Biasanya nonton tv bersama di ruang tengah Cendana 7, menyaksikan siaran sidang istbat yang diselenggarakan pemerintah untuk menentukan awal Ramadhan. Berbeda, 3-4 tahun belakangan ini aku melewati awal Ramadhan tidak bersama orang rumah. Terlebih tahun ini, awal Ramadhan kemarin aku justru berada di sebuah farm domba menemani teman yang sedang research. Pengalaman baru yang cukup berkesan, mengawali Ramadhan di salah satu tempat terpencil yang untuk mencari santap sahur agak kesulitan dan cuaca dingin harus kutangguhkan karena farm ini memang terletak di daerah pegunungan.
Baru berselang beberapa hari Ramadhan 1434 H, sudah ada amanah mulia untuk menyemarakkan bulan suci ini, menjadi kepanjangan tangan saudara-saudara yang ingin berbagi. Menjadi orang yang mulai belajar untuk sedikit bermanfaat bagi orang lain rasanya akan berlipat ganda jika dilakukan saat Ramadhan. Alhamdulillah, sibuknya kegiatan ini cukup menjadi nilai tambah Ramadhan tahun ini. insya Allah... amien.
Bersama tim #KURMA (Syukur Ramadhan Untuk Sesama) aku bergerilya untuk berbagi dengan saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita. Tim yang notabene mahasiswa semua, yang tidak semuanya bisa bersua untuk merembukkan apa-apa yang harus dipersiapkan ternyata bisa untuk menggelar proyek sosial ini dengan sukses dunia wal akhirat insya Allah. Kesulitan untuk bertatap muka tidak menjadi halangan bagi kami untuk berkomunikasi, berkoordinasi, bercancut tali wondo, karena kami yakin tiap langkah baik pasti ada halangan dan halangan itu akan teratasi sesuai kesungguhan kita mencapai kemuliaan. Sungguh setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Kami menggalang dana dari berbagai kalangan, mencari para penderma yang ingin ikut andil berbagi dalam kegiatan ini. Alhamdulillah... mereka mempercayakan kami sebagai kumpulan orang-orang yang menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyalurkan sebagian rizki mereka, saudara-saudara kami yang berkecukupan. Mereka sangat antusias, ber-euforia untuk berbagi. Aku sendiri merasakan ini dia fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Tak jarang dari mereka yang tidak ingin dipublish namanya, Masya Allah... tulusnya, ternyata jaman sekarang masih banyak orang berhati 'sembunyi'. Malu rasanya diri ini yang masih sering mengharap pengakuan atas kebaikan pribadi.
Luar biasa. Inilah berkah, berkah Ramadhan. Kalau kata guru ngajiku, berkah itu bertambah dan bermanfaat. #KURMA menjadi keramat, keramat dalam artian berkaromah. Karomah itu keistimewaan yang wow. Kami tidak terlalu banyak berkoar-koar tentang #KURMA karena kami berkomitmen untuk tidak mengeksiskan diri. Mempublish seperlunya, menginformasikan hal yang memang dibutuhkan para calon donatur untuk memperjelas sistem kerja yang kami laksanakan. Akan tetapi, entah kabarnya darimana donatur-donatur #KURMA bukan hanya dari relasi masing-masing tim kami. Banyak sekali 'Abdullah (hamba Allah no name) yang mengirimkan bantuannya melalui kami. Sungguh ini sebuah sinyal bagus untuk meluruskan niat tiap anggota tim untuk benar-benar tulus mengabdi dan beribadah pada Sang Khalik. Insya Allah, karena niat tulus kami, karena usaha dan kedewasaan masing-masing anggota menjadikan kami minim berselisih dan tidak gontok-gontok'an dalam mengemban tugas ini. Azas saling percaya menjadi kuncinya.
Berkah Ramadhan Adik-adik Kedasih :)
#KURMA tahun 1434 H / 2013 merupakan kegiatan ketiga kami dan puji syukur kepada Allah ta'ala di tahun ganjil kami ini kami mendapatkan keperayaan dan apresiasi dari pihak-pihak dermawan yang sangat besar. Dalam waktu kurang lebih dua pekan kami mendapatkan bantuan yang harus kami salurkan sebesar kurang lebih 15 juta rupiah, ditambah zakat maal dan zakat fitrah para dermawan, dan beberapa bantuan barang seperti botol minum, tempat makan, beras, karpet sajadah, buku tulis, dan jilbab sehingga kegiatan ini berkesinambungan tidak hanya di satu tempat yang membutuhkan.
#KURMA tahun 1434 H / 2013 merupakan kegiatan ketiga kami dan puji syukur kepada Allah ta'ala di tahun ganjil kami ini kami mendapatkan keperayaan dan apresiasi dari pihak-pihak dermawan yang sangat besar. Dalam waktu kurang lebih dua pekan kami mendapatkan bantuan yang harus kami salurkan sebesar kurang lebih 15 juta rupiah, ditambah zakat maal dan zakat fitrah para dermawan, dan beberapa bantuan barang seperti botol minum, tempat makan, beras, karpet sajadah, buku tulis, dan jilbab sehingga kegiatan ini berkesinambungan tidak hanya di satu tempat yang membutuhkan.
Awalnya, yang menjadi titik utama kami adalah Desa Kedasih, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Desa ini merupakan salah satu desa terpencil yang ada di seluruh penjuru Indonesia, desa dengan adat dan suku Tengger khas Bromo yang menjadi penghuninya. Banyak yang bertanya bahkan komplain sekaligus bersaran dan kritik tentang keputusan kami ber-#KURMA disana. Akan tetapi, setelah saudara-saudara kami yang bertanya mendapatkan penjelasan kenapa kali ini disana, mereka justru menganggukpahamkan alasan kami.
Seperti yang kami informasikan sebelumnya kepada para pengguna jejaring sosial, calon dermawan, dan masyarakat umum bahwa Desa Kedasih adalah desa orang Tengger yang terbilang menengah ke bawah kondisi ekonominya. Sekedar review, target utama #KURMA Kedasih adalah siswa-siswa SDN Kedasih 1 yang sebagian besar tergolong miskin dan beberapa yatim/piatu. Mereka berangkat dengan uang saku 1000-2000 rupiah, rata-rata punya seragam hanya dua stel, bersekolah tanpa sepatu, berjalan kaki bisa sampai 4-5 km dari rumah menuju sekolah, dan pakaian ganti yang mereka kenakan bisa sampai tiga hari. Penduduk Tengger Desa Kedasih sebagian besar juga masih makan menir sebagai makanan pokoknya, bukan beras. Hal itu dikarenakan mereka merasa harga beras masih cukup mahal. Tak hanya itu, sistem barter juga masih ada disana. Biasanya orang di bawah kaki pegunungan Bromo naik ke Kedasih untuk menawarkan terasi, ikan pindang, tongkol, dan sejenisnya untuk ditukar dengan menir, jagung, labu siyam, dan sayuran lainnya. Sebenarnya kalau Anda bisa berkunjung kesana juga bisa merasakan betapa lebih memprihatinkannya dibanding dengan apa yang saya tulis disini.
Jum'at, 19 Juli 2013 kami tiba di Kedasih sekitar jam 10.30 pagi, menyiapkan segala keperluan untuk gong sore hari sampai malamnya. Membingkis bantuan yang akan kami salurkan kepada 115 anak di SDN Kedasih berupa alat tulis (pen, penggaris, pensil, penghapus, rautan, kotak pensil), buku tulis, jilbab, sikat gigi, susu cair kaleng, mie instan, tempat makan, dan botol minum. Sebagian ada yang mempersiapkan hidangan santap buka istimewa ketika adzan Maghrib berkumandang, tim akan menghidangkan nasi campur dan es blewah sebagai menu berbuka puasa sore harinya.
Acara dimulai pukul 16.30, kami tidak hanya disambut kepala sekolah dan para guru SDN Kedasih 1 dengan mah, tapi kepala desa, sebagian perangkat desa, dan orang tua/wali murid menanti kehadiran momen menggembirakan sore itu. Setelah ceremoni berlangsung, kami bermain bersama adik-adik dengan memberikan doorprize kepada mereka, dilanjut dengan buka bersama dan sholat Maghrib, lalu ditutup dengan pesta kembang api. What a day! Beautiful Ramadhan.
bersambung ke jilid II...