Laman

Senin, 28 April 2014

Titik Jenuh

Saat ini sepertinya saya sedang ada di titik bawah, di titik dimana saya butuh energi, motivasi, dorongan, dan semangat yang baru. Titik jenuh. Entahlah apa sebab musababnya, tiba-tiba saya ingin kembali pada rutinitas saya yang termenej rapi sesuai time schedule, on ward di setiap rencana. Sholat berjamaah di musholla atau masjid, mengikuti kajian rutin tiap Selasa malam, membaca Al-Qur'an tiap setelah Maghrib, dan kegiatan reguler lainnya.

Semenjak hectic koasistensi di departemen klinik yang penuh suka duka ternyata ada hal lain yang terkesampingkan. Asupan ruhiyah kurang diperhatikan, al Qur'an sudah tidak memiliki pola waktu kapan dibaca, Dhuha juga sudah sekenanya, sholat berjamaah pun tidak optimal. Memang benar keringanan dari Sang Khalik karena melaksanakan pekerjaan agama itu semampunya, tapi tetap saja kurang menenteramkan hati jika apa yang sudah biasa itu perlahan-lahan ditinggalkan.

Saya kadang berpikir, kalau indikasinya begini apakah yang saya jalani ini terciprat keberkahan dari-Nya? sungguh takut diri ini jika apa-apa yang saya usahakan ini ternyata sia-sia dan tidak ada nilai ibadahnya.

Menangis mengadu kepada-Nya mungkin alternatif yang paling melegakan.
Bercerita dengan menulis begini juga sedikit membuat perasaan plong.
Teman cerita? saat dirundung gundah gulana atau masalah teman cerita saya hanya guru-guru saya, saya tak punya teman untuk berbagi masalah saya. Bukan tidak percaya, tapi saya malu.

Ingin pulang, merebahkan tubuh ini di kamar sambil menunggu adzan.

Tamu Itu Istimewa, Terlebih Gurumu

Ini tentang sebuah kalimat singkat yang Bapak ucapkan semalam, yang sampai malam ini saya masih kepikiran. Tentang melayani tamu yang sepertinya saya tidak lulus walapun secara teori mengaji saya sudah tamat. Malu rasanya, Bapak saya yang tidak pernah mengaji ternyata jauh lebih paham tentang ini.

Sabtu-Ahad yang lalu, saya kedatangan tamu istimewa yang tak lain dan tak bukan adalah guru saya. Sebenarnya tujuan utama beliau ke Surabaya adalah mengantarkan rombongan kafilah FASI (Festival Anak Sholeh Indonesia) untuk bertanding di tingkat Jawa Timur. Akan tetapi, beliau yang ternyata tidak melupakan saya, menyempatkan untuk bisa bersua dengan saya. Mampir ke kontrakan anak-anak veteriner yang saya huni bersama lima rekan yang lain menjadi sebuah kemuliaan terendiri bagi saya. Alhamdulillaaah...

Beliau mengajak saya ke nDalem tempat saya mengaji walaupun tidak bertemu dengan Syekh lalu berkeliling sebagian kota Surabaya. Saya bersuka cita bisa mengantarkan beliau sesuai dengan apa yang beliau inginkan. Ahad sore beliau kembali ke Bondowoso, saya antarkan juga keberangkatannya. Alhamdulillaah...

Ahad malam Bapak bertanya, "Piye mau Le karo Ustadz? kujawab lebih mendetail daripada tulisan di atas. Ternyata, beliau justru kecewa, "Le... Ustadzmu iku akeh jasane gawe uripmu. ndak pareng ngono, ngeladeni Ustadz kok mikir."

Minggu, 27 April 2014

His Kindness Was Untold

I don't know what exactly I write down about you here, 

so much you had changing in me. It was about life, about dedication to our dien. Many thank you for you was never enough. Everything. Simple even serious thing that I confusing to solve always asked your consideration. Ever you thought about my problem, seriously, isn'it ? yaaa... I was feeling guilty to hear that, I knew it not from your vocal but from around.
 
Maybe, today is annual for my sickness.

I'm enable to stand just because Lord Allah ta'ala sent you for years ago. Don't know what happen if you were not caring me. You came to me, to my home, to know more about my dad, mom, and sister. 

Everything has changed.

6 years.
I grew up, prayed about goodness. In 2013 Allah ta'ala answered me, by you was one of way.

Your kindness as murobbi was ssssooooooo precious,

Am embrassed.