Peristiwa kemarin sore membuatku menangis ketika selesai sholat Isya' semalam, Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, bahkan saat berbuka di tengah keramaian warung, dan sholat Isya' hari ini. Aku hanya tidak percaya dengan kejadian kemarin. Kita seakan-akan tidak pernah mengenal, seperti seorang musafir yang berkunjung ke masjid lalu berpapasan dengan musafir yang lain. Tak ada doa Assalamu'alaikum yang kuucapkan atau yang kau ucapkan, kita seperti orang yang seakan-akan tidak mau menjawab Wa'alaikumsalam yang satu dengan lainnya. Tidak menjawab salam dariku untukmu, atau tidak kujawab salam darimu. Kita benar-benar seperti orang yang baru saja bertemu. Stranger yang satu dengan stranger yang lain. Sama-sama saling curiga. Malu untuk bertegur sapa. Gengsi untuk menyapa lebih dulu. Ego kita sama-sama tinggi sepertinya, atau mungkin egoku yang sudah melebihi ambang batas ? mungkin.
Pagi tadi kau bilang, "Sudahlah biasa saja yang lalu biarlah berlalu."
Aku menarik nafas dan bersyukur membaca pesan singkat itu, tapi dengan itu aku menangkap, memang setelah beberapa minggu yang lalu kita bercanda, kau marah padaku yang tak pernah kau jelaskan ketika aku bertanya,"Kau marah padaku?" saat itu kau hanya terdiam atau hanya menjawab,"Sudahlah." Aku tidak ingin kau suruh aku biasa saja seperti sebelumnya tapi kau tak biasa padaku. Aku tidak ingin kau anggap ini 'sudahlah' saja tapi benar-benar berkesudahan. Aku ingin seperti dulu, bercengkerama bersama, kau membuatku tertawa dan aku membuatmu tertawa pula. Aku sakit, kau merasakan sakit itu, kau gundah aku merasakan gelisah itu. Bukan seperti sekarang yang seakan-akan sama-sama ingin untuk tidak saling peka. Aku ingin yang dulu, seperti dulu, ya seperti dulu.
Inni uhibbukum fillah
Maaf, betul-betul mohon maaf atas kesalahanku. Kejadian ini mengingatkanku kepada dawuh Mbah Mus.
Kau Ini Bagaimana? Atau Aku Harus Bagaimana?
oleh : KH Mustofa Bisri
Kau ini bagaimana ? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
Sumber : Jamil Burhan
oleh : KH Mustofa Bisri
Kau ini bagaimana ? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?
kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aq plin plan
aku harus bagaimana?
aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
kau ini bagaimana?
kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?
aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin, kau mencontohkan yang lain
kau ini bagaimana?
kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara tiap saat
kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?
aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
kau ini bagaimana?
kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?
aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?
kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?
aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?
kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?
kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?
aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku
kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?
Sumber : Jamil Burhan