Laman

Kamis, 05 Juli 2012

Cintaku Beda, Sahabat

Alhamdulillah... masih bisa beribadah di malam Nisfu Sya'ban. Malam ini aku teringat kalian wahai sahabatku. Ya kalian masih menempati ruang yang sama di hati ini. Ruang yang sudah aku petak-petakkan untuk kalian singgahi. Aku masih mencintai kalian karena ikatan tauhid kita masih sama : ISLAM. Masih ingat di kepalaku bayangan-bayangan kita tertawa bersama, Hahahaha. Sahabatku, ukhuwah ini yang akan menjadi saksi persaudaraan ini. Kalau dulu aku mencintai kalian dengan cara lebih sering dan banyak berbicara di hadapan kalian karena memang karakterku demikian, tapi sekarang berbeda sahabat. Aku mencintai kalian dengan caraku yang baru, mencoba menjadi orang yang lebih sering mendengarkan kalian. Bukan berarti sekarang aku pasif, tapi aku mencoba aktif mendengarkan.

Tidak usah berpikiran macam-macam kenapa aku demikian, jangan kau tebak-tebak sikapku begini karena kejadian tempo hari yang sedikit kurang mengenakkan. Sudahlah, tidak enaknya hanya waktu itu kok. Mungkin kejadian itu memang jadi pelajaran untukku, pelajaran untuk lebih tulus mencintai kalian. Begitulah dinamika persahabatan. Yang jelas aku tetap cinta kalian, apapun, bagaimanapun, walaupun mungkin cara kita menggapai cinta Ilahi berbeda-beda. Aku tetap cinta kalian. Surga itu luas sahabatku, gerbang pintu surga pun beraneka macam. Ada kemungkinan kita memasukinya melalui pintu yang sama atau berbeda. Tak penting perbedaan jalan itu dipermasalahkan, yang inti adalah insya Allah kita bertemu dalam surga-Nya kelak. aamiin. Hmm... Kalau kalian masih tidak mengerti dengan analogi di atas, begini aku ceritakan. Bentuk rasa cintaku terhadap kalian yang dulu dan sekarang itu berbeda, tapi wujudnya tetap sama Lillahita'alaa, insya Allah...

Begitupun dengan tulisan ini, aku tidak bisa berbicara langsung untuk mengungkapkan ini pada kalian. Aku lebih plong dengan menulis. Kalau kalian bertanya mengapa aku memilih cara yang mungkin dianggap berbelit-belit seperti ini, alasannya hanya satu, ya itu, aku lebih mampu mengungkapkan dengan menulis. Aku sedang tidak ingin berdiskusi lama-lama, panjang lebar yang mungkin malah menimbulkan interaksi tidak mengenakkan. :) Apapun. Walaupun saat ini, esok, atau lusa apa yang sudah kita ikatkan dan kuatkan tidak ada lagi. Maka tak apalah. :) Yang jelas kita pernah bersama. :D

Selamat ber-KKN dan ber-Romadhon dengan suasana baru.
Salam cinta untuk kalian, Sahabatku.

Selasa, 03 Juli 2012

Malaikatnya Pengamen

pict was taken from http://tazarframe.blogspot.com


Aha.. Sore ini menjelang Maghrib saya melakukan hal yang agak nakal.hehe... Sambil menunggu waktu berbuka puasa saya justru memutar jetaudio saya dengan lagu-lagu indie. Bukan dengan nasyid, sholawat, atau murottal. Saya sedang ingin mendengarkan perpaduan accoustic guitar dan betotan bass milik Endah N Rhesa sore ini. Hehe... Sudah lama saya tidak memutar lagu-lagu mereka, terakhir saya mendengarkan senandung-senandung merdu itu waktu saya vacation bersama SC-ers. Dan sore ini rasanya ketika saya simak dengan seksama lagu Uncle Jim woowww, it’s meaningful exactly !


Lagu mereka mengingatkan saya kepada seorang pengamen jalanan di terminal Probolinggo. Rokok murahan tanpa filter tertancap di mulutnya. Kembang kempis pipinya menghisap racun itu dengan enteng. Seakan-akan tak ada masalah yang membelit kehidupannya.


Kemudian kepalanya menoleh ke arah saya sambil membuka topi Billabong tiruannya, “Mau kemana Mas ?” tanyanya ramah. 


Wah, ternyata di balik tampilan premannya itu ada keramahan yang terselip. Dengan senyum kubalas, “Surabaya Pak.”


“Kok gak ikut bus yang barusan ?” tanyanya penasaran.


“Masih nunggu adzan Subuh Pak, sekalian Subuhan dulu,” jawabku


“Owalah, cocok dengan kuplukmu Mas, disini banyak orang pakai kupluk sok Islam gitu tapi gak pernah sholat sama sekali,” jawabnya dengan ketawa miris.


Adzan Subuh pun berkumandang, Bapak itu berkata, “Saya senang sampeyan tidak menilai saya, mari sholat Subuh berjamaah.” Kaki kaki kami pun bergegas menjemput suara Assholatu khoirum minannauum di timur terminal.


Berbulan-bulan setelah kejadian itu saya tidak pernah menemuinya. Entah kemana bapak pengamen tua itu. Siapa dia ? saya rasa dia adalah malaikat diantara pengamen-pengamen jalanan lainnya yang masih memetik gitar dengan melodi-melodi cinta-Nya untuk mencari sesuap nasi. Whoever you’re, I send my message when I pray.

