Laman

Rabu, 09 Oktober 2013

Idul Qurban Itu Mensejahterakan Hewan

Idul Adha sudah tinggal sehari lagi, semua muslim di seluruh penjuru dunia menyambut dengan penuh suka cita karena sebagian dari mereka ada yang Allah ta'ala berikan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji dan menjadi tamu agung-Nya di Mekkah dan Madinah. Ada pula yang bahagia karena pundi-pundi uangnya mencukupi untuk membeli hewan kurban baik kambing atau sapi. Tidak kelewatan, mereka yang belum mampu berkurban dan berhaji juga turut gembira, karena mereka yang fakir lagi miskin akan mendapatkan santunan daging dari yang mampu.

Saudaraku, sudah dijelaskan bahwa ternak yang Allah Swt ciptakan diperuntukkan bagi kita sebagai bahan pangan, alat transportasi, atau alat bantu, dan lain-lain. Di moment mulia ini, moment berbagi sesama manusia dalam hal istimewa, berbagi daging yang tidak semua orang bisa menjadikannya sebagai sumber pangan yang mudah dibeli maka sudah barang tentu ada kenikmatan tersendiri bagi yang bersedekah dan yang disedekahi.

Sama seperti kali ini, H-1 Idul Adha lahan kosong pinggiran metropolis Surabaya yang gersang di tepi jalanan aspal beraromakan kurang sedap karena petak-petak tanah kosong tersebut menjadi pasar hewan dadakan, sapi, kambing, dan domba diikat dan dipamerkan seperti showroom mobil di bilangan Kertajaya. Entah darimana ternak-ternak itu dipasok, dan bagaimana izin usahanya mengingat bentuk pasar yang serba cepat ini, yang jelas seperti biasanya saat Idul Adha, harga ternak tersebut menjadi cukup tinggi.

Hal yang ingin saya cermati untuk fenomena ternak kurban ini adalah satu dari tiga poin triangle force yang Abuya Luthfi tekankan, meng-alam-kan alam. Pada konteks ini meng-alam-kan alam adalah memperhatikan hewan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, Allah ta'ala. Sebagai calon dokter hewan, saya padukan konsep animal welfare (kesejahteraan hewan) dengan keyakinan saya, Islam. Animal welfare merupakan sebuah konsep dasar manusia dalam memperlakukan hewan sesuai dengan kodratnya, menurut saya animal welfare adalah bagian dari iman seorang muslim karena seorang muslim itu merupakan titisan Nabi Muhammad Saw melalui ajaran-ajaran beliau. Memperlakukan makhluk-Nya dengan adil, maka mensejahterakan hewan juga bagian daripada berlaku adil terhadap makhluk, ada lima poin yang harus disadari oleh manusia dalam memperlakukan hewan, yang pertama hewan itu harus freedom from hungry and thirsty, lalu freedom from injury and pain, yang ketiga freedom from discomfortable, yang keempat freedom from fear and distress, dan yang terakhir freedom to express natural behaviour.

Cukup dijelaskan secara garis besar, saya akan bertanya balik pada pembaca sekalian, apakah ternak kurban yang dipamerkan di tepi jalan sudah bisa berteduh dengan baik? apakah pakan dan air mereka setiap hari sudah tercukupi? apakah mereka nyaman? apakah mereka benar-benar terbebas dari stress dan ketakutan? dan yang terakhir apakah mereka bisa bertingkah sesuai naluri alamiahnya? Saya hanya bisa berandai-andai, kalau saja Nabi Sulaiman masih hidup maka mungkin saja sapi-sapi dan kambing-kambing itu akan berkeluh kesah pada beliau.

Berikutnya mengenai penyembelihan ternak kurban, Anda boleh saja memotong banyak hewan lalu tersebar kepada masyarakat namun tetap ada yang harus diperhatikan. Penyembelihan yang baik sehingga halallah daging kurban tersebut. Memperhatikan jalur nafas, makan, dan dua pembuluh darah yang harus terputus adalah penting karena begitulah yang disyari'atkan. Memang lebih aman jika Anda yang berlaku sebagai pengurus atau panitia penyembelihan hewan kurban mengawasi dan tegas terhadap penyembelih walau terkadang ada gesekan dan sedikit bersi tegang. Hal itu demi kebaikan bersama, karena kurban bukan hanya soal daging tapi soal ibadah, soal laku amal pada Allah ta'ala yang diteladankan melalui Nabi Ibrohim as dan putranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar