampu menahan sedihku, air mata harus keluar untuk merasaka dekatnya diri dengan-Nya.
Sepulang dari basecamp tiada tara, kumainkan kata-kata indah atas kekagumanku padanya yang telah membuat aku simpati pada kesholihannya. Aku mengatakan padanya dengan bahasa kalbu dalam bahasa Inggris yang kusukai. Ku tak pernah menyangka dia akan membalas kalimat-kalimatku. Namun sayang aku tak bisa mengerti bahasanya, dia membalas dengan bahasa Arab yang mungkin jadi bahasa favoritnya.

Begini bunyinya, “Sukron wa baro kallohu laka wa afwan li lianni la a’rif ka. Maasmuk? Wassalam,” memang singkat tapi aku yakin penuh makna.

Saat aku terjaga dari matiku, kurasakan ujian itu semakin berat. Entah aku tak pernah tahu rencana-Nya. Aku semakin bersedih. Maghrib menjelang, kutunaikan kewajibanku. Rumahku tak berpenghuni hanya ada aku dan seorang pembantu. Di atas kesedihanku, kuberanikan diri untuk bercerita pada seseorang yang tak pernah kuduga. Aku bercerita pada beliau cukup lama. Dalam pembicaraan itu, aku hanya bisa berkata terbata-bata karena isak tangis yang tak bisa kubendung. Tak jarang aku terdiam terpaku, bingung apa yang harus kuperbuat selanjutnya. Isya'pun hampir tiba, beliau memintaku untuk sekedar ngobrol selepas sholat Tarawih.
Semua orang telah menunaikan sholat tarawih. Aku tak berani menemui beliau namun beliau masih menungguku. Aku tak sanggup, karena pasti ketika aku berbicara pada beliau aku akan menangis dan aku tidak mau sahabat-sahabatku tahu lalu curiga dan berpikir ‘kenapa dia?’.
Aku sungguh tak menyesal mengenal beliau. Beliau yang kusebut dia dalam sholat malam memimpin i'tikaf ternyata memang benar seperti apa yang kusanjungkan padanya. Dan itu terbukti, aku merasakan kharismanya. Tak lama setelah beliau membuatku lebih terbuka aku bersilaturrahmi ke dalemnya. Di sana aku berkenalan dengan putra beliau, yang saat ini menjadi sahabatku juga. Di malam itu beliau memberikan hal-hal yang membuatku lebih tenang. Aku juga tak pernah menyangka beliau mau mendengarkan ceritaku sampai larut malam.
Di malam terakhir beri'tikaf aku memohon pada-Nya, “Selesaikan ujian ini, luluskan aku dalam menghadai ujian ini karena esok lusa aku akan meraih kemenangan dari-Mu ya Allah,” Aku menangis untuk mendapatkan kasih sayang-Nya dalam sujudku. Aku meminta dari hati terdalam dengan diiringi syahdu suaranya yang juga disertai isak tangis memuji-Nya. Malam itu air mataku begitu deras membasahi pipi bahkan tak kuasa aku mengusap dengan lengan baju kokoku. Usai bermunajat dalam sholat itu, para jamaah bersalam-salaman. Tiba diriku bersalaman dengannya kucium tangannya penuh terima kasih dan kupeluk erat tubuhnya dengan guyuran air mataku yang deras, kubasahi gamisnya dengan air mata terima kasih.
Kuucapkan, "Ustadz, terima kasih banyak..."
"Sudah...sudah Le, tenang!"jawabnya tenang.
Beliau atau dia dalam hidupku tak ingin kulupakan, ternyata beliau memang seorang figur guru yang kebapakan.

“Ustadz, cepat sekali ya besok sudah idul fitri hari orang Islam untuk meraih sebuah kemenangan setelah berjuang selama satu bulan untuk Allah,” aku menyatakan dengan raut agak tertekuk.
“Ya, inilah tanda kemenangan Allah SWT, takbir dan tasbih yang bertalu-talu di seluruh membran michropone masjid manapun,” beliau berkata sambil berkaca-kaca namun memberikan senyum menang yang mengharukan.
“Saya paham Ustadz, tapi.... mungkin Pandu tidak seperti teman-teman Pandu yang lain,” lanjutku dengan perasaan yang sulit to the point.
“Kenapa ???” tanya beliau sabar masih dengan paras sepuh yang tersenyum
“Masalah yang kemarin Ustadz! Saya masih belum bisa memecahkannya, padahal besok sudah harus saling berjabat tangan saling memaafkan, tapi.....”
“le....,” beliau memotong suaraku untuk menenangkanku, beliau merasa aku mulai emosi.
Aku tertunduk malu dan merasa bersalah karena kurang sopan.
