Pagi Milik Desa Kedasih |
Sudah lama sekali saya tidak
memutar lagu di ruang komputer sederhana rumah. Kali ini lagu yang saya putar
adalah lagu KOTAK – Apa Bisa yang mengingatkan saya dengan Bromo, lagu
ini merupakan OST Tendangan Dari Langit yang setting filmnya di kawasan Gunung
Bromo.
Jika ingat Kedasih, desa saya
saat melaksanakan KKN di daerah Bromo, yang menjadi pertanyaan besar untuk saya
adalah kemana dai-dai yang katanya lulusan pondok pesantren ? kok peradaban
Islam di desa saya masih sangat minim. Sedikit saya ingin bercerita tentang
Kedasih yang cancut tali wondo
masyarakatnya sangat tinggi. Kompak, rasa saling menghormati masyarakatnya
jempol betul. Terasa benar aroma pedesaannya, terasa betul that was really Indonesia.
Akan tetapi, kembali yang menjadi
pertanyaan bagi saya adalah kok agama Islam yang menjadi agama yang tercantum
di KTP tiap orang belum terlihat ghiroh
ibadah Islamnya ? Salah satu kesimpulan sementara saya adalah kurangnya
suntikan-suntikan keilmuan Islam sehingga masyarakat sana memang tidak tahu
dengan pasti bagaimana seharusnya Islam. Jadi tidak usah terlalu heran kalau
Islamnya masih kurang. Lantas apa yang harus diherankan ? yaaaa... saya tahu
kalau Probolinggo merupakan kota/kabupaten yang memiliki puluhan bahkan ratusan
pondok pesantren. Pondok pesantren yang mendidik putra-putri bangsa untuk bisa
menjadi muslim Indonesia yang selalu menebar salam ketauhidan, ad dinul Islam. Yang saya tahu, ketika
santri-santri di pondok pesantren akan lulus, para santri akan dilepas ke
beberapa daerah untuk melaksanakan pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat
untuk menyebarluaskan agama Islam, membuat masyarakat yang tak tahu Islam
menjadi kenal dengan Islam. Membuat masyarakat yang laku Islamnya kurang baik
menjadi lebih baik. Membuat masyarakat benar-benar bangga menjadi seorang
muslim. Namun mengapa santri-santri pengabdi tidak sampai di daerah saya berKKN
? Apa mungkin daerah pelosok Probolinggo dirasa sudah tersentuh Islam dengan
baik lalu pengabdian para santri sudah tidak di daerah pelosok Probolinggo lagi
? Atau mungkin pihak pesantren tidak tahu kalau di pelosok daerahnya ada sebuah
desa terpencil yang butuh pencerahan ? Pikiran paling buruk adalah mungkin saja
karena pihak pesantren sudah berteknologi modern, sudah tidak berkuda tapi pakai
setir bunder (red:mobil) yang
berharga puluhan ratusan juta sehingga
eman-eman kalau dipakai untuk naik turun gunung ?
Saya prihatin dengan perkembangan
Islam saat ini, semakin banyak yang mengaku Islam tapi tidak berperilaku
Islami. Ini menjadi tanggung jawab besar para santri, dai, muballigh, dan para
‘alim ‘ulama untuk memperbaiki. Memprihatinkan betul, sampai-sampai judul
sinetron di televisi adalah ISLAM KTP. Seharusnya sindiran itu menjadi tamparan
besar untuk orang-orang yang berIslam dengan baik. Mungkin statement berikut
keras dan kasar, sebuah pertanyaan retorik untuk kita semua yang muslim.
‘Jangan salahkan siapa-siapa, kalau mereka yang sudah berKTP Islam lebih
tertarik pada yang bukan Islam ! Karena yang bukan Islam lebih perhatian dan
peduli !’
Dai, kalian kemana ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar