Laman

Rabu, 28 Mei 2014

Jangan Jadi Nahdiyyin

Tulisan ini hanya perspektif saya pribadi dengan meilhat apa yang terjadi di sekitar saya. Poin yang ingin saya utarakan hanya satu jangan fanatik. Saya simpatisan Nahdlatul Ulama’, kebiasaan beribadah mahdhah saya juga tidak jauh jauh dari Nahdlatul ‘Ulama’ tapi saya tidak menutup mata kepada mereka yang katanya kaum nahdiyyin dan kaum santri atas kefanatikannya, yang mereka merasa benar, yang dengan serta merta menganggap orang lain lucu atau konyol. Intermezzo? Boleh boleh saja, itu sah asal tidak keterlaluan. Akan tetapi, yang saya kurang pas adalah mereka yang dengan bangga mengaku kaum ijo memkasakan pemikiran mereka kepada lainnya. Memaksa. Memaksa. Memaksa untuk meyakinkan bahwa apa yang ada pada orang lain itu kurang benar.

Mereka menutup mata atas kebaikan-kebaikan yang dimiliki orang lain, ini dia yang saya rasa rasis. Mereka bilang orang ijo itu terwakili oleh Gus Dur yang tepo seliro memiliki empati yang tinggi, namun apa yang sekarang terjadi? Ahok digadang-gadang menjadi gubernur DKI untuk menggantikan Jokowi yang berpotensi menjadi orang nomor satu saja dicurigai sebagai agenda kristenisasi negara salib. Kapan majumu Joooo..? Kalau memang mau melihat sosok Gus Dur dengan benar, renungkanlah, Ahok bisa punya plat nomor B 2 itu juga karena jasa Gus Dur yang tidak mengesampingkan orang-orang beretnis tiongkok. Ayoo talaah…. 

Sudah terlalu banyak Jo… sedulur ijo yang tidak mencerminkan ke-ijo-annya, Jangan fanatic ya J
Yang ijo sering bilang yang biru (Muhammadiyah) itu Islam pembaharuan, memang benar Islam pembaharuan, yang buat mengernyitkan dahi ini statement, “Orang biru itu didanai barat….. dst.” Iniloh dasar darimana? Lhah wong lahirnya juga di Yogjakarta, yang mendirikan juga dulur seperguruane sing mbaurekso komunitas ijo. Allahu a’lam.

Kalau memang mereka yang biru disokong barat, kenapa mereka yang seperti barat banyak yang mengaku orang ijo? Coba kita lihat, mereka yang mengaku ijo berkelakuan layaknya orang berkulit putih, berambut merah, dan tidak makan nasi. Musyawarah jam’iyah atau sekedar berkumpul ditempatkan di KFC, Pizza Hut, McDonald dengan bangga memakai peci dan sarung khas orang NU. Kalau dulu, pas Ahmad Dhani pulang dari Amerika dicurigai sebagai antek barat untuk menghancurkan Islam dengan membawa paham liberal dan iluminati maka sepertinya tudingan itu sudah tidak berlaku, Ahmad Dhani baru saja dilantik menjadi pengurus jam’iyah di bidang seni, berarti Bu Nyainya adalah Mulan Jameela donk. Kalau di awal 2003 Indonesian Idol dicurigai sebagai agenda zionis untuk memperdaya dan melenakan pola pikir pemuda dengan kesenangan sepertinya sekarang tidak, lhah wong calon presiden dari partai Islam yang mengusungnya (termasuk partai yang banyak nahdliyinnya) hadir dalam penobatan juara ajang bergengsi itu. Allahu a’lam.

Orang NU punya strategi siasah yang cerdas, tiap langkah berpolitik punya dalil. Bagus sih. Contoh orang NU yang ada di posisi strategis yang pernah ada di negeri ini adalah Wachid Hasyim, Gus Dur, Jusuf Kalla, Muhaimin Iskandar, dan Surya Dharma Ali. Mereka yang ijo sering mengkritik partai sebelah yang terlalu nasionalis, saya sih maklum saja sejak pemilu hanya diikuti Golkar, PDI, dan PPP simpatisan ketiganya tidak pernah akur kok. Kata Mbah saya banyak kok suami istri yang cerai karena Antara menantu dan mertua tidak separtai. Saya tidak tahu apakah di NU diajarkan demikian pada tahun itu? Kembali pada langkah strategis orang NU yang dalihnya untuk mengamankan negeri ini agar tidak terjadi atau minimal korupsi berkurang, nyatanya di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini salah kementerian yang banyak korupnya adalah kementerian agama, coba deh dilihat lagi berapa porsi orang NU yang ada di tingkat dirjen, ditjen, kantor wilayah provinsi, kabupaten/kotanya?

Entah juga saya sedikit geli mendengar beberapa kalimat orang-orang ‘disana’ yang mendapatkan fasilitas haji gratis dengan respon, “Alhamdulillah ini rezeki dari jalan yang tak terduga-duga, min haisula yah tasib.” Eh…. Setelah sang menteri yang notabene katanya orang NU resmi sebagai tersangka atas tindak korupsi haji, para simpatisan dan orang-orang terdekatnya mengucapkan, “Ini ujian dari Allah Swt.” Yooo ngerti seh, iku ujian tapi semudah itukah kalian mendefinisikan ujian? Pak, tempatkan Allah ta’ala itu pada tempatnya, jangan dibawa ke WC. Asma suci-Nya jangan ditempatkan didekat anjing. Korupsi itu lebih kotor daripada WC, lebih mugholadhoh daripada anjing lho. Coba deh, sesekali baca puisinya KH. Mustofa Bisri tentang korupsi kalau ngaku orang NU.

Saudaraku… se iman, se-Islam, se-Indonesia menjelang pemilihan presiden ini .yang mungkin kita sesama nahdiyyin bingung karena kedua partai besar dimana nahdiyyin bertengger (PKB dan PPP) berada pada kebijakan dukungan yang berbeda, PKB untuk Jokowi dan PPP untuk Prabowo, maka saran saya bermusyawarah (dengan guru Anda) dan beristikhorohlah, apakah pilihan Anda Jokowi, Prabowo atau golput? Tak perlu memaksakan kehendak pada orang lain. Pilihan yang paling benar akan dibuka di hari kebangkitan, sekarang? Tak ada yang tahu.

Saudaraku... Kalau mau fanatik itu sama Islam, jangan sama NU atau Muhammadiyah atau golongan lainnya. Hidup beragam itu indah. Jangan rasis. Jangan suka mengkritik tapi perbanyaklah memperbaiki diri sendiri. Jangan jadi nahdiyyin (yang fanatik) Allahu a’lam.