“Kamu tahu Nabi Nuh kan ?” tanya beliau dengan sabar sambil mengambil sebatang rokok yang tergeletak di meja.
“Iya,” jawabku masih tertunduk.
Disulutnya sebatang rokok Dji Sam Soe Filter dengan korek gas berwarna ungu.
“Walaupun beliau seorang nabi tapi apakah anak istrinya mau beribadah pada Allah ? Ndak bisa Pan... Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar hasilnya Allah SWT yang menentukan, kita hanya bisa pasrah atau bertawakal. Hidayah itu datangnya dari Allah SWT, bukan dari siapa-siapa terlebih dari manusia itu sendiri. Rasulullah yang sangat sayang pada pamannya Abu Tholib, walaupun pamannya mendukung dakwah beliau tapi sang paman tidak mau memeluk Islam. Le kamu kan sudah sering mendengar tawakkal’alallah, terus apa makna dari kalimat itu?” terang beliau tegas namun tetap menyedekahkan sebuah senyum padaku.
Aku yang tertunduk kaku kini tersadar dan harus melelehkan air mata yang sudah tak kuasa terbendung. Aku malu. Kurang bersyukur diriku ini. Allah maafkan aku.
“Ustadz... maaf ya sudah ngerepoti, saya ndak bisa ngontrol diri. Saya takut sekali kalau besok saya harus merasakan kemenangan itu dengan sedikit rasa sedih. Sebenarnya saya tidak mau itu,” kataku pelan dengan sedikit terisak.
“Kalau kamu memang harus bersedih karena Allah SWT mentakdirkan seperti itu kamu harus bisa menerima dengan ikhlas karena apapun dan bagaimanapun keputusan Allah itu tetap yang terbaik,” lanjut beliau sambil memadamkan rokoknya yang masih separuh.
“Iya... insya Allah,”
“Le ingat, bagaimanapun kondisi besok seandainya kamu ingin marah atau kesal tahan dulu, sabar dulu Innallahamaashobirin,” beliau sedikit khawatir padaku yang sering cepat emosi.
Aku hanya mengangguk tidak berani menatap beliau walaupun aku tahu beliau masih tetap tersenyum.
“Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang !” lanjut beliau memantapkan.
“Ustadz... doakan saya dan orang tua saya agar mendapatkan lindungan-Nya,” kepalaku sudah tak tertunduk lagi, aku mengucapkan sambil tersenyum.
“Insya Allah, ingat Le Laa Yukalifullah hunafsan illa wus ‘aha, Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Itulah yang namanya hidup pasti ada ujian, dengan ujian itu iman kita akan ditingkatkan. Seperti kamu kalau mau naik kelas harus ikut ujian dulu, gitu kan?”
Malam itu akan terekam oleh handy cam termegah milik Allah SWT. Aku merasakan kesedihan namun mendapatkan sebuah siraman rohani dari salah satu sekian ribu manusia biasa yang luar biasa. Malam itu merupakan malam yang akan tergores dalam-dalam di lubuk hatiku. Aku merasakan ketenangan dan kesejukan oleh sebuah lisan indah orang sholih.
Aku harus mencurahkan uneg-uneg ketidaktenanganku pada orang lain karena aku tak mampu memendamnya sendiri. Bagiku lumayan besar dan rumit. dan maaf tidak bisa aku share disini.. :)

*aku kembali terharu ketika membaca tulisan ini, tak terasa sudah beberapa tahun berlalu pertemuan ini dan nasehat serta ilmu yang beliau berikan bermanfaat bagiku. :) siapa mengira sedekat ini tali silaturrahmi ini.?? no one.

PESANTREN ALAM

PESANTREN ALAM
Sebuah batu loncatan bagi kami berempat yang disatukan untuk menjadi bagian motor penggerak REMAS Agung At-Taqwa. Aku, Ubai, Laeli, Sefrina atau kami menyebutnya LeNaDuBai singkatan yang biasa kami gunakan untuk ber-sms agar lebih pendek. Kami terbentuk dalam subuah team-work yang lebih kecil karena kami memiliki usia yang sepantaran dan sering bertemu di sekolah.
Setelah menjadi panitia PESROM angkatan XXV untuk yang pertama kali kami sudah menjalin persahabatan yang solid dengan batas-batas syar’i agar tidak terjebak dalam virus merah jambu. Karena kami seumuran maka kami juga lebih terbuka tanpa mengurangi rasa hormat antara yang satu dengan yang lain, lebih luwes namun juga tetap dengan tabir-tabir yang syar’i. Keluwesan tersebut akhirnya melahirkan ide-ide kreatif yang memukau. Di akhir tahun 2006 kami berempat dengan controlling sahabat-sahabat yang lain khususnya mas Ipung dan mbak Amenk memiliki sebuah ide untuk menyelenggarakan acara yang kami beri tajuk Pesantren Alam.
