Laman

Kamis, 24 Oktober 2013

TEMPE TAHU AMERIKA RASA INDONESIA

Selain sandang dan papan, salah satu kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup adalah ketersediaan bahan pangan. 2013, beraneka jenis bahan pangan dan olahannya muncul di berbagai penjuru di dunia tidak terkecuali Indonesia, hal yang menjadi pertanyaan retorik bagi kita muslim Indonesia adalah apakah ini bagian dari kemajuan perkembangan Islam? Padahal sudah jelas dan gamblang Allah Swt jelaskan dalam Al Qur’an untuk mengkonsumsi barang yg jelas halal dan thoyyib (baik) lagi tidak menjijikkan (Al Baqoroh : 168).

Lebih jauh lagi kita berpikir, ini bukan sekedar haram atau halalnya satu bahan pangan tetapi lebih menyadarkan kita untuk menggunakan anugerah yang Allah ta’ala berikan kepada kita manusia, akal. Logika, etika, dan estetika dengan berqouliah menjadi hal yang juga harus diperhatikan dalam memandang setiap sebuah fenomena. Mari kita gunakan tiga komponen tersebut untuk mendiskusikan bahan pangan yang sekarang beredar di masyarakat Indonesia.

Ada hal yang menarik terjadi di negeri ini, semua orang Indonesia sejak masa sekolah dasar sudah dijelaskan bahwa negara ini  adalah negara yang gemah ripah loh jinawi karena Allah ta’ala anugerahkan agraris dan maritim. Dogma tersebut penulis dapatkan sekitar tahun 1997 atau 1998 ketika masuk sekolah dasar. Akan tetapi, ada fakta baru yang penulis dapatkan di tahun 2013 ini, saat penulis hampir menyelesaikan studi profesi dokter hewannya. Sebulan yang lalu dari sebuah surat kabar diberitakan dari Pemilik Sentra Produksi Tahu Putra Soma bahwa Indonesia sudah impor kedelai dari Amerika sejak tahun 90-an, padahal sebelumnya kedelai yang dibuat untuk tahu dan tempe adalah 100% kedelai lokal. Nah loh… jadi tahun 90’an itu yang betul yang mana?

Terlepas dari informasi di era 90’an, selain Indonesia mengimpor kedelai dari Amerika, Indonesia juga mengimpor dari India, China, dan Brazil hanya saja ketiga negara yang penulis terakhir sebut sudah tidak mengimpor lagi. Jadi, saat ini Amerika menjadi satu-satunya negara ‘penyumbang’ kedelai untuk Indonesia. Apakah fakta ini bisa ditarik benang merah bahwa Indonesia sudah bergantung pada Amerika? Hipotesis penulis, bisa jadi. Hal yang harus dicermati disini adalah Amerika, negeri Paman Sam ini telah menggunakan teknologi transgenik. Teknologi transgenik adalah teknologi yang meluas sejak tahun 90’an, transgenik merupakan teknologi merekayasa genetic pada bahan pangan baik pada hewan atau tumbuhan sebagai sumber pangan dengan menyisipkan gen atau DNA binatang, bakteri, atau virus untuk tujuan tertentu. Seorang ahli ekonomi abad 18, Robert Maltus berpendapat dengan merekayasa genetic bahan pangan dianggap mampu mengatasi masalah pangan karena menurutnya jumlah populasi manusia cenderung tumbuh secara deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dst) sedangkan perediaan makan tumbuh secara deret hitung (1, 2, 3, 4, dst) dan dianggap bisa menimbulkan kelaparan seluruh dunia.

Transgenik, walaupun sudah berkembang pesat sejak tahun 90’an dengan pembuktian seperti kentang Bt (Bacillus thuringinensis) yang tahan terhadap cendawan dan nematoda. Atau tomat yang tahan pada cuaca dingin bahkan bersalju karena direkayasa dengan penyisipan ikan Flounder yang bisa bertahan hidup di perairan dingin. Sampai saat ini teknologi tersebut masih dalam perdebatan yang belum bertemu simpulnya dikarenakan ada pihak yang pro dengan dalih ini sebuah kemajuan dan perlindungan dunia dari kelaparan global, di sisi lain transgenik masih dianggap berbahaya bagi keselamatan hidup manusia karena telah terbukti secara ilmiah.