Minggu, 01 Juli 2012

Senang dan Mbrebes Mili yang Agak Absurd

pict was taken from indonetwork.co.id
Random banget saya nulis malam ini atau bahkan bukan hanya random, tapi absurd juga. Entah apa yang ingin saya tuliskan, padahal besok Ujian Kesmavet banyak betul bahannya tapi masih saja saya selingi untuk menulis. Ah... biarlah, yang penting saya melanjutkan belajar setelah saya menulis disini.

Maghrib tadi, saat saya di lantai dua saya merasakan aroma kebahagiaan yang lantas membuat saya mbrebes mili. Betul sekali, bau semerbak suasana Romadhon makin terasa. Sekitar 19 atau 20 hari lagi kita yang muslim akan berpuasa dan menyambut dengan suka cita bulan ini. Sejenak saya membuka kembali lembaran mushaf Qur'an yang biasa menemani saya dimana saja. Baru juz 21, ada azam tersendiri setelah melihat angka tersebut. Khattam sebelum Romadhon tiba, insya Allah.

Hmm... Maghrib hari ini bikin saya menangis lagi. Bukan saya ingin menggalau, tapi entah akhir-akhir ini saya sering menangis. Bukan tangisan cengeng karena hal-hal konyol, tetapi tangisan yang datang tiba-tiba. Ya tiba-tiba datang ketika saya melihat fenomena di sekitar saya. Saya hanya mencoba menyempatkan waktu saya untuk merenung. Merenungi kasih sayang Tuhan, ah... betapa mahanya Sang Tuhan itu. Saya masih diberi kesempatan untuk "mampir ngombe" bergelas-gelas di sini.

Kejadian Maghrib tadi membuat saya sejenak melupakan ujian besok.

Taxi Islam

pict was taken from http://dswadanielpeu.blogspot.com


Mungkin Anda pernah naik taxi kemudian ketika Anda akan turun tagihan yang ada pada argometer tidak sesuai dengan apa yang ditagihkan oleh pak sopir. Misal, di argometer tertera IDR 13K tapi pak supir bilangnya IDR 15K. Ya, karena dulu saya pernah mengalami kejadian seperti itu, tidak hanya sekali. Tapi satu waktu saya pernah juga naik taxi dan membayar dengan uang lebih ternyata pak sopirnya mengembalikan uang kembalian saya walaupun jumlah kembaliannya hanya 500 rupiah. Jujur sekali bapak itu.

**********

Pernah pada suatu malam ketika saya pulang ngaji saya melewati salah satu jalan raya di kota Surabaya yang terkenal pasti macet di jam-jam pulang kerja. Waktu itu sekitar jam 12 tengah malam. Saya melihat di depan gang yang ada di jalan raya itu banyak sekali taxi parkir. Saya pikir mungkin disana ada tempat hiburan malam, saya kurangi gas saya, saya amati sekitarnya. Tidak ada tempat hiburan malam, mobil-mobil sedan berargo itu juga tidak ada penjaganya. Tidak ada seorang sopir seorangpun. Saya penasaran, saya masuk gang itu ada seorang security yang menjaga palang pintu gang menyapa saya dengan ramah. Kemudian di salah satu rumah saya melihat banyak sepatu vantovel berjajar. Saya berhenti. Saya lihat banyak bapak-bapak berbaju biru langit dan putih duduk bersila, terfokus pada seseorang di depannya. Ternyata bapak-bapak itu sedang mengaji pada seorang 'alim 'ulama'. Ya, bapak-bapak itu adalah sopir taxi yang meluangkan penghujung harinya untuk menimba ilmu agama. Merinding rasanya. Keren dan kagum. Kemudian saya tanya pada seseorang ternyata pengajian itu memang untuk bapak-bapak sopir taxi dan orang-orang yang bekerja di malam hari.
 
Mungkin saja pak sopir jujur yang pernah saya tumpangi taxinya itu adalah pak sopir yang ikut mengaji di rumah itu. Sopir yang mengerti agama. Ah... indahnya kalau semua sopir taxi demikian.

Hmm.. Surabaya, metropolis. Kebohongan, kecarutmarutan, ketidaktertiban, kejahatan, penipuan, seks bebas, dan kemaksiatan yang merajalela sepertinya menjadi kode. Padahal masih banyak kebaikan yang ada di disini, termasuk contoh pengajian supir taxi di atas. Ah... saya jadi teringat cerita Pak Mariun (security Masjid Agung At-Taqwa Bondowoso), beliau yang pernah merantau ke metropolis terbesar di negeri ini (Jakarta) pernah bercerita, "Di Jakarta itu mau cari orang yang bejatnya biasa-biasa sampai yang luar biasa ada, tapi mau cari orang yang baiknya luar biasa sebenarnya juga banyak." Cerita beliau juga sebanding lurus dengan yang bapak saya nasehatkan, "Hati-hati Le golek konco nang kutho gedhe, Suroboyo iku komplit mulai sing korak nganti sing qori' iku onok." (Hati-hati Nak mencari teman di kota besar, Surabaya itu komplit, dari yang korak/rusak sampai yang qori'/pandai membaca Qur'an ada)

Thoyyib, Petuah yang saya pegang adalah 'Ketika kau tebar kebaikan maka kau akan menemui kebaikan. Ketika kau tebar keburukan maka secepat mungkin kau juga akan temui keburukan itu.' Ya itu tafsir bebas famayya'mal mistqoladarrotin khoiroyyaroh, wa mayya'malmistqoladarrotin syarroiyaroh.