Fantastis rasanya... Saat itu aku yang masih bau kencur terpilih menjadi seorang ketua panitia dengan motor-motor penggerak sebagai wakil ketua pelaksana Sefrina Cahya, sekretaris Ubadillah Amin, dan bendahara Dwi Nur Laeli. Perjalanan kami untuk tiba di puncak acara begitu padat. Dan yang pasti kegiatan ini juga tak lepas dari sahabat-sahabat REMAS selain yang pernah kuceritakan profilnya. Ada Ansi, Chiko, kak Izul, Alan, Aries, mbak Fitria Endang, mbak Umi, dan dik Laily Jr. Pesantren Alam adalah kegiatan perdana di REMAS Agung At-Taqwa sekaligus pertama juga bagi kami berempat untuk menjadi pentolannya.
27 dan 28 Januari kegiatan ini berlangsung di desa Binakal, kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso. Kegiatan ini terselenggara dengan bantingan tulang kami paling keras. Karena aku baru pertama kali mendapatkan amanah menjadi seorang ketua panitia maka kerjaku masih banyak kekurangan untung saja sahabat-sahabatku mampu melengkapi. Tak jarang aku mendapatkan nasihat dari Ustadz Taufiq, Ustadz Totok dan Ustdz Dodo selaku ketua umum REMAS. Sempat aku dibantai habis-habisan dengan nasihat yang bombastis. Aku dikeroyok oleh ketiga ustadz yang sudah makan garam terlalu banyak, tidak tanggung-tanggung dari jam 8 malam dan baru berakhir pukul 11 malam. Saat itu di rumah Ustadz Dodo, aku masih ingat Selasa malam ketika itu dan aku belum belajar fisika padahal besok ulangan fisika bab kalor. Ternyata setelah Pak Marzuki, S.Pd mengumumkan siswa-siswa yang remidi aku termasuk dalam daftar tersebut. Bukan aku mengantuk saat pulang dari rumah Ustadz Dodo tapi aku merasa terkejut seperti dialiri tegangan listrik 1000 volt. Pikiranku pengkor rasanya menciut sekali. Dan merasa tak punya kemampuan untuk bangkit karena kritikan, saran, dan nasihat dari ustadz pedas rasanya. Namun setelah aku mengenal karakter ustadz demi ustadz hal tersebut sudah wajar bagiku.
Walaupun Pesantren Alam kegiatan baru tapi Alhamdulillah kegiatan ini bisa dikatakan sukses karena target-target yang kami rapatkan serta harapkan tidak jauh meleset. Kegiatannya alam banget... Di ketinggian yang jarang dipijakkan oleh orang-orang kota seperti kami rasanya berkesan sekali. Acara dari pagi begitu padat dengan sejuta kesan mendalam. Sholat Dhuha berjamaah di alam dengan sajadah berupa selembar terpal suci berukuran 3x3 m untuk putra dan putri. Tradisi yang mewajibkan setiap peserta dan panitia menggunakan bahasa ibu yaitu Madura untuk hari pertama dan Jawa untuk hari kedua. Kebiasaan baik sebelum makan yaitu doa bersama yang dipimpin satu peserta putra. Untuk makan peserta diwajibkan hanya menggunakan 3 jari di 3 suapan pertama dan 33 kali kunyahan di 3 suapan pertama, hal itu melatih kejujuran setiap peserta. Ketika akan berkumpul maka seorang panitia akan membunyikan kentongan dan peserta harus mencari sumber suara kentongan tersebut karena di situlah sahabat-sahabat peserta harus berkumpul.
Materi-materi yang disajikan juga menarik karena tema dalam kegiatan ini adalah ‘Kenali Islammu Bersama Alam’ maka materi-materinya pun berkaitan dengan alam. Antara lain diskusi tentang hewan-hewan yang bermanfaat dengan mengadaptasi film Islami karya Harun Yahya yang berudul Arsitek Alam. Penentuan arah kiblat yang langsung dibimbing oleh pakarnya, yaitu Ustadz Abdul Ghafur. Mulanya peserta dipaparkan tentang pernak-pernik kiblat kemudian bersama-sama menghitung arah kiblat musholla setempat apakah sudah tepat atau masih belum. Cukup dengan busur ukuran besar, benang wall, kompas, dan paku sahabat-sahabat peserta memiliki pengalaman tersendiri yang nyata untuk menghitung arah kiblat yang benar. The True Power of Water juga mewarnai hari pertama Pesantren Alam, yang memaparkan adalah Mas Saiful Karim dengan media LCD multimedia dengan mengadopsi buku karya Masaru Emoto tentang kekuatan air dilihat dalam sudut pandang Islam. Pada malam harinya Ustadz Amar dan Ustadz Dodo menutup satu hari dengan istighosah. Hari kedua ba’da Subuh Ustadz Qoyyim juga berpartisipasi dengan materi fiqih.