Setelah mengenal sekilas tentang transgenik, mari kita kembali pada cermatan penulis tentang Amerika dan transgenik. Transgenik yang tingkat keamanannya belum bisa digaransi karena proses pembentukannya tidak alami dan bisa menyebabkan mutasi yang luas ternyata di Amerika sudah dikembangkan pada beberapa bahan pangan. Data menunjukkan 63% jagung, 83% kapas, dan 89-90% kedelai Amerika adalah transgenik. Data ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar kedelai yang Indonesia impor dari Amerika adalah kedelai transgenik. Tahu, tempe, bahkan susu kedelai yang dianggap menyehatkan kemungkinan besar adalah transgenik asal Amerika yang tingkat keamanannya perlu dipertanyakan.

Belakangan ini, peneliti independen menyatakan dalam sebuah jurnal bahwa kedelai trangsenik kandungan proteinnya bisa bermutasi, dengan sebutan seems like a prion. Prion adalah protein normal yang bermutasi menjadi protein scrapie dan bersifat infeksius infeksious yang menyerang secara neurologis (saraf) dan berakibat fatal pada manusia dan hewan. Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh prion adalah penyakit kuru pada manusia dan sapi gila/ mad cow disease pada hewan. Kdelai transgenik memiliki kemampuan tahan terhadap herbisida, hal itu mengindikasikan ada perubahan gen di dalamnya yang salah satu molekul di dalamnya akan menimbulkan senyawa allergen (zat penyebab alergi).

Sekali lagi, teknologi transgenik tidak didukung seratus persen dan tidak ditolak seratus persen. Pihak yang pro berpendapat bahwa dapat meningkatkan kualitas, dengan teknologi ini akan menghemat biaya dan lebih aman karena tidak menggunakan pestisida atau obat tumbuhan secara kimia. Pendapat lain menyatakan bahwa teknologi ini tidak alami dan dapat menimbulkan zat berbahaya bagi manusia. Kedua pihak ini sama-sama memiliki bukti ilmiahnya.

Teknologi itu tak ubahnya seperti pisau bermata dua, bisa bermanfaat atau berbahaya. Penulis hanya menghimbau, mencermati, dan mencoba mengajak berpikir. Apakah kedelai transgenik Amerika yang dikonsumsi muslim Indonesia sudah benar-benar aman? Ingat, terkadang efek suatu bahan terhadap tubuh manusia itu berlangsung kronis (menahun), per akut (sangat cepat) sehingga tidak menimbulkan gejala, atau akut (cepat). Bisa jadi bahaya yang ditimbulkan 3-4 tahun atau bahkan belasan sampai puluhan tahun ke depan, seperti efek minuman-minuman berenergi yang merusak ginjal, tidak seminggu atau sebulan tapi butuh bertahun-tahun sampai ginjal kita rusak jika terus mengkonsumsinya. Berikutnya, ingatkah Anda jika muslim Indonesia yang Jawa Dwipa ini benar-benar ditakuti oleh barat jika semakin bertakwa pada Allah Swt?

Merujuk pada sulthon yang Allah tuliskan pada surah ke 55 dalam Al Qur’an, sulthon inilah yang harus muslim mukmin sadari. Teknologi dan ilmu pengetahuan harus dikuasai, bukan kaum neoliberalisme yang menggenggamnya. Muslim. Ada hal terpenting yang harus disadari oleh muslim di era sekarang, bukan perang fisiklah yang menjadi strategi kita sekarang. Indonesia, negeri tercinta ini sudah ber-ghazwul fikr dengan barat, perang pemikiran, perang teknologi. Perang yang sebagian muslim tidak menyadarinya, bahkan pondok pesantren sekalipun. Terjajah perlahan-lahan oleh ideologi non qur’anic, non Muhammad.

Rapi benar barat menyusup, mengelabuhi dengan berbagai tipu daya yang seakan-akan mempermudah Islam yang sudah mudah. Termasuk melalui tahu dan tempe yang hampir setiap hari menjadi santapan di meja makan keluarga, warung kopi, atau warung makan tengah pasar. Tahu dan tempe pun menjadi dilema. Beginilah tempe tahu Amerika rasa Indonesia.

Anda mau bagaimana? Berpuasa lebih aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar