Saat ini sepertinya saya sedang ada di titik bawah, di titik dimana saya butuh energi, motivasi, dorongan, dan semangat yang baru. Titik jenuh. Entahlah apa sebab musababnya, tiba-tiba saya ingin kembali pada rutinitas saya yang termenej rapi sesuai time schedule, on ward di setiap rencana. Sholat berjamaah di musholla atau masjid, mengikuti kajian rutin tiap Selasa malam, membaca Al-Qur'an tiap setelah Maghrib, dan kegiatan reguler lainnya.
Semenjak hectic koasistensi di departemen klinik yang penuh suka duka ternyata ada hal lain yang terkesampingkan. Asupan ruhiyah kurang diperhatikan, al Qur'an sudah tidak memiliki pola waktu kapan dibaca, Dhuha juga sudah sekenanya, sholat berjamaah pun tidak optimal. Memang benar keringanan dari Sang Khalik karena melaksanakan pekerjaan agama itu semampunya, tapi tetap saja kurang menenteramkan hati jika apa yang sudah biasa itu perlahan-lahan ditinggalkan.
Saya kadang berpikir, kalau indikasinya begini apakah yang saya jalani ini terciprat keberkahan dari-Nya? sungguh takut diri ini jika apa-apa yang saya usahakan ini ternyata sia-sia dan tidak ada nilai ibadahnya.
Menangis mengadu kepada-Nya mungkin alternatif yang paling melegakan.
Bercerita dengan menulis begini juga sedikit membuat perasaan plong.
Teman cerita? saat dirundung gundah gulana atau masalah teman cerita saya hanya guru-guru saya, saya tak punya teman untuk berbagi masalah saya. Bukan tidak percaya, tapi saya malu.
Ingin pulang, merebahkan tubuh ini di kamar sambil menunggu adzan.