Sebelum Ustadz Amar dan Ustadz Dodo menutup hari pertama dengan istighosah, di halaman belakang ada acara api unggun dan unjuk kreativitas antara peserta putra dan putri. Ada yang bernyanyi, berpuisi, dan drama. Saat itu kami bisa melihat sebuah miniatur lampu-lampu yang bercahaya di kejauhan. Itu semua adalah tata kota kabupaten Bondowoso dengan kerlap-kerlip cahaya lampunya. Indah sekali dilihat dari ketinggian sebelah barat kabupaten. Di daerah inilah masyarakat Bondowoso menyebut cahaya-cahaya semarak kota Bondowoso sebagai danau bintang yang dilihat dari bukit tinggi sebelah barat, bukit bintang namanya. Kami merasakan keindahan malam tersebut dengan ditemani hangatnya api unggun yang menyala.
“Ouu.... itu yang namanya danau bintang, bagus yach,” kata Endita seorang peserta putri yang bersekolah di SMA N 15 Surabaya, dia pulang karena libur semester 1.
“Kita ada di bukit bintang sekarang... !!! aku senang karena malam ini,” sahut Della
“Dek besok pagi kita akan lihat sun rise di bukit yang lebih tinggi,” tambah Budi yang mendengar perbincangan mereka.
Hari kedua setelah sahabat-sahabat peserta dan panitia menuju bukit yang lebih tinggi mereka melihat indahnya sunrise yang kemerah-merahan. Kemudian mereka bersama-sama sarapan pagi dengan model yang berbeda. Para peserta dan panitia mencari bungkusan nasi yang diletakkan di sela-sela tumbuhan ubi jalar. Mereka semua menyusuri pematang naik turun karena areanya di dekat kebun ubi jalar. Setelah semuanya menemukan nasi mereka masing-masing para peserta dan panitia berkumpul menjadi satu untuk makan bersama-sama dengan tradisi yang sama.
Setelah sarapan mereka tidak diperkenankan untuk mandi karena akan berpetualang bersama dalam serangkaian out-bound survival yang mengandung games-games menantang namun memiliki banyak hikmah di dalamnya. Melewati area persawahan yang sejuk, melalui pematang sawah yang berkelok-kelok, dan menyusuri sungai yang cukup panjang. Karena sebagian besar dari peserta jarang ke desa dan masuk wilayah persawahan tak jarang dari mereka yang jatuh ke sawah milik orang. Namun itu semua tidak membuat mereka patah semangat, yang ada ghirah mereka tambah ngeh! Kerjasama tim yang baik sangat diperlukan untuk bisa melewati rintangan yang ada. Permainan bola di air melawan panitia, berjalan di air dengan kaki diikat membentuk kereta api antara anggota yang satu dengan yang lain, melewati spider zone di atas aliran sungai yang deras. Begitulah gambaran yang ada tentang sekilas outbound.
Kemudian kami semua bersih diri, sholat Dhuhur jamaah, dan makan siang di ruang session dengan ikatan ukhuwah yang sudah terasa sangat erat antara sesama walaupun baru 2 hari 1 malam. Setelah itu kami semua bersih lingkungan sebelum meninggalkan area yang akan menjadi saksi bisu kebaikan ini, namun akan ikut bersaksi tentang kebaikan yang dilakukan sekelompok kecil remaja Islam di hari akhir nanti. Untuk menutup akhir sesi Pesantren Alam kami semua bertafakur sekaligus bermuhasabah diri agar setelah kita pulang dari kegiatan ini kami semua bisa mengambil ibrah yang mendalam.
“Bai afwan sebesar-besarnya ya... syukron katsiron antum sudah nemenin dan ngingetin aku selama ini,” kuucapkan kalimat itu berulang-ulang dan kupeluk tubuhnya sebagai pelepas salah-salahku sebagai seorang sahabat.
“Sama Du aku juga...... syukron atas persahabatan ini,” jawabnya lirih.
Kusampaikan juga maaf dan terima kasihku untuk Sefrina dan Laeli yang setia menemani perjuangan dakwah ini. Dakwah di REMAS juga dakwah di sekolah.
Imam Saputro, Nuriega, Septian, Fandi, Agung, Ardian, Endita, Resti, Della, Indah Nova, Rossa dll adalah semangat kami berempat untuk terus berkarya di jalan yang panjang ini. Mereka adalah beberapa peserta Pesantren Alam yang menjadikan kami bisa lebih memaknai pentingnya ukhuwah dan indahnya persahabatan.