Idul Adha sudah tinggal sehari lagi,
semua muslim di seluruh penjuru dunia menyambut dengan penuh suka cita karena
sebagian dari mereka ada yang Allah ta'ala berikan kesempatan untuk
melaksanakan ibadah haji dan menjadi tamu agung-Nya di Mekkah dan Madinah. Ada
pula yang bahagia karena pundi-pundi uangnya mencukupi untuk membeli hewan
kurban baik kambing atau sapi. Tidak kelewatan, mereka yang belum mampu
berkurban dan berhaji juga turut gembira, karena mereka yang fakir lagi miskin
akan mendapatkan santunan daging dari yang mampu.
Saudaraku, sudah dijelaskan bahwa ternak yang
Allah Swt ciptakan diperuntukkan bagi kita sebagai bahan pangan, alat
transportasi, atau alat bantu, dan lain-lain. Di moment mulia ini, moment
berbagi sesama manusia dalam hal istimewa, berbagi daging yang tidak semua
orang bisa menjadikannya sebagai sumber pangan yang mudah dibeli maka sudah
barang tentu ada kenikmatan tersendiri bagi yang bersedekah dan yang
disedekahi.
Sama seperti kali ini, H-1 Idul Adha lahan kosong
pinggiran metropolis Surabaya yang gersang di tepi jalanan aspal beraromakan
kurang sedap karena petak-petak tanah kosong tersebut menjadi pasar hewan
dadakan, sapi, kambing, dan domba diikat dan dipamerkan seperti showroom mobil
di bilangan Kertajaya. Entah darimana ternak-ternak itu dipasok, dan bagaimana
izin usahanya mengingat bentuk pasar yang serba cepat ini, yang jelas seperti
biasanya saat Idul Adha, harga ternak tersebut menjadi cukup tinggi.
Hal yang ingin saya cermati untuk fenomena ternak
kurban ini adalah satu dari tiga poin triangle force yang Abuya Luthfi
tekankan, meng-alam-kan alam. Pada konteks ini meng-alam-kan alam adalah
memperhatikan hewan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, Allah ta'ala. Sebagai
calon dokter hewan, saya padukan konsep animal welfare (kesejahteraan hewan)
dengan keyakinan saya, Islam. Animal welfare merupakan sebuah konsep dasar
manusia dalam memperlakukan hewan sesuai dengan kodratnya, menurut saya animal
welfare adalah bagian dari iman seorang muslim karena seorang muslim itu
merupakan titisan Nabi Muhammad Saw melalui ajaran-ajaran beliau. Memperlakukan
makhluk-Nya dengan adil, maka mensejahterakan hewan juga bagian daripada
berlaku adil terhadap makhluk, ada lima poin yang harus disadari oleh manusia
dalam memperlakukan hewan, yang pertama hewan itu harus freedom from hungry and
thirsty, lalu freedom from injury and pain, yang ketiga freedom from
discomfortable, yang keempat freedom from fear and distress, dan yang terakhir
freedom to express natural behaviour.
Cukup dijelaskan secara garis besar, saya akan
bertanya balik pada pembaca sekalian, apakah ternak kurban yang dipamerkan di
tepi jalan sudah bisa berteduh dengan baik? apakah pakan dan air mereka setiap
hari sudah tercukupi? apakah mereka nyaman? apakah mereka benar-benar terbebas
dari stress dan ketakutan? dan yang terakhir apakah mereka bisa bertingkah
sesuai naluri alamiahnya? Saya hanya bisa berandai-andai, kalau saja Nabi
Sulaiman masih hidup maka mungkin saja sapi-sapi dan kambing-kambing itu akan
berkeluh kesah pada beliau.
Berikutnya mengenai penyembelihan ternak kurban,
Anda boleh saja memotong banyak hewan lalu tersebar kepada masyarakat namun
tetap ada yang harus diperhatikan. Penyembelihan yang baik sehingga halallah
daging kurban tersebut. Memperhatikan jalur nafas, makan, dan dua pembuluh
darah yang harus terputus adalah penting karena begitulah yang disyari'atkan.
Memang lebih aman jika Anda yang berlaku sebagai pengurus atau panitia
penyembelihan hewan kurban mengawasi dan tegas terhadap penyembelih walau
terkadang ada gesekan dan sedikit bersi tegang. Hal itu demi kebaikan bersama,
karena kurban bukan hanya soal daging tapi soal ibadah, soal laku amal pada
Allah ta'ala yang diteladankan melalui Nabi Ibrohim as dan putranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar